Bagian 9

44 31 2
                                    

04.30 Berlin Airport - Jerman

"El.."

"Hm?"

Dia merespon ku, tetapi pandangannya terus ke depan, menyelip di kerumunan orang sambil menggenggam tanganku erat, mungkin takut aku hilang terbawa arus kerumunan

"Kita mau kemana?"

Aku bertanya lagi, sesudah bebas dari kerumunan orang yang membuat nafas ku sesak

"Kamu sudah di rumah sakit? Tunggu aku di sana"

El tidak menjawabnya, ia fokus berbicara kepada seseorang di telfon. Pertanyaan ku terabaikan, namun sudah terjawab

"Rumah sakit?"

Dia menuntunku keluar dari bandara dan memasuki mobil

"El..." Aku mencoba mengajaknya berbicara lagi

"Hm? Kenapa?"

"Kita mau ngapain ke rumah sakit?"

"Perlu kah aku menunjukkan kartu nama ku pada mu?"

El seorang dokter, bisa-bisanya aku melupakan hal itu

"Tidak, aku sudah tau"

"Ya sudah, aku akan menurunkan mu di apartemen ku, dan aku akan pergi ke rumah sakit"

"Aku ikut" Balasku

"Tidak, kamu diam di apartemen saja"

Jawabnya sambil menyalakan mesin mobil

"Baiklah, aku turun"

Saat ku membuka pintu mobil dan beranjak turun, El menahan ku dengan menarik tanganku

"Iya iya, jangan merajuk, masuk"

"Okay"

Akhirnya aku dibolehkan ikut El ke rumah sakit di Jerman, dari pada aku harus diam sendirian di apartemen, nanti ujung-ujungnya bunuh diri bagaimana? Haruskah ku jelaskan lagi bahwa sebenarnya pikiran ku sedang kacau?

***


Charité - Universitätsmedizin Berlin, Jerman

Saat aku memasuki rumah sakit itu, jujur saja aku jadi teringat Stefan. Tidak disangka itu menjadi waktu terakhir aku memeluk nya dan tertawa bersamanya

Disana ada satu ruangan, yang berisikan meja panjang dan kursi yang berjejer, serta ada beberapa dokter juga duduk disana, dan ternyata mereka sedang mendiskusikan sesuatu. Aku dituntun El memasuki ruangan itu, dan sekarang aku berada diantara El dan para dokter, aku hanya bisa terdiam saat mereka bicara dan menyapaku, karena aku tidak mengerti bahasa Jerman ಥ_ಥ

"El, aku keluar ya?"

"Tidak, disini saja"

"Gak enak"

"Gak enak karena kamu gak ngerti bahasanya?"

"Iya, heheh"

"Nanti aku jelaskan"

"Tidak perlu, aku keluar saja"

"Ya sudah, jangan ber urusan denganku lagi" Jawabnya acuh

"El marah? Ih kok el marah? Berarti kalo ada pasien yang gak mau minum obat El bakal marah dong?" Mode ekspresi menyedihkan

"Hmm" Dia tetap mengacuhkan ku dengan membelakangiku

"Trus El juga bakal timpuk pasiennya pake tabung oksigen gara-gara gak mau minum obat? Kayak dulu El timpuk rei pake bola basket gara-gara rei buang sepatu El ke saluran air?"

The Star Shine AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang