k. bread

201 37 13
                                    

Yongha yang seharusnya sudah sampai rumah sejak setengah jam yang lalu lebih memilih untuk datang ke toko Sangmin. Sebenarnya Sangmin yang minta dia untuk datang --dan tentu Yongha tak akan menolak.

Sejak Pengakuan-tidak-sengaja oleh Yongha, Sangmin menjadi sedikit.... Lebih dekat dengan Yongha? Maksudnya, lebih-lebih-lebih dekat daripada sebelumnya.

"Hai! Sini masuk!"

Itulah tiga kata yang pertama menyapa indra pendengaran Yongha ketika membuka pintu toko--bersamaan dengan harumnya wangi roti dan kue. Ciri khas toko milik Sangmin.

Dengan senyuman lebar, Yongha masuk. Lelaki yang lebih muda mengajaknya duduk di salah satu tempat kosong.

"Apa kabar?" Yongha mencoba membuka percakapan.

"Baik. Kamu?"

"Baik juga. Tak mau coba memanggilku dengan, uhm, 'Kakak', mungkin? Aku kira kau seumuran dengan Junseo?"

Tawa Sangmin lepas. "Kaku sekali! Tak cocok jika aku memanggilmu dengan sebutan itu. Yongha saja, cukup."

"O-oh, oke. Tapi ingat, aku tetap yang lebih tua!" Senyum kikuk tercetak di wajah Yongha.

Sangmin membalasnya dengan anggukan.

"Oh!" Yang lebih muda menjentikkan jarinya.

Yongha menatapnya penasaran. "Apa?"

"Itu. Soal yang kau bilang saat tengah malam. Kau.... Tak sedang mabuk, kan?"

Dengan kerutan di alisnya, Yongha menatap Sangmin bingung. "Sebentar. Yang mana?"

"Yang k-kau bilang kau menyukaiku. Tak sedang mabuk, kan?"

Ah, Yongha ingat. Dengan cepat, ia menggeleng. "Memang kenapa?" katanya sambil menyeringai kecil.

"Ah--bagaimana ya, uh."

Sangmin menarik napasnya pelan; berusaha mengatur detak jantungnya. "Aku juga.."

Sangmin merasa bodoh dengan ucapannya tadi saat melihat Yongha tertawa.

"Kamu juga, apa?" Ledek Yongha.

"Tak usah pura-pura bodoh! Kau pasti paham maksudku."

"Iya, aku paham."

"Jadi... Bagaimana?"

Yongha menaikkan salah satu alisnya, "Bagaimana apanya?"

"Berhenti meledekku!"

"Iya, iya. Boleh aku beli satu roti? Aku lapar."

Sangmin mendecak. "Aku kan tadi bertanya kenapa jadi beli roti?"

"Aku lapar, Sangmin."

"Uh, baiklah. Tunggu sebentar."

Sangmin pergi mengambil roti yang menjadi kesukaan Yongha setiap lelaki yang lebih tua itu datang ke toko miliknya. Setelah mengambil satu roti, Sangmin kembali ke meja yang sedari tadi ditempati olehnya dan Yongha. "Ini," Kata Sangmin sambil menaruh roti pesanan Yongha ke atas meja. "Aku ulang. Jadi bagaimana?"

Sangmin kesal melihat sikap Yongha yang tak acuh dan lebih memilih untuk memberikan atensinya pada roti di hadapannya.

Satu gigitan lolos dari mulut Yongha. "Jadi..."

Astaga, Sangmin mau lari saja sekarang. Yongha ini kenapa, sih? Lama sekali menjawabnya.

"Makan ini dan kita pacaran."

Mata Sangmin membelalak kaget. ".....hah?"

"Itu tawaranku. Kalau tak mau ya tak apa."

Bukannya Sangmin tak mau. Sangmin juga tidak berpikir bahwa ini kurang romantis, tidak. Pikiran Sangmin berkecamuk. Kalau dia memakan roti itu, berarti secara tak langsung, dia dan Yongha? Ah.

"Tak mau nih? Padahal aku mau kau jadi paca--"

"Berisik!" Sangmin mengambil roti itu dari tangan Yongha dan menggigitnya sedikit. Masa bodoh! Dia malu sekarang.

Yongha tersenyum lebar sekarang. "Jadi, sayang, apa yang besok mau kita lakukan? Aku libur."

"Astaga.."

"Sayang?"

"YONGHA, GELI."























end.





iya, secepet itu. se-klise itu. hahah maaf ya kalau kurang memuaskan i really tried my best! :(( dan aku baru sadar disini gaada konflik samsek bcs i'm suck dan baru sadar juga dari awal chapter pake 'kakak' bukan 'hyung' KSKKSKSKSK

terimakasih buat yang udah mau baca vote komen i luv u 💜

dah, dadah!

breads | yongha x sangmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang