Part 8

15.5K 966 8
                                    

Sebrengsek-brengseknya Ryou, Ana perlu bersyukur karena dia tidak perlu tidur satu kamar dengan pria itu walaupun Ana sendiri tidak bisa menutup kenyataan jika sewaktu-waktu mereka akan tidur bersama karena kamar yang Ana tiduri adalah kamar milik Ryou.

Atau sebenarnya Ryou sedang sibuk hingga tidak sempat tidur di kamar milik pria itu.

Ana berharap Ryou akan terus sibuk hingga melupakan kamar tidur yang kini Ana huni. Sungguh, berdekatan dengan Ryou saja sudah membuat mulut Ana gatal ingin memaki apalagi jika mereka tidur satu kamar.

Sungguh, Ana dipastikan tidak bisa tidur nyenyak.

"Regina, aku tidak bisa berbahasa Jepang," Ana sibuk mengganti siaran televisi yang hanya diisi drama picisan dan juga berita. Orang-orang yang ada di televisi tersebut terus saja berbicara bahasa yang Ana tidak mengerti.

"Kemungkinan anda menjadi nyonya besar sangatlah besar, saya rasa sudah sepatutnya anda belajar bahasa kami."

Ana berdecih, gadis seperti Ana menjadi nyonya besar alias pendamping Ryou merupakan musibah besar baginya selain terperangkap disini. Tentu saja Ana tidak akan membiarkan kemungkinan yang Regina ucapkan menjadi nyata, pernikahan merupakan peristiwa sakral yang hanya terjadi sekali seumur hidup dan Ana tidak ingin peristiwa itu tercemari karena keberadaan Ryou yang berperan sebagai mempelai prianya.

Membayangkan saja membuat Ana merinding.

"Kenapa tidak kau saja," telak Ana, dia mematikan televisi kemudian menatap kearah Regina yang berdiri di samping sofa dimana Ana duduk, "Kau cantik dan kuat, sangat tipe Ryou sekali."

"Kami tidak saling mencintai, berbeda dengan perasaan anda yang--"

"Aku membencinya, sangat membencinya hingga rasanya ingin sekali aku menguliti si bastard itu."

Bibir Regina menyinggungkan senyum, "Kebencian anda yang dibutuhkan tuan Takahiro, tuan hanya ingin hubungan tanpa rasa apapun."

"Apanya yang berbeda, kau juga tidak punya perasaan apapun pada Ryou," protes Ana, lagipula mengapa arah pembicaraan mereka beralih membahas tentang Ryou.

"Tuan Takahiro adalah pahlawan saya, seorang yang sudah menyelamatkan saya dari jurang keterpurukan, karena itu kemungkinan saya mencintai tuan sangat besar jika kami saling berdekatan. Sedangkan anda, kebencian yang anda rasakan sudah mendarah daging pada tuan Takahiro. Jika kalian menjalin hubungan, sangat mustahil anda jatuh cinta pada tuan."

Benar juga, Ana sudah membenci Ryou di hari saat pria itu menculiknya. Membiarkan diri Ana dengan segala keputusasaan dan harapan pulang ke Las Vegas yang semakin menipis. Dia begitu tidak ingin terlepas dari kehidupannya dahulu, berkutik dengan novel dan ocehan Kath, jangan lupakan pula bibinya Rose yang begitu perhatian pada Ana. Dia benar-benar merindukannya.

"Aku tidak tau alasan dia membawaku kemari, namun mendengar penjelasanmu barusan aku baru sadar jika tujuan Ryou sukses membuatku sangat tersiksa,"  Ana beranjak dari sofa hendak ke kamar Ryou kembali, "Jika dia memintaku menikahinya maka aku akan menolak"

"Anda tidak bisa menolaknya, keinginan tuan adalah kemutlakan, bahkan anda sendiri tidak bisa mentiadakannya," Regina mengikuti langkah Ana dari belakang, mata Regina tidak lepas dari yukata yang tengah dipakai oleh Ana, terlihat gadis itu sangat kesusahan untuk berjalan.

"Pakaian ini benar-benar menyiksaku," celoteh Ana, gadis itu masih berusaha untuk berjalan dengan lebar walaupun pada akhirnya beberapa kali Ana hampir  terjatuh.

"Anda sangat cantik dengan yukata pilihan tuan Ryou."

Si Takahiro Brengsek Ryou itu!

"Aku ingin memakai gaun, dengan bagian bawah yang mengembang agar aku bisa berjalan."

Regina mengangguk siap mengerjakan perintah dari Ana.

"Akan saya siapkan beberapa menit lagi."

_-_

The DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang