BAB 15

210K 5.5K 227
                                    

        Seluruh tubuh Natalie terasa lemas.

"Kau kenapa, Natalie?"  Kekhawatiran tampak di wajah tampan Marcus. "Ku rasa, krim eclair itu mengandung alkohol." Ujar Marcus gusar. 

"Entah..lah.Kepalaku pusing sekali, Marcus. Bisakah kita pulang sekarang?" Ujar Natalie parau.

"Baiklah. Kemari, biar aku menggendongmu." Marcus langsung membopong tubuh Natalie bahkan sebelum Natalie sempat merespon. "He..hei. Aku bisa berjalan sendiri,sial." Natalie meronta.

"Diam, Natalie! Kau bisa jatuh jika terus seperti itu." Bentak Marcus sedikit menoleh ke arah Natalie yang meronta tiada henti.

Dengan gesit Marcus menginjak gas menuju hotel. Sesampainya di kamar Natalie, Marcus langsung membaringkan Natalie di tempat tidur. "Apakah kau baik-baik saja, Natalie?" Bisik Marcus.

"hm..i..ya. Aku tidak apa-apa." Jawab Natalie dengan mata terpejamnya. Untuk membuka matanya pun terasa berat. Oh sial, efek alkohol dari eclair itu ternyata kuat sekali.

Wanita itu tidak menyadari sesudah Marcus membantu melepaskan sepatu yang dikenakannya, Marcus sempat mencium singkat bibir merah itu dan berbisik. "Selamat beristirahat,sayang."

Kemudian Marcus meninggalkan Natalie.

***

Natalie terjaga dengan rasa gatal menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia bangun masih dengan pakaian lengkap. Beberapa detik kemudian, ia baru sadar bahwa ia pergi dengan Marcus tadi, makan malam, dan.. ah iya. Pergi ke festival itu. Festival? Tunggu.  Lalu kenapa ia bisa berada di sini secara tidak sadar? Apakah ia mabuk? Sibuk memikirkan hal itu malah membuat kepalanya berdenyut pusing. Di tambah lagi rasa gatal ini. Bercak merah mewarnai tubuh mulus itu. Natalie tidak henti-henti nya menggaruk sekujur tubuhnya dengan kasar. 

"Sialan." Umpatnya keras-keras. Natalie melihat jam tangan yang tergeletak pada meja lampu di samping kasurnya. Pukul 12.00 malam. Natalie harus mencari cara supaya membereskan rasa gatal nya yang luar biasa ini. Tapi bagaimana caranya? Natalie tidak mengenal seluk-beluk San Fransisco. Ia tidak tahu di mana rumah sakit, atau mini market yang menjual obat. 

Satu-satu nya cara yang bisa Natalie lakukan adalah menelpon Marcus dan memohon bantuannya. Persetan dengan gengsi. Natalie tidak tahan jika harus menggaruk lebih kasar lagi dan membuat kulitnya lecet tidak keruan. Jadi, yang dilakukan wanita itu adalah mencari kontak Marcus dan segera menelponnya. "Marc..us." Desah Natalie di sela-sela menggaruk tangan nya yang semakin lecet. "Ada apa Natalie?" Jawab Marcus di seberang sana dengan kondisi setengah sadar, suaranya pun serak. 

"Ma..maafkan aku mengganggu tidurmu. Ta..pi, ku rasa aku butuh bantuanmu." 

Marcus mengucek kedua matanya. Mungkin ini hanya sebagian fantasinya. Seorang Natalie Kingswood, kekasih nya yang pemarah itu memohon bantuan kepadanya? Malam-malam seperti ini? "Memangnya kau kenapa, Natalie?" Marcus mengerutkan keningnya, membuka sedikit matanya.

"Ku rasa, aku alergi. Bisakah kau kemari, Marcus? Aku butuh bantuanmu. Gatal sekali,astaga." Desah Natalie tak bisa mengelak rasa perih di sekujur tubuhnya akibat garukan kuku nya yang tajam.  Kini Marcus menyadari, bahwa ini bukan fantasi nya belaka. Natalie benar-benar membutuhkan dirinya. 

"Aku akan ke kamarmu sebentar lagi." 

Beberapa menit kemudian Marcus masuk ke kamar Natalie dengan kartu kamar yang sempat ia minta kepada resepsionis tadi. Marcus menatap Natalie yang merintih tak tahan. 

"Astaga Natalie! Kenapa tubuhmu bisa merah semua seperti ini?" Sahut Marcus mendekat ke arah kasur Natalie dan menyentuh bagian-bagian merah itu. Tepat seperti dugaan Natalie, Marcus juga berpikir bahwa ini alergi. Alergi alkohol lebih tepatnya.

The AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang