Sorakan dari arah tribun menggema heboh tatkala waktu yang tertera dalam papan digital menunjukkan angka nol.
Jika dari arah tribun kiri berisikan sorakan penuh kekecewaan namun tetap berusaha menyemangati pemain yang sekarang tengah bersalam-salaman, maka dari tribun kanan sorakkan penuh kebahagiaan terdengar nyaring. Lantunan yel-yel kemenangan berkumandang nyaring dan berulang-ulang bak kaset rusak.
Dan Eunsang adalah satu dari sekian banyak yang tengah menyanyikan lagu kemenangan tersebut. Raut wajahnya menunjukan ekspresi bangga sekaligus bahagia. Sekalipun ia sendiri diantara banyak orang yang tidak terlalu ia kenal, Eunsang tetap ikut bernyanyi heboh sembari menunggu tangga menuju lapangan dibuka dan penonton dipersilahkan turun.
Kala ujung matanya melihat pagar yang membatasi area tribun dan tangga dibuka, dengan cepat ia melesat turun. Matanya langsung mencari sosok pemuda yang entah mengapa tadi bermain sangat enerjik dan bagus. Dan saat matanya menemukan sosok itu, Eunsang tak menunggu lama untuk menubrukan badannya.
"Selamat."
Sosok itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Junho, membalikan tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Eunsang.
Eunsang bisa melihat guratan bahagia pada wajah penuh keringat Junho, sekalipun senyum yang terbentuk pada belah bibirnya hanyalah senyum tipis. Eunsang membalas senyuman itu dengan senyuman lebar khasnya.
"Makasih. Aku menang juga karena kamu kok." Ucap Junho. Tangannya ia arahkan pada rambut Eunsang, menggusaknya gemas.
"Bisaan deh. Tapi bagus, Eunsang sampe teriak-teriak gitu lho diatas! Seru bangett!! Semuanya juga teriak-teriak, Junho bisa denger suara Eunsang?"
"Engga." jawab Junho singkat.
Eunsangpun mencebikkan bibirnya sebelum menunjuk-nunjuk lehernya, "Eunsang udah teriak semangat banget tadi padahal. Sampai sakit tenggorokannya. Terus akhirnya Eunsang coba teriak tapi pakai diafragma biar ga sakit, sama pakai fokus teriaknya biar bisa kedengeran."
Junho terkekeh mendengar keluh kesah Eunsang, "Suara kamu sendiri dilawan sama ratusan orang disini jelas kalah dong. Mau kamu pakai semua teknik paduan suara kamu biar bisa beresonansi dan kedengeran teriaknyapun aku juga gaakan bisa denger."
"Iya juga sih..."
Junho antara ingin tertawa atau menghibur Eunsang saat ini. Bagaimana Eunsang yang sedikit menundukkan kepalanya karena kecewa, dengan bibir yang sedikit dimanyunkan, terlihat sangat menyedihkan tapi secara bersamaan menggemaskan.
"Tapi aku tahu kok kamu pasti teriak diatas sana, makanya aku semangat mainnya tadi. Lain kali kalau liat aku main lagi, kamu gausah teriak yang sampe bikin sakit tenggorokannya. Kasian nanti kamu mau nyanyi kaya gimana, yang ada aku yang bakal dimarahin pelatih kamu." hibur Junho diselingi nasihat yang ia harap mau didengarkan oleh Eunsang.
"Iya, iyaa. Yaudah Junho sekarang mandii, biar kita bisa makan eskrim abis ini. Eunsang yang traktir!" seru Eunsang semangat.
"Oke. Kamu ikut?" tanya Junho iseng.
Eunsang menatap Junho bingung, "Ikut kemana?"
"Ikut mandi sama aku."
"Ih apasih!!"
.
♡
.Sekarang kedua pemuda tadi tengah berdiri didepan stall yang disediakan oleh kedai eskrim yang berada dikawasan tempat tinggal mereka. Keduanya menatapi jejeran eskrim yang ada didalam ruangan kaca yang ada didepan mereka.
"Eunsang mau yang rasa green tea aja deh. Junho mau yang mana?"
"Vanilla aja."
Eunsang mengangguk sebelum menyuruh Junho mencari meja untuk mereka. Lelaki dengan surai merah itu berjalan kearah kasir untuk memesan pesanan mereka. Setelah selesai membayar dan mendapatkan dua cup eskrim, Eunsang beranjak untuk mencari Junho. Ekor matanya mendapati sosok kekasihnya itu tengah duduk dipojok kedai sembari bermain dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Love [Cha Junho x Lee Eunsang]
Fiksi PenggemarYour actions, words, face It's different from my ideal type but I keep getting attracted to you You raise me up and bring me down, you're not ordinary. A produce x 101 bunch of oneshots fiction, with chara cha junho (woolim ent.) x lee eunsang (bnm...