8~

469 46 10
                                    

Wendy Pov

Ternyata tak buruk juga bila aku sedikit mengakrabkan diri dengannya. Dan dia wanita yang asik, aku jadi tak merasa bosan atau kesepian lagi karna ada dia. Di tambah rasa canggungku sedikit berkurang sekarang jadi aku bisa berbicara dengannya tanpa harus berkeringat atau malu-malu. Sungguh menggelikan sekali bukan, rasanya seperti anak SMP yang sedang jatuh cinta. Yaaksss

"Ckckck jinjja son seungwan. Ku perhatikan kau hanya senyum-senyum sendiri sedari tadi" Kata seulgi kepadaku. "Mungkin itu hanya perasaanmu saja seulgi" Kataku yang mengelak.

"Akhir-akhir ini kau sangat aneh. Apa kau menyembunyikan sesuatu?" Tanya sulgi penuh selidik sambil memicingkan mata sipitnya. "A-ani!" ucapku dengan gugup. "Kau menyembunyikan sesuatu wendy" Pertanyaan yang ia berikan kini berubah menjadi sebuah pernyataan. Aigoo, kenapa aku tak pernah pandai berbohong.

"Hahhh..." helaan nafas kasar keluar dari mulut ku yang sedang menyiapkan mental untuk menceritakan semuanya kepada seulgi.

"Baiklah, jadi... "

aku pun menjelaskan setiap kejadian yang terjadi beberapa hari yang lalu, pertemuanku dengan Irene, keadaan Irene, dan Irene yang tinggal di rumah ku saat ini.

"JINJJA? WAAH KAU.. AIGOO" Teriak seulgi yang terkejut mendengar ceritaku. "Jadi wanita itu ada di rumahmu?" tanya seulgi dengan wajah tak percaya "Nee"

"Bagaimana kau bisa sembarangan membolehkan wanita yang kau tak ketahui asal usulnya tinggal di rumahmu? Apalagi kau menemukannya di buang oleh laki-laki. Bagaimana jika dia orang jahat atau buronan?" kata seulgi dengan panjang lebar dan penuh kekesalan di matanya.

"Seulgi, duduklah" ucapku yang tetap tenang dan menyuruh seulgi duduk di kursi agar emosinya sedikit mereda. "Saat itu aku hanya berniat membantunya, apa membantu orang lain harus mengetahui asal usulnya terlebih dahulu? apa kau tidak akan menolong seorang penjahat yang sedang kritis di jalanan? Aku rasa itu tidak mungkin. Kecuali jika kau tak punya rasa kemanusiaan" Jelasku dengan tenang agar emosinya tak terpancing lagi.

Seulgi hanya terdiam sambil mencerna ucapanku. "Tenanglah, aku tau dimana aku berdiri, aku tau sampai mana batas yang harus ku lakukan" tambahku sambil mengusap punggungnya menenangkan. "Hmm.. araseoo, aku hanya khawatir kepadamu" "Gwenchana, terimakasih sudah mengkhawatirkanku seulgi-ah"

****

ceklek

Aku membuka pintu rumahku dengan kunci cadangan yang selalu ku bawa. Sepi, jelas karna sudah hampir tengah malam aku pulang ke rumah.

Aku berjalan menuju kamarku, namun langkahku terhenti ketika melihat seseorang yang tidur di sofa dengan tv yang masih menyala. Hmm kenapa dia tidur disini, padahal di kamarnya aku rasa lebih nyaman.

Aku menghampirinya yang sedang tertidur lelap, dan berjongkok di hadapannya. Ya tuhaan, sungguh kau menciptakan wanita ini tanpa celah. Lagi-lagi aku terbius olehnya, saat tertidur pun dia semenawan ini. Benar-benar keturunan bidadari.

"Engghh.." Erangnya sambil berusaha membuka matanya, belum sempat aku membangunkannya tetapi Irene sudah terbangun sendiri. "Wendy-ssi, kau sudah pulang" Katanya sambil mencoba duduk dan mengucek matanya. "Nee, aku sudah pulang" jawabku sambil tetap memperhatikannya yang berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Aku rasa kau sedikit terlambat pulang" katanya yang menyadari keterlambatanku pulang ke rumah.

"Nee, aku terlambat. Waeyo?" "Aku menunggumu, sampai ketiduran disini" Jelasnya padaku, mungkin dia mengigau haha.

"Untuk apa kau menungguku? lebih baik kau tidur" "Aniya, aku selalu menunggumu pulang terlebih dahulu. Baru aku bisa tidur"

Benarkah? jadi selama ini dia selalu menungguku pulang ke rumah, waah dia benar-benar membuatku kegeeran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hidden FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang