3~

223 41 3
                                    

"Jangan mendekat! Atau akan ku bunuh kau!" teriak irene di hadapan lelaki bajingan yang merupakan salah satu teman Park Bo Gum. "Aigoo, kau sangat menyeramkan juga. Bunuh saja aku gadis cantik" Ucapnya sambil membelai rambut Irene yang ada di hadapannya.

Irene pun hendak berlari menjauh darinya, namun sayang lengan kanan Irene lebih dulu dicengkram dengan erat oleh lelaki itu..

"Aku rasa tidak ada pilihan lain selain mengikuti apa mau ku nona" ucapnya dengan smirk yang menakutkan. "LEPAS!" Teriak irene sambil berusaha melepaskan genggaman laki-laki ini. "HAHAHA" Tawa kerasnya menggelegar membuat suasana malam ini semakin mencekam.

Sreeeetttt....

Dengan keberanian yang Irene punya ia mencakar wajah laki-laki itu sekuat mungkin menggunakan tangan kirinya.

"AH! BRENGSEK KAU WANITA JALANG" Erangnya kesakitan sambil memegang pipi nya yang berdarah karna kuku panjang Irene.

Irene berusaha lari menjauh darinya, namun sialnya lelaki itu dengan cepat mengejar Irene dan menariknya dengan kasar.

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi mulus seorang Bae Irene, saking kerasnya badan wanita itu sampai terhuyung dan terjatuh. "Berani beraninya kau mencarkar wajahku!"

PLAK!

Tamparnya sekali lagi yang bahkan lebih keras sampai ujung bibir Irene mengeluarkan darah yang tak sedikit.

"M-mianhae, tolong le-lepas kan aku" ucap Irene dengan terbata-bata. "Lepas? Seperti ini HAH?!?" Kata laki-laki itu sambil menjambak keras rambut Irene dengan kuat.

Irene hanya bisa menangis kesakitan, rasanya tidak pernah sedikitpun ia membayangkan kejadian menakutkan seperti ini akan terjadi pada dirinya.
"SEKARANG IKUTI APA MAUKU!" teriaknya di hadapan wajah Irene dengan tangan yang masih menjambak rambut wanita itu.

****

"YA! kau membawa mobil seperti keong! Lebih cepat bodoh!!!"

"Ba-baik bos!"

"Kita akan bawa wanita ini kemana bos?" tanya laki-laki lain yang merupakan anak buahnya. "Cari tempat sepi lalu kita buang wanita ini disana" ucapnya sambil melirik seorang wanita yang sudah terbujur kaku di sampingnya.

Setelah jauh dari keramaian kota, mereka pun memutuskan untuk menurunkan wanita yang tak berdaya itu di pinggir jalan yang sangat sepi. "Apa kau yakin tidak ada yang melihat?" Kata laki-laki itu memastikan. "Aku yakin bos" jawab anak buahnya, "Baik lah, cepat buang dia" titah  laki-laki itu kepada anak-anak buahnya.

Tanpa mereka sadari bahwa ada manusia yang memperhatikan mereka sedari tadi.

*

Wendy Pov


Lututku lemas, rasanya sudah tak bisa berdiri setelah melihat kejadian yang tak pernah ku duga sebelumnya. Setelah mobil itu pergi akupun segera mengayuh sepedaku mendekat ke arah nya, iya wanita yang malang itu.

Setelah berada satu meter di dekatnya aku menguatkan diriku dan membulatkan tekadku untuk semakin mendekat ke arahnya. Sakit sekali rasanya hatiku melihat seorang wanita yang terkulai lemah dengan rambut yang berantakan sampai menutupi wajahnya, dan.. "ASTAGA! da-darahhhh!!" teriakku yang terkejut melihat darah segar mengalir dari kepalanya.

Sambil memejamkan mata, dengan cepat aku menggapai tangannya untuk memeriksa apakah wanita ini masih hidup atau telah menjadi.. mayat.

Syukurlah tuhan masih menyayanginya.. Meskipun lemah tapi aku mampu merasakan denyutan nadinya. Dia masih hidup.

Dengan susah payah akupun membopongnya naik ke atas boncengan sepeda ku, mendudukannya disana dan melingkarkan kedua tangannya di pinggangku. Aku mengayuh sepeda dengan sisa-sisa kekuatanku, tentu dengan tangan kiri yang menggenggam kedua tangannya di perutku agar dia tidak terjatuh.

****

"Apa dia baik baik saja?" Tanya ku dengan sedikit cemas kepada Joy yang baru keluar dari kamar yang di tempati wanita itu "Hmm.. lukanya sangat parah Wendy, tapi aku sudah membereskannya semampuku. Aku juga sudah mengganti pakaianya" Kata Joy sambil membereskan peralatannya.

Dia adalah temanku yang merupakan seorang perawat, setelah membawa wanita ini ke rumahku dengan cepat aku menghubungi Joy untuk mengobatinya. "Terimakasih Joy, maaf sudah mengganggu malammu"

"Anii, tidak apa apa tapii.. dimana kau menemukannya wanita itu wendy" kata Joy yang bertanya kepadaku. "Aish! sudahlah nanti akan ku ceritakan padamu. Tapi aku harap kau tak menceritakan apapun pada orang lain" titahku kepada Joy. "Araseo, Ah! aku menemukan ini ketika mengganti pakaiannya, simpanlah wendy. Aku pamit pulang, hubungi aku kalau terjadi sesuatu" ucapnya panjang lebar, sambil memberikan sebuah kalung padaku.

Ya, sebuah kalung nama bertuliskan Irene, hmm.. apakah itu namanya? Aigoo ntahlah semua ini membuatku pusing.

Setelah joy pergi aku bergegas mengunci pintu dan melangkah ke kamarku untuk bersistirahat.

Namun ketika aku sampai di depan pintu kamarku, mata ini seperti tertarik oleh magnet. Menatap pintu kamar yang berada persis di seberang kamarku, ya tempat wanita itu terbaring. Otakku dengan lancang memerintahkan kaki ini untuk melangkah ke arah ruangan itu.

Ceklek

Perlahan aku membuka pintu kamar, mengintip terlebih dahulu manusia yang sedang terbaring tak berdaya. Aku berjalan kearahnya, berada sedekat ini membuat semuanya terasa lebih jelas.

Meski aku tak tau siapa manusia ini, tapi rasa kemanusiaan ku lebih tinggi dari apapun. Aku hanya diam dan menerka-nerka apa yang terjadi pada wanita malang ini, sambil menatapnya dengan iba.

Perban yang melingkar di kepalanya, tubuhnya yang di penuhi luka memar. Dan wajahnya yang sedikit membengkak karna lebam yang terlihat sangat menyakitkan.

T-unggu...


Wajah ini? Sepert----







AH JINJJA?!!!

*****

Tbc

Hidden FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang