2 || Dapat Teman dan Musuh

14 2 1
                                    

"Itu ... si Puser itu kan? Puser yang dikejar-kejar gerombolan cewek waktu itu?" gumamku pada diri sendiri.

"Maksud lo si Jin?" Tiba-tiba seorang perempuan menyambar begitu saja membuatku kaget.

Aku memandangnya kaget bercampur bingung. "Lo siapa?"

Kemudian perempuan itu tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Kenalin, gua Okta, cewek paling cantik seantero SMA Taruna Bangsa."

Aku menyambut uluran tangannya. "Oh halo Ok-ta," ucapku kaku. Aku bingung harus bersikap seperti apa.

Okta kemudian menggenggam kedua tanganku."Lo anak baru ya? Kelas lo dimana? Mau ke kantin bareng gua?" tanyanya terlihat antusias.

"Em ... gua di kelas 11 IPA A," jawabku. Setelahnya, secara tak terduga ia melompat-lompat kecil di tempatnya.

Okta menggoyang-goyangkan tanganku. "Kita sekelas!"

- 🌸🌸🌸 -

"Anak-anak, pada hari ini kita kedatangan murid baru," ucap Bu Ita yaitu guru yang sedang berdiri  di sampingku.

"Jena, perkenalkan dirimu kepada teman-teman sekelasmu," lanjut Bu Ita itu lagi.

"Halo! Perkenalkan nama saya Jena, saya pindahan dari Amerika, semoga kita bisa berteman!" ucapku dengan satu tarikan nafas.

"Ok, ada yang mau bertanya?" tanya Bu Ita.

"Nomor teleponnya berapa?!"

"Minta ID linenya dong!"

"Punya pacar gak?!"

"Pake skincare apa?!"

"MAU JADI PACAR A'A GAK NENG?"

"HUUUUU!"

"NGAREP AJA LO KUTIL BADAK!"

Seketika kelas menjadi begitu rusuh. Terlihat olehku para siswa laki-laki yang begitu antusias.

"Udah-udah! Kalian ini, malah modus!" sambar Bu Ita.

Bu Ita menoleh padaku. "Jena, kamu sekarang duduk aja, kamu duduk di samping Okta ya," Ujarnya. Aku mengangguk kemudian berjalan menuju bangku yang berada di barisan ke dua dari depan dekat tembok.

"Hai Jen, ketemu lagi kita!" sapa Okta dengan senyum lebarnya.

"Iya, Ok ... Ok ... Ok apa tadi nama lo?" tanyaku sambil berusaha mengingat kembali nama perempuan yang menjadi teman sebangkuku ini. Aku memang agak susah mengingat nama orang yang baru dikenal, Aku akan ingat wajahnya tetapi tidak dengan namanya.

Kulihat Okta memutarkan kedua bola matanya. "Okta Jen, Okta, masa baru tadi kita kenalan lo udah lupa aja."

Aku menyengir. "Sorry hehehehe."

- 🌸🌸🌸 -

"Nah ini kantin sekolah kita Jen," ujar Okta memperkenalkan kantin SMA Taruna Bangsa kepadaku.

Mataku berbinar. "Wah, bagus yah!"

Kantin di sekolah ini bisa dibilang mewah. Terdapat kursi-kursi dan meja-meja berwarna coklat yang tersusun sedemikian rapihnya. Warna putih yang mendominasi kantin memberikan nuansa dan kesan yang bersih namun nyaman. Stan-stan penjual makanan yang adapun terlihat bersih dan berjajar rapih.

Di tengah-tengah kesibukanku mengamati kantin sekolah, aku melihat indomie goreng kesukaanku terpajang dengan nyata di salah satu stan penjual makanan. Dan itu tinggal satu!

"Jen! Woy! Anjirlah! Tungguin gua! Ngapain lari sih?!" teriak Okta yang tidak kuhiraukan.

Buru-buru aku mendekati stan itu. Aku tidak mau kehabisan mie itu. Jangan sampai mie itu jatuh ke tangan orang lain, tidak! mie goreng itu adalah jodohku! kami tidak bisa dipisahkan!

Tinggal beberapa sentimeter lagi tanganku bisa menggapai mie goreng itu. Tapi, tiba-tiba ada sebuah tangan yang merebut jodohku itu dari jangkauanku.

Aku menoleh mencoba melihat siapa yang berani-beraninya mengambil mie goreng yang merupakan jodohku. Dan dia adalah ....

"Puser?"

Laki-laki dengan seragam yang terdapat tanda kelas 12 itu menoleh padaku.

Laki-laki itu menunjuk dirinya sendiri. "Ngomong sama gua?" tanyanya.

"Bukan, saya ngomong sama dugong Atlantis, ya sama Kakak lah!" seruku nyolot.

"Maaf Kak, tapi saya duluan yang lihat mie itu, jadi, mie itu hak saya!" seruku lalu mengarahkan tanganku untuk menggapai mie goreng dari genggamannya. Sebelum aku menggapai mie itu ia sudah menjauhkannya dariku lebih dulu.

"Eits! Ini gua duluan yang dapat ya, jadi ini punya gua!" seru si Puser itu dengan raut wajah tak mau kalahnya.

"Udah sih Jin, ngalah aja, lo setiap hari udah makan mie ini, Jena kan tinggal di Amrik, mungkin di sana gak ada indomie goreng, makanya dia ngotot banget pengen makan," sahut Okta yang sedari tadi hanya bisa diam mendengarkan perdebatanku dengan si Puser yang ternyata kakak kelasku.

si Puser eh maksudnya Jin, dia memberikan mie goreng itu kepada Mang Ujang yang sedari tadi hanya bisa cengo melihat perdebatan kami. "Nih Mang! masak pake telur setengah matang ya." Oh shit! Jodohku jatuh ke tangan orang lain!

Jin kemudian kembali menoleh padaku."Gua gak perduli, intinya gua lapar, jadi gua harus makan. Supaya ketampanan gua gak luntur." Najis! Ketampanan katanya! Tampan kalo diliat dari lobang semut iya!

Kemudian dia pergi meninggalkan aku yang meratapi jatuhnya jodohku ke tangan si Puser itu.

Okta mengelus wajahku. "Sabar." Aku segera menepis tangannya dari wajahku. Tangannya bau!

"Abis megang apaan lo tadi?!" seruku tak santai. Dia menyengir. "Tadikan ada kucing tuh, karena gua penyayang sama hewan jadinya gua gendong tuh kucing, eh tau-taunya ...."

Aku membelalakkan mataku. "Jangan bilang lo belum cuci tangan?!"

Okta menggeleng cepat. "U-udah kok! Cius deh!"

Aku menghela nafas lega, tapi! Kemudian aku menghentakkan kakiku lalu melangkah pergi meninggalkan kantin.

Saat akan keluar dari kantin, aku melihat Jin dengan wajah songongnya dan sebuah mangkuk berisi mie goreng yang tadi kami perebutkan. Dia sengaja sekali memasang gaya seakan mie goreng itu adalah makanan yang turun langsung dari surga. Akhhh! Aku sebal! Aku sebal! Aku juga ngiler!

Aku memasang tatapan tajam kepadanya. Bodoamat! Pokoknya mulai sekarang, si Puser itu adalah musuhku!

Setelah menatapnya tajam aku pun melanjutkan langkahku keluar dari kantin.

"Anjir ninggalin! Woy Jena, jangan tinggalin Okta yang manis ini dong!"

B

ersambung
















Tentang JenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang