The Perfect Bos! - 3

23.8K 1.8K 76
                                    

"Vi," Sandra menyenggol lengan Vivi yang mejanya bersebelahan tanpa sekat.

"Pa?" tanya Vivi singkat, padat dan jelas. Dia sibuk dengan ponselnya dan membiarkan laporan bulanannya menumpuk tanpa disentuh sama sekali. Karyawan yang sangat tidak teladan.

"Vi," Sandra kembali menyenggol lengan Vivi.

"Pa?" Vivi akhirnya menoleh dengan enggan.

"Aku tadi ketemu sama si itu—"

"S'pa?" tanya Vivi singkat khasnya. Vivi akan bicara seperti itu kalau dia merasa terganggu.

"Bos," Sandra memasang ekspresi takut sekaligus khawatir. Dia khawatir dipanggil CEO baru itu dan didamprat habis-habisan. Apalagi ditambah tatapan Sang Bos yang menggoda, eh, mencekam maksudnya.

"Kita semua ketemu si itu, San. Di ruang meeting tadi." Kata Vivi suaranya kali ini jelas. Tidak disingkat-singkat aneh.

"Maksudnya, aku ketemu dia di lift."

"Oh," Vivi manggut-manggut.

"Aku ngomel soal bos baru."

Vivi membelalak antusias. Akhirnya Sandra memilih menceritakan kejadian yang terjadi di lift.

"Oh, My God!" komentar Vivi akhirnya.

Telepon kantor berdering membuat keduanya nyaris terlonjak. Sandra mengangkat teleponnya. "Iya, Sandra di sini." Katanya formal.

"San," itu suara Samantha. "Bos minta kamu datang ke ruangannya sekarang."

Mata Sandra membulat. Bos minta aku datang ke ruangannya?

"A-ada apa ya?" tanya Sandra gugup karena merasa bersalah.

"Mana aku tahu. Cepat ke sana sebelum kamu dikasih uang—eh," Samantha heran sendiri kenapa dia malah nyambung ke uang? "Maksudnya sebelum bos yang nelepon kamu sendiri."

"Ya, terima kasih."

"Yap, sama-sama." Telepon mati.

Vivi sedari tadi menatap Sandra dengan rasa ingin tahu. "Ada apa?"

Sandra menghela napas perlahan.

"Tidak 'pa." Sandra ikut-ikutan berkata singkat ala Vivi.

***

"Tenang, San. Jangan gugup. Jangan emosi. Mungkin saja Nicholas ingin mengenalku lebih dalam lagi." Sandra menggeleng. "Ih, ini pikiran terlalu positif sekali sih!"

Sesampainya Sandra di depan pintu ruangan Bos, dia bertanya ragu pada dirinya sendiri. "Diketuk, jangan. Diketuk, jangan."

Pintu bos terbuka dan sesosok pria kalem nan tampan dengan wajah mirip dengan Leonardo D Caprio muncul. "Sandra." Kata pria itu.

"Eh," Sandra kaget sekaligus bingung. "Bos ada?"

"Ada." Jawab pria itu. "Lagi nongkrong, tuh." Katanya.

Dahi Sandra mengernyit heran. "Nongkrong?" Emang dikira kafe nongkrong.

"Iya. Duduk-duduk santai begitu. Aku duluan ya."

"Iya," sahut Sandra.

Setelah pria yang mirip Jack di film Titanic itu lenyap. Sandra kembali kebingungan. "Maju..." kakinya maju selangkah. "Mundur..." kakinya mundur selangkah.

"Maju!" teriak dari dalam ruangan, Sandra tersentak.

Si Bos melangkah santai. "Masuk," ujarnya. Melipat tangan di atas perut dengan gaya sempurna yang cantik. Eh, angkuh maksudnya.

"Masuk?" tanya Sandra cemas.

Bos mengangguk.

Beberapa saat setelah Sandra duduk dengan wajah dan posisi tegang. Ya Tuhan, hari ini dia sial banget sih! Wajah bosnya angker lagi.

"Jadi, siapa yang bersalah atas keterlambatan kamu?" tanya Bos.

"Saya sendiri, Bos."

"Bagus!" dia tersenyum. Senyum iblis. Sumpah demi apa pun, Sandra melihat keiblisan yang tertanam di senyum bosnya yang tampan dan menawan itu. Iblis berada di dalam tubuh pria tampan. Jadi judul novel boleh juga.

"Bos menyuruh saya ke sini Cuma buat—"

"Eh, jangan salah. Saya panggil kamu untuk memberikan hukuman atas keterlambatan kamu. Hukuman ini layak untuk karyawan yang suka nyalahin orang lain padahal dia sendiri yang salah. Setiap kesalahan harus dihukum. Saya akan buat peraturan baru yang akan buat kamu tidak betah di sini."

Sandra tercengang.

Kenapa tidak sekalian langsung dipecat saja sih? Mau disiksa dulu begitu?

***

Akan dinext setelah komentar sudah banyak ya ^^

Thank You ^^

The Perfect Boss! [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang