"Kau sedang apa?"
"Menulis,"
"Oh ya? Menulis apa?"
"Persamaan fisika. Aku ingin tahu berapa kecepatan dan waktu yang dibutuhkan sebuah kapal jika ia berlayar ke tengah laut untuk memancing dengan hembusan angin seperti ini"
Benedict : ( ̄. ̄) hah?
"Bukankah Hodgins menyuruhmu tidak memikirkan pelajaran sekolah?"
Kalimat tanya itu menghentikan tangan (y/n) yang sedang asik menyusun rumus."Iya, aku tahu. Tapi-"
(y/n) menahan ucapannya tepat disaat itu. Ia menyadari bahwa Benedict tidak akan memahami dirinya.
"Ada apa?" Benedict mendekat lagi. Ia kembali meraih tangan (y/n) yang terus menulis dan mengabaikan dirinya.
"Apa ada yang ingin kau ceritakan?"
"Aku tidak apa. Memangnya kenapa??" jawab (y/n) singkat.
"Wajahmu menunjukkan bahwa kau dalam masalah. Atau hm, lebih seperti menyembunyikan sesuatu," Benedict spontan menyentuh dagu (y/n) dan mendekatkan wajah gadis itu untuk melihatnya dengan jelas.
"H-hey!" seru (l/n) ketika bisa merasakan bahwa jarak antara dirinya dengan Benedict sangat dekat.
"Ada apa?" tanya Benedict lagi.
"Dasar Pedo! Mundur!!" jerit (y/n).
Benedict : -_-|| bukannya aku dan dia hanya beda 3 tahun ya?
(Y/n) mendorong Benedict kebelakang. Ia hendak lari menjauhi Benedict, sayangnya, tangan sigap Benedict kembali mencekal dirinya.
(Y/n) meronta dan lari. Ia tidak menyadari, bahwa ia pergi ke arah yang salah. Tepat didepannya, terlihat lautan luas dibawah kaki. (Y/n) ketakutan dan tidak dapat berkutik.
"Hey!" seru Benedict, "Ada apa? Apa aku menakutimu?!"
"T-tidak! Um- m-mungkin? Ya! Iya, sedikit." ujar gadis malang itu.
"Apa? Alasannya? Aku hanya menanyakan apa kau baik-baik saja!"
"Ya! Dan itu mengerikan! Aku tidak apa! Sungguh!" (y/n) menutup telinganya. "Pergilah! Tinggalkan aku sendiri!"
Benedict diam dan menatap gadis muda yang sedang menenangkan dirinya.
Apa dia phobia laki-laki? Batinnya.Tiba-tiba, Benedict merasakan sedikit guncangan dari tanah. Dengan sigap ia mengerti sebuah tanda bencana. Ia berteriak.
"H-hey, kurasa kita harus kembali."(y/n) tidak perlu diberi peringatan 2 kali, ia juga merasakan adanya gempa. Nahasnya, ketika ia hendak kembali, tanah pijakannya terpecah dan ia jatuh.
DETUUUMMM!!
"Aa!!" seru (y/n). Wajahnya pucat sambil menatap laut selagi tangannya dipegang erat oleh Benedict yang sigap membantunya.
"Huwaa!! Aku tidak mau mati!!" katanya.
"Ugh! Aku juga! Kau kira aku ingin mati?! Sayangnya, jika aku melepaskan dirimu disini, Hodgins mungkin tidak akan mengampuniku selamanya!"
"Oh? Kau menolongku hanya demi itu? Lupakan saja! Tinggalkan aku! Nyawamu lebih penting!"
"Apa maksudmu 'hanya demi itu?' Lalu mengapa kau mengira nyawamu tidak penting?! Sadar woy! Ayo berusahalah untuk naik. Tanganku tidak bisa selamanya menahanmu terjatuh!"
"Bodo amat! Kalaupun aku selamat-
Kalaupun aku selamat-
A-aku"
(y/n) perlahan menghentikan suaranya untuk keluar.
Benedict merasakan getaran lagi. Kini ia merasa bahwa tanah akan longsor kembali. Akhirnya ia segera mengambil keputusan.
"Hey, kalau kamu selamat, maukah kau berjanji padaku?" seru Benedict.
"Benedict, jangan- tidak! Jangan lepaskan aku!?"
"Beritahu masalahmu kepada ayahmu! Berjanjilah untuk tidak pernah menyelesaikan semua sendiri. Buka mulutmu dan ucapkan ribuan kata-kata yang terus tertahan!"
Kemudian, Benedict melepaskan pegangannya dan membiarkan (y/n) jatuh ke dalam lautan luas sendirian.
Pada akhirnya, tidak akan ada yang mengerti akan mimpiku, keinginanku dan harapanku.
BYUUURR!!!
[ ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Holidays (Benedict Blue X Reader)
FanfictionTidak biasanya Claudia Hodgins, bos perusahaan pengiriman surat CH, mengajak karyawannya untuk menikmati liburan musim panas bersama keluarganya. Sayangnya, "Bolehkah aku menghabiskan liburan musim panas ini di rumah dan mengambil kelas musim panas...