Part 4

16.7K 1.1K 6
                                    

"Dia tidak datang?"

Kiritaka hanya membalas pertanyaan Ryou dengan gelengan pelan sembari menatap kerumunan manusia yang tengah menikmati jamuan malam. Ryou sendiri berada di depan mereka dengan makanan yang masih belum tersentuh di atas meja. Wajah pria itu terlihat tidak bersemangat sama sekali, padahal tepat disamping Ryou terdapat seorang wanita berpakaian terbuka yang terus menggoda dirinya.

"Aktivitas apa saja yang Ana lakukan setelah aku pergi dari apartemennya?" Ryou kembali menyesap winenya dan ketika gelas yang dia genggam kosong maka Kiritaka dengan cepat kembali mengisi gelas tersebut dengan minuman yang sama.

"Nona Rose mengunjunginya, selanjutnya saya tidak melihat pergerakan apapun dari nona Ana di luar apartemen miliknya."

Ryou mengepalkan kedua tangan yang berada di atas meja, beberapa orang yang melihat pergerakan yang ditampakkan Ryou langsung menghentikan makan.  Ryou sedang marah dan mereka harus pasrah menjadi samsak pelampiasan pria itu.

"Rose pasti menghasut Ana untuk tidak memenuhi undanganku."

"Menjadi kewajaran jika Rose hari ini  mengunjungi Ana."

"Mengunjungi? Untuk apa wanita itu mengunjungi Ana?"

"Rose adalah seorang wanita karir yang sangat sibuk, dia tidak punya waktu bebas selain malam hari dan juga hari minggu. Maka dari itu tiap hari minggu Rose akan mengunjungi Ana."

"Dia sangat menyayangi Ana."

Kiritaka mengangguk setuju,"Dia hanya memastikan jika keponakannya dalam keadaan baik."

Ryou tersenyum penuh arti, dia sudah sangat paham mengenai kehidupan yang dijalani Ana selepas mendapatkan data-data mengenai gadis itu dari beberapa sumber.

Seorang gadis pemberontak yang tidak ingin meneruskan perusahaan milik keluarga dan memilih hidup mandiri dengan mengandalkan pekerjaan sebagai penulis. Ryou sendiri masih tidak menyangka jika Ana bisa hidup sampai sekarang ini.

"Aku sangat merindukan Ana," ungkap Ryou sembari menyenderkan tubuh di sandaran bangku, dia tidak peduli jika tamu yang dia undang mendengar ucapannya yang terlalu melankolis.

"Anda bisa datang ke apartemen milik nona Ana," Kiritaka merogoh kantung jasnya kemudian menyerahkan sebuah kunci kepada Ryou, "Ini adalah kunci duplikat apartemen nona Ana."

"Kau memang bisa diandalkan," Ryou dengan rasa puas menerima kunci yang diserahkan Kiritaka padanya. Tanpa menunggu lagi dia langsung enyah dari tempat ini menuju ke kediaman gadis yang tengah dia incar.

=-=

"Aku ingin penambahan waktu lagi."

Sontak saja selepas Ana mengucapkan hal itu kepada Kath melalui sambungan telepon, wanita itu langsung berceloteh panjang lebar mengenai permintaan Ana yang satu ini, menasehati Ana karena selalu saja meminta penambahan waktu setiap kali mengerjakan naskah.

Mau bagaimana lagi, alur cerita yang Ana rangkai sudah mulai kacau. Entah mengapa dia sedikit tidak bergairah menulis semenjak Ana gagal masuk ke dalam kasino Laxurel, sungguh rasanya hanya kasino itulah yang menampilkan begitu gelapnya kehidupan di luaran sana. Bagaimana tidak, dari yang Ana dengar beberapa pemimpin dunia kriminal sering berkunjung ke Laxurel.

Oh ayolah, Ana masih ingat nyawa karena itulah dia masih tetap menuruti perintah bibinya.

"Baiklah, dua hari dari jadwal yang kutentukan sebelumnya."

"Kau memang wanita baik, Kath." ujar Ana diselingi kekehan.

Kemudian sambungan komunikasi dengan Kath terputus, Ana menjauhkan ponselnya dari telinga kemudian meletakkan barang tersebut di atas nakas.

Mata Ana masih saja tetap terbuka walaupun sesekali dia mengucek mata akibat kantuk yang mendera. Kali ini dia tidak ingin membangun waktu lebih banyak lagi, Ana ingin permasalahan naskahnya selesai hingga dia akhirnya bisa bersantai kemudian.

Namun malam ini rasa kantuk Ana begitu terasa hingga membuat mata Ana otomatis menutup dan kepalanya terbaring jatuh di atas meja.

Tanpa dia sadari sesosok pria masuk ke dalam apartemennya, menyelinap dengan diam ke kamar Ana kemudian bersidekap ketika menemukan Ana yang tengah tertidur lelap di atas meja kerja.

"Dia begitu menggemaskan ketika tidur," lirih Ryou, tangan pria itu menelusuri wajah Ana kemudian berlanjut menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah gadis itu.

Dengan cepat Ryou menggendong Ana, langkah kaki pria itu menuju ke arah tempat tidur kemudian membaringkan Ana disana. Selanjutnya Ryou merogoh sesuatu dari jasnya, sebuah alat suntik dengan cairan yang sudah terisi di tabung, tanpa membuang banyak waktu itu Ryou akhirnya menyuntikkan cairan tersebut pada lengan Na.

"Mungkin akan terasa sakit, tapi kurasa tidak sampai membuatmu terbangun," ujar Ryou sembari sebelah tangan pria itu mengelus wajah Ana, memberikan ketenangan pada gadis yang mengeryitkan dahi karena merasakan sedikit nyeri.

"Mommy."

Bibir Ryou tersenyum dikala mendengar Ana bergumam.

Ana tanpa sadar memeluk lengan Ryou yang tengah mengelus wajah gadis itu  sebelumnya, membiarkan kehangatan dari Ryou menyatu pada tubuhnya.

"Ana--" bibir gadis itu bergetar, Ryou dapat melihat jika cairan bening tergenang di pelupuk mata Ana yang tertutup. Jemari Ryou menyentuh bulir bening tersebut hingga kemudian menyapukannya pada permukaan jemari yang lain.

"Ana rindu mommy," bisik Ana hingga akhirnya gadis itu kembali mengatupkan bibirnya dan terlelap dalam mimpi.

_-_



The DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang