For The First Time 1

18 8 0
                                    

Reihan duduk dengan murung di pos polisi. Botol air mineral juga isinya masih utuh belum tersentuh sama sekali. Riski yang melihat temannya murung mulai hawatir.

Akhirnya hati Riski bergerak, tangannya menyentuh bahu Reihan. "Lo kenapa bro? " tanya Riski, langsung menanyakan apa yang dirasakan Reihan.

"Nggak apa tuh. " kata Reihan lain dengan raut wajah nya yang terlihat sedih, murung, mendung.

"Cih, mau nyembunyiin apa lo? " tanya Riski lagi sambil berdecih kepada temannya.

"Yeee emang lo tau apa? " tanya balik Reihan kepada Riski membuat temannya melengos, emang benar Riski itu tampan, tapi ya sifatnya yang dingin itu lho gak bisa diampuni.

"Ya gak tau sih... Eh tapi cerita ke gue kalo ada masalah, sebelum gue pergi nih, lo mau cerita gak ke gue? " kata Riski menanyakan pertimbangannya.

"Emm kasih tau gak ya..." kata Reihan membuat Riski menggelengkan kepalanya.

"Ya udah deh kalo gak mau kasih cerita lo itu ke gue. Pergantian jam sebentar lagi loh. " kata Riski membuat pertahanan Reihan runtuh perlahan lahan.

"Gini, kemarin kan gue diajak momy belanja, ya gue kira cuman belanja doang, ternyata ada niat terselubung. Momy gue malah bikin acara perjodohan sama tante Shofi. Ya kalo cewek cakep, diem, gitu ya boleh lah, nah cewek nya cerewet banget kayak knalpot bocor, sombong lagi tuh cewek gak suka banget gue. Ya gue nolak lah, eh tiba tiba momy ngacem gue, katanya mau bunuh diri kalo gak nikah sama tuh cewek! Gue bisa gila kalo gini bro! Nanti harus ketemuan sama dia lagi, buat liat baju pengantin. " jelas Reihan panjang lebar.

"Hahaha! Lo dijodohin? Pantes lo bro! Karma tuh namanya, karma dari para cewek yang lo tolak mentah mentah! " kata Riski tertawa renyah membuat Reihan melongos tak suka.

"Karma? Lo emangnya Roy Kiyosi? Tau dari mana lo kalo itu karma? " tanya Reihan dengan bodohnya, membuat tawa Riski beehenti, Riski tampak berfikir sambil melirik keatas kepalanya.

"Ya... Bisa dibilang kalo gue sama Roy Kasosi itu sepupuan. " membuat tangan Reihan dengan entengnya menoyor kepala Riski yang otaknya terbalik.

"Lah, emang sepupu lo tolol! " Riski hanya tersenyum garing membuat Reihan yang melihat bergidik ngeri.

"Eh, lo mau gantiin posisi gue gak? Jadiin tuh cewek rese istri kedua lo, kan jadi gak bosen lo bro! " Riski yang mendengar ucapan Reihan langsung membelalakan matanya dengan lebar.

"Mbah jumaini jumpalek! Boro boro punya istri dua, Yusi di rumah cukup bro, cukup untuk gue seorang! Apa kata anak gue kalo bapak tergantengnya menikah sama orang lain. " kata Riski membuat Reihan tertawa ngakak mendengar perkataan Riski yang bisa dibilang amburadul.

"Eh Lingling mau ulang tahun kan sebentar lagi? " tanya Reihan membuat Riski kembali berfikir.

"Iya, ulang tahun ke satu. " kata Riski menjawab pertanyaan Reihan.

"Ya udah deh sampein ke Lingling uncle Ehan kasih kado ini buat dia. Gue mau cabut dulu ya, takut terlambat. " kata Reihan sambil memberi sekotak kado dengan gambar Hello Kitty.

"Lancar ya bro! "teriak Riski mengiringi kepergian Reihan.

...

Rainsa di ruangannya sedang melamun menatap jam dinding yang hanya mengeluarkan suara detikan jam. Sedangkan Surti, perawat, asisten, sekaligus teman seperjuangan Rainsa sedang mengecek data data pasien yang harus ditangani selanjutnya.

"Dok. " panggil Surti yang tidak digubris sama sekali oleh Rainsa, meski sedikit pun.

"Dokter Rainsa! " panggil Surti sekali lagi sedikit menaikkan nada suaranya.

"Ah iya ada apa? " tanya Rainsa baru merespon.

"Ih dokter dari tadi dipanggil sama Surti. Surti gak digubris sama sekali. Sebel deh! " kata Surti sebal sama perlakuan temannya yang sedari tadi melamun.

"Iya apa Surti? " tanya Rainsa lagi.

"Kenapa sih Dok? Kok nyebelin banget dari tadi. Awas nanti pasiennya sebel sama Dokter loh! " tegur Surti membuat Rainsa kemali murung, Rainsa menenggelamkan wajahnya di atas berkas yang berantakan.

"Iya, maaf deh. " kata Rainsa menggumam dalam berkasnya.

"Jelasin dulu dokter itu kenapa sih? Dari tadi murung mulu kayak kucing belum dikasi makan. " tanya Surti. Rainsa menegakkan wajahnya dan kembali menatap jam.

"Wahh udah habis jamnya, aku balik ya Sur! Bye! " pamit Rainsa membuat Surti menekuk wajahnya.

"Ihs mengalihkan pembicaraan! " kata Surti merajuk.

Rainsa melepaskan jas dokternya lalu menggantungnya di loker kerjanya. Stetoskop yang tadinya menggantung dilehernya sudah menggantung di gantungan lokernya.

"Udah tau sendiri nanti kok. " kata Rainsa meninggalkan ruangannya sambil melambaikan tangan kepada Surti.

Saat melewati lorong, lobi, dan resepsionis tak henti hentinya Rainsa menyapa pasien,bidan, dokter, dan perawat membuat semua orang akan suka kepada sifat Rainsa yang friendly.

Rainsa berjalan menuju halte bus dengan santai sambil menatap lalu lalang kendaraan bermotor. Sesampainya di halte bus, Rainsa duduk di kursi yang memang disediakan halte bus.

Tin Tin
Rainsa melihat mobil yang sering menjemput dan mengantarnya bekerja, mobil Bagas temannya yang ngotot mau pacaran dengan Rainsa. Keluarlah seorang lelaki memakai jas hitam.

"Rainsa? Kamu kok gak bawa mobil? " tanya nya saat ada dihadapan Rainsa.

Rainsa tersenyum menatap Bagas. "Nggak apa. " jawab Rainsa sebisanya sambil tetap tersenyum.

"Gimana? Kamu sudah memikirkannya? " tanya Bagas, Rainsa mengingat ngingat lagi sebelum pertemuannya dengan Bagas kali ini.

"Sudah, aku menolak ajakanmu. " jawab Rainsa sambil merekahkan senyuman lebarnya, membuat Bagas murung.

"Kamu dari mana aja sih? Aku cari di rumah sakit gak ada ternyata di sini! " tanya seseorang dari balik punggung Bagas.

Rainsa menoleh emnyelidik kebalik punggung Bagas, terlihat seorang yang kemarin ia temui bersama mamanya. "Reihan? " kata Rainsa membuat Bagas memutar tubuhnya melihat orang yang sebelumnya berbicara kepada Rainsa.

"Siapa Sa? " tanya Bagas menunggu kejelasan semua ini.

"Oh dia-" kata Rainsa terpotong.

"Gue teman dia. " seru Reihan memotong perkataan Rainsa.

"Oh, Sa aku antar! " kata Bagas sambil menarik tangan Rainsa.

"Biar gue yang anter. " kata Reihan sambil mengambil alih tangan Rainsa yang tadi digenggam oleh tangan Bagas.

"Kan kamu cuma temennya, biar aku aja yang antar." kata Bagas membuat Rainsa takut jika nanti akan ada pertengkaran.

"Stop! Aku yang akan memilih! Aku ikut Reihan atau Bagas! Aku pilih ikut Reihan, dan Bagas, Reihan itu calon suamiku. " bentak Rainsa membuat Reihan dan Bagas bungkam. Wajah Bagas kembali murung.

"Oh, ya sudah, hati hati di jalan. Jaga dia ya bro! " kata Bagas mengakhiri pertemuan tak terguga tersebut. Bagas masuk ke dalam mobilnya lalu meninggalkan halte begitu saja.

Rainsa menundukkan kepalanya, ada sedikit penyesalan karena dirinya tadi telah meneriaki Bagas yang tidak punya salah apapun. Untuk pertama kalinya Rainsa dan Reihan masuk ke dalam mobil hitam kepunyaan Reihan bersamaan.

....

Up lagi nih...
Jangan lupa vomentnya ya...
Kalo cerita ni kurang menarik coment apanya yang gak menarik.
Kalo cerita nya menarik kasih vote/tanda bintang di bawah oke?

.
.
.
.
RikaNirmala 159

Accidentally LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang