3. Aih, menyebalkan!

18 4 0
                                    

"Kenapa pembelaan ku malah disalah artikan?"

-Aurora

---

"Raa, kamu kenapa sih? Aku ada salah ya? Bilang dong, jangan diem gini." Bujuk Eric dengan ekspresi wajah yang terlihat gusar. Saat ini Eric sedang berada di rumah sang pacar. Yang tak lain dan tak bukan adalah Aurora. Karena kejadian dikantin sekolah kemarin, Rara jadi begitu cuek padanya. Padahal ia sendiri belum menyadari apa kesalahannya.

"Jadi, masih belum sadar kesalahan kamu itu apa?" Tanya Raraa dengan lantang. Kemudian, ia kembali melanjutkan kalimatnya. "Ric, aku itu kurang baik apa sama kamu? Aku udah bebasin kamu untuk bebas sana sini. Tapi, apa balasan kamu? Ngebohongin aku. Kemarin, aku liat kamu ke kantin bareng anak OSIS. Terus, nempel banget lagi sama si adik kelas itu."

Eric mulai risau. Pasalnya, baru kali ini Raraa marah padanya. "Raa, aku minta maaf. Aku ga bermaksud bohongin kamu. Waktu itu aku diajak mereka ke kantin bareng. Aku gabisa nolak mereka, katanya sekalian kumpul gitu." Jelas Eric sambil menatap manik mata gadis itu.

"Mudah banget bikin gue luluh nih cowok," gumam Raraa dalam hati.

"Hmm..."

"Jangan marah lagi ya, sayang?"

"Iyaa aku ga marah,"

"Makasih, sayang."

Lihat? Betapa mudahnya Eric membuat Raraa tidak marah lagi padanya. Seharusnya Eric beruntung mempunyai kekasih seperti Raraa. Tapi, Eric nya saja yang tidak tahu diri. Ayoo tim penghujat Eric!

---

'Raraa pov'

Keesokan harinya, seperti biasanya aku diantar ke sekolah dengan Bunda. Karena, ayah yang buru-buru berangkat ke kantor membuat bunda harus turun tangan dalam mengantar ku kesekolah. Meskipun, ayah berencana mencari supir untuk antar-jemput ku kemana pun tetapi bunda melarang. Karena, dia tak ingin anak semata wayangnya kenapa-napa.

"Bunda, Raraa masuk dulu yaa. Assalamualaikum," salam ku sebelum turun dari mobil yang bunda kendarai. "Waalaikumsalam," sahut Bunda.

Ketika aku berjalan di koridor sekolah, aku melihat sesosok yang ku kenal sedang berjalan bersisian sambil bercerita. Ya, dia adalah Eric kekasihku. Jadi begini kelakuan dia dibelakangku, hm?

Aku pun menjajarkan langkahku dengan mereka yang ada di depanku. "Selamat pagi," Sapa ku pada dua orang yang kini ada disampingku. Eric dan gadis yang sedang bersamanya tergelak. Eric terkejut. "Pagi, kak." Sapa Gadis yang aku tau bernama Lisa itu. Sang bendahara OSIS yang aku lihat kemarin begitu akrab dengan Eric.

"Kak Eric, kak Raraa, saya duluan ya." Pamit Lisa. "Jadi, sekarang alasan apalagi yang bakal kamu kasih ke aku?" Sarkas ku padanya. "Raa, aku tadi kebetulan doang ketemu dia di depan. Ya, udah bareng aja sekalian mau bahas soal ulangtahun sekolah bulan depan." Ujar Eric. "Omong kosong!" Batinku.

"Ric, kamu itu udah vakum dari OSIS. Kamu bukan lagi waketos. Jadi, buat apa kamu bareng dia? Pake alasan ngebahas urusan ulangtahun sekolah lagi." Sahut ku lagi. Raut muka Eric seperti nya kesal dengan ucapan ku.

"Meskipun aku udah vakum, bukan berarti aku ga ikut dalam persiapan atau urusan osis yang lain. Aku masih berhak bantu mereka, Raa. Bahkan Pak Aras sendiri yang nyuruh aku, Bima, sama Angkatan kemarin bimbing anak OSIS yang sekarang. Kamu gabisa semena-mena sama tugas aku, Raa." Bela Eric. Aku terdiam. Sepertinya aku salah lagi. Padahal aku sudah banyak mengalah. Dia selalu menomorsatukan OSIS daripada Aku. Eric kemudian berlalu dari hadapan ku. Aih, menyebalkan!

🌸🌸🌸

ALDERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang