Sebuah kenyataan

17 1 0
                                    

jika dengan lari,rasa itu bisa ikut pergi,tapi kenapa hanya jantung yang ikut berpartisipasi.
semakin berdegup kencang,meski telah jauh melanglang.

itulah yang sedang di rasakan Sarah saat ini,lelaki yang selama ini telah menjadikannya menderita dengan merindukan wajah teduhnya.

betapa Sarah sudah berusaha untuk melupakannya.
tapi rasanya belum bisa.

dan di sinilah dia sekarang.

Sarah sedang berdiri di depan cafe,berusaha menetralkan degup jantungnya.

kemarin sore,Fandi menelfonnya,mengajaknya bertemu.

"Assalamualaikum."

"wa'alaikumsalam."oh,Amaliya,kamu sudah datang,silahkan duduk."

"Oh,Iya.."jawab Sarah.

rasa canggung menelusup di hati Sarah,setelah lama tidak bertemu.panggilan itu tetap sama,terasa istimewa,hanya Fandi yang memanggil namanya dengan sebutan itu, padahal semua orang  memanggilnya Aliya.

suara itu membawanya ke alam sadar.

"Amaliya,bagaimana kabar kamu?"Fandi memulai percakapan.
"terakhir kali kita ketemu pas kamu sakit,saat saya dan bunda jenguk kamu di rumah sakit,dan setelah itu kamu hilang entah kemana."

"Alhamdulillah kabar saya baik,kamu?".

"Alhamdulillah.bagaimana kamu bisa kuliah di sini?apa kamu punya saudara di sini?".lanjut Fandi.
Sarah hanya mengangguk,dia tidak tahu harus bagaimana,semuanya terlihat alot dan jauh.

dulu dia merasa biasa saat bersamanya,kenapa sekarang terasa berbeda?apa karena  dia sudah memiliki rasa dengannya?

"Bagaimana keadaan bunda?"tanya Sarah.

"Alhamdulillah baik,pasti bunda sangat senang kalau mengetahui saya ketemu kamu di sini."

Sarah hanya balas dengan senyum canggung.

bunda adalah Ibunya Fandi,Sarah sangat dekat dengan bunda,Sarah seperti merasa punya ibu lagi,setelah 10 tahun mamanya meninggal.

"Kamu tinggal di mana?"

"di rumah tante."kamu?"tanya Sarah.

"Saya tinggal di apertemen dekat kampus."Fandi menjawab sambil tersenyum,dan kemudian handponnya berbunyi.

Sarah masih berkutat dengan hatinya,sampai sebuah suara menyadarkannya.

"maaf Amaliya,saya harus pergi,Nadia mau ke sini,saya harus menjemputnya di bandara,lain kali kita lanjutkan pembicaraan kita."kata Fandi.dengan sedikit gugup.

"oke,hati hati.dan salam buat Nadia."sambil berdiri Sarah menjawab,dan mencoba tersenyum,menyembunyikan kekecewaannya.

Sarah memandang punggung Fandi di balik jendela cafe yang mulai menjauh dan hilang di antara orang yang berlalu lalang di jalan.

Sarah menghela nafas,sambil menghempaskan tubuhnya di kursi,bahkan mereka belum meminum pesanan yang di pesan Fandi.Sarah tersenyum getir melihat minuman yang ada di depannya.
ternyata Fandi masih ingat dengan minuman kesukaannya,cappucino.

saatnya move on sarah,,,,,pliiies,kendalikan dirimu,jangan seperti ini,kamu bisa sakit hati terus kalau terus memikirkannya...

Nadia adalah tunangan Fandi,mereka satu kampus.Sarah tidak mengenal Nadia,sampai akhirnya mereka bertemu di rumah Fandi, bunda memperkenalkan mereka berdua dan bunda minta maaf karena baru memberi tahu Sarah, bahwa Fandi dan Nadia sudah tunangan tiga hari sebelumnya,saat Sarah pulang ke rumah neneknya.

saat  mendengar kabar itu,Sarah merasa patah hati,dan sampai sakit karena memikirkannya,dia seperti tidak punya semangat hidup lagi,berhari hari Sarah mengurung diri di kamar,makanan pun hampir tidak di sentuh,kalau bukan karena paksaan Bi inah,mungkin sarah tidak akan mau makan.
sepanjang hari dia menangis,sampai akhirnya dia di temukan tergeletak di samping kasur oleh pembantunya.
dan akhirnya Ayahnya mengetahui penyebab putri kesayangannya itu murung akhir akhir itu.

awalnya Sarah tidak menjawab saat di tanya,sampai akhirnya Sarah mau menceritakan semuanya kepada Ayahnya,dengan sarat Sarah tidak mau tinggal di jakarta lagi,karena itu akan sulit baginya untuk mrlupakannya.
Akhirnya Ayahnya menyetujui dengan berat hati.

*****

Sarah,adalah panggilan baru yang di berikan temannya,saat Sarah memperkenalkan diri dan mengatakan terserah tentang panggilan namanya,dan seketika terlontar dari mulut Nina,teman kampusnya, untuk memanggilnya dengan sebutan Sarah.

patah hati yang di rasakannya sangat membekas,dan tak mudah baginya untuk melenyapkannya,setiap hal yang di lakukan tak luput bayang bayang wajah lelaki itu muncul di benaknya,Sarah hanya bisa menangis dan menahan pilu kala mengingatnya,awal awal dia kuliah,fikirannya kacau,dia tidak bisa menjadi seperti ini terus menerus,dia harus bangkit,dan salah satunya dengan menyibukkan diri dengan tugas kuliahnya.

dan pastinya selalu berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik dengan teman temannya.

namun semua itu tak cukup untuk mengobati luka hatinya,saat dia telah mengetahui sebuah kenyataan bahwa Fandi tak mempunyai rasa apa apa terhadap dirinya,dan lebih memilih Nadia dari pada dirinya.

Yang TerlewatkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang