Bab 3.
Natalie Kingswood membuka mata nya perlahan. Terdengar suara "bip" berulang kali. Cahaya lampu putih menyilaukan matanya. Aku dimana? Tanya Natalie dalam hati. Kepalanya terlalu pusing dan tubuhnya terasa kaku.
"Selamat siang Ms. Kingswood. Kau baik-baik saja?"
Suara itu menyadarkan Natalie bahwa seperti nya ia tidak berada di rumahnya. Suara itu terdengar berat, lantang, namun merdu memenuhi pendengaran Natalie.
"Kau kecelakaan miss. Maafkan aku. Aku yang menabrakmu saat itu. Kau koma selama 3 hari. Dan untungnya kau masih bisa bernafas." Suara itu lembut, penekanannya pas dan semakin membuat kepala Natalie pusing. Refleks Natalie memegangi keningnya yang dibalut perban.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya lelaki itu lagi. Natalie penasaran siapakah pemilik suara merdu ini. Dengan sekuat tenaga, ia membuka kelopak matanya yang dipenuhi bulu mata lentik dan bola mata coklat nya. Dan ini seperti mimpi. Natalie menatap sosok wajah laki-laki dihadapannya, Marcus Conner! Bos besar di perusahaannya!
Natalie terlalu lemah untuk menerima mimpi ini dan menutup matanya kembali. Ia tahu ini hanya kekuatan ilusi.
***
Marcus Conner menyesap kopi panas, sendirian di kantin rumah sakit. Terpaksa hari ini ia tidak bekerja karena ia juga kepikiran keadaan korbannya itu. Bagaimana kalau ia mati? Astaga. Ia bahkan tak membayangkan dirinya adalah pengusaha kaya raya sekaligus pembunuh. Membunuh bawahannya sendiri.
Namun, apa ia pantas disebut pembunuh? Siapa yang suruh gadis itu menyebrang dengan ragu? Gadis bodoh. Pikir Marc. Tenang saja, Marc tak akan membiarkan gadis itu meminta tuntutan kepadanya. Gadis itu yang salah. Marc sudah merencanakan akan menyewa pengacara handal jika gadis itu sampai menuntutnya!
Marc menyesap habis kopinya kemudian berencana kembali ke ruangan ICU untuk mengecek keadaan si gadis bodoh itu. Marc membuka pintu perlahan.
Oh. Ternyata masih tidur.
Marc menatap Natalie dalam diam. Rambut cokelat nya tergerai di sepanjang bahu hingga bawah dada nya. Matanya tertutup dalam damai, namun ia masih merasakan deru nafas nya melalui infus nya yang bergerak pelan. Ia masih hidup. Hidung nya cukup mancung , Marc menilai.
Marc terdiam sesaat memikirkan dirinya akan tinggal dengan wanita ini beberapa minggu, atau bulan kemudian. Marc tidak pernah menerima wanita manapun masuk ke dalam kediamannya. Sekalipun Clara, mantan kekasihnya itu tak pernah menginjakkan kaki ke dalam ruangan pribadi pria itu.
Marc memutuskan untuk duduk di sofa. Ia duduk dengan gelisah sambil menutup matanya. Beberapa menit kemudian, Marc mendengar erangan dari pemilik rambut coklat itu. Ah, Natalie namanya.
"Mom, Dad."
Peluh bercucuran membasahi dahi Natalie. Kening Marc mengernyit. Ia memperhatikan wanita di depannya ini dengan seksama. Padahal disini ruangan cukup dingin. Well, ia bermimpi buruk rupanya. Marc menghapus peluh itu dengan sapu tangannya.
Seketika itu, ketika Marc sibuk menghapus peluh Natalie, wanita itu terbangun. Natalie cukup kaget dengan pemandangan di depannya. Jadi, yang tadi bukan mimpi? Pria ini sungguh CEO perusahaannya. Marcus Conner.
Refleks Marc mengalihkan sapu tangan nya dan langsung berdiri tegap. "Ah, kau sudah bangun."
Natalie masih bergeming. "Kau membutuhkan sesuatu, miss?"
Natalie bingung harus menjawab apa karena efek mimpi buruk nya tadi di tambah situasi canggung seperti ini. Akhirnya Natalie menemukan jawaban yang tepat. "Aku..haus."
Dengan sigap Marc memberikan segelas air mineral segar setelah membantu Natalie bangun dari tempat tidurnya. Natalie meneguk habis minuman itu tanpa sisa setetes pun.
"Jadi." Natalie berkata akhirnya setelah kecanggungan melanda keduanya. "Bagaimana anda bisa ada disini, Mr Conner?"
"Kau kecelakaan, Ms. Kingswood. Karena aku."