The Perfect Bos! - 2

27.4K 1.8K 77
                                    

Sandra sampai dengan selamat di ruangan meeting kantor. Bos baru belum datang. Dia punya kesempatan lebih baik karena tidak terlambat pas bos baru sialan itu datang. Sandra duduk di sebelah Vivi. Rekan kerja sekaligus sahabatnya. Dia mengatur napas yang tadi terengah-engah.

Vivi menggeleng dramatis. "Untung, tuh, bos belum datang." Ujar Vivi seraya memencet body butter bentuk tube dengan wangi stroberi dan memoleskan di lengannya.

Sandra mendongak ke atas atap. "Thanks God." Katanya seakan Tuhan melihatnya dari atap.

Vivi membelai rambut ombre purple yang baru seminggu lalu diombre. Dia mendekati telinga Sandra dan berbisik. "Katanya bos kita ini lulusan luar negeri. Dia kuliah di Amerika tapi tidak tahu di mana. Usut punya usut katanya di Oxford.

Sandra mengernyit. "Oxford kan Inggris, Vi. Bukan Amerika."

"Eh," Vivi terkejut. "Masa?"

"Iya, Oxford, tuh, di Inggris. Itu nama salah satu kota di Inggris. Kalau Amerika tuh Harvard, Stanford, Cambridge."

"Hehe," Vivi nyengir kuda. "Eh, yang lebih penting, San, bos kita masih muda dan belum menikah." Vivi berkata dengan nada suara manja.

"Terus apa urusannya?" Sandra bertanya polos.

"Itu berarti kita punya kesempatan untuk—" Vivi terdiam. "Ekhemm." Dia berdeham. Tersenyum penuh makna.

Sandra tidak mengerti. Lebih tepatnya Sandra tidak peka. Dia orang dengan kadar kepekaan rendah. Jadi, kalau bicara dengannya lebih baik langsung saja. Atau kerennya to the point. Dan itu sama saja hehe.

"Ustt... jangan bergosip." Samantha, HRD perusahaan menegur mereka. Samantha adalah wanita 30 tahun yang baru saja menikah tahun lalu. Dia mengenakan kacamata berframe bulat dan tubuhnya padat, berisi. Lengannya juga besar. Persis lengan orang yang kerja keras mengangkat batu ratusan kali.

"Jadi, kita masih menunggu bos itu?" tanya Sandra pada Samantha—yang otaknya lebih waras daripada Vivi.

"Yap!"

"Berapa lama lagi sih? Lama sekali. Dia mandi dua jam mungkin ya. Sarapan satu jam dan make up dua jam setengah." Gerutu Sandra sebal. Dia bangun terburu-buru, tidak mandi, tidak sarapan, lari-lari, cemas, resah dan gelisah. Tapi, si bos baru itu belum juga datang.

"Dia pria tulen, San." Kata Samantha heran pada Sandra yang selalu berprasangka yang tidak-tidak.

Sandra hendak komat-kamit lagi baca semua do'a yang dihapal. Tapi, dia takut nanti jadi lapar dan ngantuk. Karena do'a sebelum tidur dan do'a sebelum makan selalu masuk daftar do'a yang selalu diucapkannya. Dimana pun dia berada huft!

Vivi kembali berbisik. "Katanya Anita adalah mantan kekasihnya."

Sandra menoleh dengan mata membelalak. "Mantan kekasih siapa?"

"Bos. Saat mereka masih kuliah di universitas yang sama. Mereka berhubungan."

"Berhubungan apa?" dahi Sandra mengernyit. "Berhubungan badan?"

Vivi menggeleng. "Pacaran, San. Sepasang kekasih begitu. Kamu dari planet mana sih?" Vivi tampak jengkel.

Sandra terkikik. Lalu matanya menyapu semua orang yang ada di ruangan. "Di mana Anita?"

Vivi mengangkat bahu. "Lucu ya. Dia bekerja di perusahaan milik ayah mantan kekasihnya." Kata Vivi dengan wajah ekspresif manja yang menyebalkan.

"Usttt... jangan bergosip." Tegur Samantha lagi.

Anita adalah wanita paling cantik di kantor. Sandra pernah dengar kalau Anita lulusan universitas unggulan dunia. Selain cantik dia juga pintar. Sayangnya, gadis itu termasuk gadis yang tertutup. Dia jarang bersosialisasi dengan orang-orang kantor. Dia juga pelit senyum. Kalau tersenyum tipis sekali setpis kulit pangsit.

"Selamat pagi semuanya." Pak Arthur Weagly direktur utama sekaligus pemilik perusahaan tersenyum ramah dan hangat.

"Pagi, Pak." Semua menjawab serentak.

"Terima kasih kalian sudah menunggu kedatangan putra saya. Dia akan menggantikan saya di perusahaan ini. Putra saya akan menjabat sebagai CEO di perusahaan ini." Arthur menatap pintu. Seorang pria berwajah indo dengan hidung mancung mengenakan jas abu-abu mahal masuk. Dia tersenyum sekilas.

"Nicholas Weagly. Selamat bergabung." Ucap Arthur dengan senyum bangganya.

Pria itu masuk dengan senyum ala kadarnya. Semua orang yang berada di dalam ruangan berdiri dan tepuk tangan kecuali Sandra. Tentunya. Dia masih terkejut. Matanya membelalak tak percaya. Setengah ketakutan dan setengah kecemasan bergelayut pada perasaannya.

Mata Nicholas Weagly mengarah padanya. Tersenyum penuh tantangan pada Sandra.

Mati aku!

***

Thanks for reading ^^

Ini baru awal ya belum klimaks 😄😄😄

The Perfect Boss! [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang