1~

610 54 2
                                    

Seperti biasa, pagi ini matahari terbit pada tempatnya. Menyebarkan cahayanya ke seluruh penjuru bumi, yang membuat sebagian manusia mampu terbangun karena silau dari pancarannya.

"Aishhhhhhh, rasanya baru saja mata ku terpejam. Tapi kenapa matahari sudah terbit lagi ya tuhaaaan" kesal Wendy sambil menggosok-gosokan kakinya pada sprei kasur seperti anak yang tak di belikan mainan.

"Hahh.. Ayolah wendy SEMANGAT! jika tidak maka kamu akan mati kelaparan, Aku jamin itu" ujarnya berdialog sendirian lalu bangkit dari kasur dan menuju kamar mandi.

*

"Selamat pagi kesayanganku semuanya, aku harap kalian bahagia hari ini dan seterusnya.. Aigooo anakku tumbuh lagi satu! haaaaa senangnyaa!!!" kata wendy yang sedang berbicara sambil menyirami para kesayangannya. Ya, bunga-bunga cantik yang sengaja ia rawat di halaman depan rumah peninggalan neneknya.

"Yak! Son Seungwan! Berhentilah berbicara dengan anak-anak mu itu dan pergi bekerja SEKARANG JUGA!!" teriak seseorang di depan pagar rumah wendy lalu bergegas kembali mengayuh sepedanya.

"NEEE, TUNGGU AKU SEULGI" jawab wendy sambil terburu-buru ke arah sepedanya dan wendy pun segera menyusul temannya itu.

"Hahhh...hahh Seulgi! kenapa kau..hh sangath cepat sekalihhh!" keluh wendy sambil terengah-engah kelelahan. "Benarkah? tidak kusangka kau selemah itu wendy" ejek Seulgi sambil berjalan meninggalkan wendy yang masih di atas sepedanya.

"HEI SIALAN KAU KANG SEULGI"

***

"Selamat datang" ucap wendy dengan ramah kepada pelanggan yang datang. Ya, Son Seungwan atau wanita charming yang kerap di panggil Wendy itu bekerja disebuah toko milik seseorang yang terletak di tengah-tengah pemukiman padat penduduk bersama partnernya bernama Kang Seulgi.

"Wendy, apa kau tau anak bos kita kemarin kecelakaan?" tanya Seulgi kepada wendy yang di jawab dengan gelengan kepala. "Ah, sudah ku duga pasti kau tidak tau" kata Seulgi sambil melihat ponselnya. "Ya, aku tidak tau dan aku juga tidak peduli Seulgi"
"Iya aku tau karna yang kau pedulikan hanya anak-anakmu saja" ujarnya yang mencibir kebiasaan wendy. "Haha sudah lah seulgi aku akan mengisi beberapa barang yang kosong dulu" kata wendy sambil berjalan meninggalkan meja kasir dan mengambil barang di gudang.

And I see your true colors

shining through

I see your true colors

And that's why I love you

Terdengar sayup-sayup potongan lagu berjudul true colour yang mengalun indah di speaker kecil yang merupakan kepunyaan seulgi, merdu mengisi pagi yang cerah ini.

Sesekali wendy yang sedang memajang pasta gigi pun bernyanyi mengikuti lagu itu, sampai tak sadar bahwa ada seseorang yang berjalan mendekatinya.

"Permisi.."

"....."

"Permisii" ucap wanita itu sekali lagi dengan sedikit lebih keras. "E-eh, ya? ada yang bisa saya bantu" Jawab wendy yang terkejut dengan kehadirannya.

"Apakah disini ada bir?" tanya wanita berbaju hitam sambil beradu pandang dengan wendy.

Tunggu..

"deg.. degg.. degg...

j-jntungku.." -wendy

"Ehemmm.. Permisi nona!" kata wanita itu sekali lagi yang sepertinya tidak nyaman di acuhkan oleh wendy yang fikirannya melayang-layang ntah kemana.

"Ah, Nee M-mian. Ada di sebelah sini" ujar wendy sambil mengantarkan wanita itu ke deretan rak yang di penuhi oleh berbagai macam minuman. Tanpa mengucapkan terimakasih wanita berbaju hitam itu terburu-buru mengambil beberapa botol bir dan pergi meninggalkan wendy yang masih termenung di sebelahnya.

"Aigoo.. Seungwan sadarlah bodoh! ada apa denganmu!" ucap wendy sambil memukul-mukul kepalanya agar kesadarannya kembali kesemula.

**

Wendy Pov.

Apa dia bidadari? aishhhh tidak, tidak mungkin..
Tapi kenapa wajahnya sangat bersinar? walaupun auranya sangat dingin, tapi mampu menyejukkan. Sial, kenapa aku jadi memikirkannya terus menerus seperti ini.

"SEUNGWAAAN!" teriak seulgi yang ada tepat di sebelahku.

"Aigo seulgi, bisa tidak kau kecilkan suara cempreng mu itu!" ucapku sambil menutup kedua telinga.

"Aku memanggilmu berkali-kali sedari tadi! Tapi kau malah asik melamun! hahhh mengesalkan sekali"

"Jinjja? waah aku tidak mendengarnya. Mian" ucapku meminta maaf kepada seulgi yang terlihat sangat kesal.

"Seulgi, apa kau tau gejala penyakit jantung itu apa?" tanyaku kepada Seulgi. "Memang siapa yang sakit jantung?" kata seulgi balik bertanya. "Ntahlah.. sedari tadi jantungku berdebar-debar tidak mau berheti"
"Aigooo seungwan pabbo, jika jantung mu berdebar-debar itu bagus tandanya kau masih hidup!!" ucapnya sambil menyentil jidatku dengan telunjuknya. "Hahhh.. maksudku bukan ituu. Maksudku jantung ini berdebar tidak seperti biasanya" ucapku dengan putus asa. "Maksudmu sangat kencang?" tanya Seulgi, yang hanya di angguki olehku.

"Aku rasa itu bukan penyakit jantung wendy-ah. Bisa jadi karena kau takut, cemas atau nervous"

"Tapi sepertinya aku tidak merasakan itu semua Seulgi.. Apa ada hal lain?"

"Mmmm.. tunggu, terkahir kali jantungku berdebar sangat kencang seperti itu ketikaaaaa..


jatuh cinta"




ANNIYEOO!!

****

Tak terasa waktu hari ini cepat sekali berlalu, jam dinding digital itu sudah menunjukan pukul 22.00 waktunya menutup toko. AKHIRNYA AKU BISA PULANG DAN TIDUR.

"Seulgi apa kau yakin tidak ada yang terlewat?" tanyaku kepada wanita yang selalu di kuncir kuda seperti anak kecil padahal umurnya sama denganku. "Nee, aku rasa begitu" jawabnya sambil mengingat-ngingat.

"Oke baiklah kita pulang!!!!" ujarku dengan semangat. Akhirnya akupun bersama Seulgi pulang dengan sepeda kami masing masing, namun di perempatan jalan kita harus berpisah karena arah yang berbeda. "Hati-hati seulgii!" ucapku sedikit berteriak kepadanya "Kau juga wendy berhati-hatilah" balasnya yang di angguki olehku.

Akupun segera mengayuhkan sepedaku, angin malam membelai wajahku. Sungguh dingin yang menusuk kedalam tulang, tapi mampu menenangkan hati dan fikiran ku.

Tiba-tiba sebuah mobil yang melaju kencang sangat mengaggu perjalannanku. Meski jalanan ini sepi tapi aku rasa berbahaya melajukan mobil secepat itu, lagi pula jalan di sini tak sebesar jalan raya.

Ciiiiittttttt.....

Terdengar suara rem yang aku yakin di injak sangat dalam itu, aigooo sepertinya pengemudi itu sedang mabuk. Mobil itu berhenti jauh beberapa meter di depanku  namun gerak geriknya masih mampu tertangkap oleh mataku.

Aku tertegun beberapa saat dan menghentikan kayuhan sepedaku, sambil bersembunyi di balik tiang listrik yang ada di pinggir jalan. Perasaan ku sedikit tidak enak jika harus melanjutkan perjalan ini, aku tidak mau berurusan dengan mereka. Jadi aku menunggu sampai mereka semua pergi.

Ternyata beberapa laki-laki keluar dari mobil yang terlihat cukup menampung banyak penumpang itu, tentu dengan badan yang sempoyongan sangat terlihat jelas.

Deg!

Jantungku bagai di beri tempaan keras, aku tak mampu menahan mulut ku agar tidak terbuka karena terkejut.

Ternyata beberapa laki laki di dalam mobil itu berusaha mengeluarkan seseorang di dalam mobil itu, menyeret tubuh yang terlihat ringkih keluar dari mobil itu.

Apa mataku tidak keliru? berulang kali aku menggosok-gosok mata ini berharap semua kejadian di depan adalah sebuah kesalahan.

Brengsek!

Ternyata mataku seribu persen tak keliru.

Dan aku rasa itu adalah seorang.. wanita

****

tbc.

Hidden FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang