3rd:)

11 1 0
                                    

HARI-hari telah berlalu dengan kesibukanku yang menghiasinya.Sudah dua minggu ini,aku mempersiapkan segalanya-hal yang diperlukan untuk keberangkatanku minggu depan.Mengurus beberapa surat dan perlengkapan lainnya.Benar-benar melelahkan,but I believe it paid off.

Aku menghela nafasku tepat ketika aku telah berhasil mendaratkan pantatku di bangku teras.Kedua mataku terasa berkedut dan berat,menandakan perlu pemejaman sementara alias tidur.

Aku menoleh,mendapati Emak dan Arda tengah menenteng beberapa plastik belanjaan,sepertinya dari pasar.Aku menegakkan tubuh lantas membantu Emak membawakan plastik belanjaannya itu ke dapur.

"Loh,kok Emak beli banyak banget sih.Buat apa?"Aku mengernyit heran seraya membongkar isi plastik belanjaan tadi.

"Ya gapapa,Emak cuma pengen masakin makanan kesukaan kamu,kan sebentar lagi kamu mau berangkat,"Emak tengah bersiap-siap untuk mengeksekusi bahan makanan yang tadi dibelinya.

"Tapi,Emak dapat uang darimana?"

"Udah,kamu ga perlu tahu,biar ini jadi urusan Emak."

"Jangan bilang kalau Emak minjem uang sama Pak Yono,"tebakku yang membuat Emak langsung memberhentikan aktivitas awalnya.Juga disertai raut bersalah yang kentara sekali di wajah Emak.Aku menghembuskan nafas perlahan.

"Yaudah deh,tapi Emak janji ya?Ini yang terakhir minjem,aku ga mau lihat Emak jadi pusing karena mikirin gimana caranya ngembaliin pinjeman itu.Aku cuma ga mau Emak kebanyakan pikiran terus sakit."terangku.

"Maafin,Emak."Aku tersenyum.

"Udah,gapapa kok,Mak.Nanti biar aku yang lunasin."
"Dan sekarang,aku udah lapar,Emak jadi masak ga?"Seketika,senyum Emak kembali terlukis diikuti gerakannya memulai memasak.Saking semangatnya,Emak bahkan hampir mengiris sayuran menggunakan sendok makan yang langsung dibalas cengiran kecil milik Emak.

Aku terkekeh,"Aku bantuin ya,Mak?"

"Udah,gausah,mendingan kamu temenin adik kamu belajar,biar Emak yang masak sendiri,dijamin ENAK!"

"Iya deh,yang jadi Chef dadakan mah beda."godaku seraya tetap berlalu-menuruti perkataan Emak.

***

"Mbak,bangun!Ayo bangun!"Sayup suara itu tertangkap jelas oleh indera pendengaranku.Aku perlahan membuka mataku yang tadinya terpejam.Arda,objek pertama yang aku lihat.

Dengan pandangan yang masih ling-lung,aku menegakkan tubuhku menjadi duduk bersila.Dan aku tersadar,rupanya aku ketiduran saat tengah mengajari Arda belajar.Aku menguap seraya meregangkan otot tubuhku-meliuk ke kanan dan ke kiri.

"Kenapa?"tanyaku dengan mata yang masih sayu.

"Kata Emak,makanannya udah siap.Ayo makan,Mbak."Aku menggangguk beberapa kali lantas menggiring kakiku ke dapur untuk makan.Sebelumnya,Arda sudah berlari lebih dulu.

Sesampainya di sana,aku melihat Bapak dan juga Iyas yang sudah duduk manis sembari mengobrol.Aku mengambil duduk di sebelah Arda lantas memulai makan bersama keluargaku.Tak lupa,lantunan doa sebelum makan yang menggema dari mulut Arda diakhiri kata 'aamiin' oleh kami semua.Aku tersenyum,ternyata menanamkan hal baik ketika masih dini itu penting.Setelahnya,kami pun mulai asyik dengan makanan masing-masing.Mataku berbinar setelah menyuap masakan Emak ke dalam mulutku.

"Seperti biasa,makanan Emak delicious."puji ku yang dibalas kekehan Emak.

"Emak ora mudeng basamu.(Emak tidak mengerti bahasamu.)" tampik Emak dengan tetap terkekeh.

"Delicious itu sama aja kaya mak nyuss,ya kan,Mbak?"Aku membalas ucapan Iyas dengan anggukan kecil.

"Tumben kamu pinter."ucapku yang terdapat siratan mengejek.Iyas mendengus kesal yang justru membuat tawaku dan juga yang lainnya tercipta.

Hatiku tersenyum bahagia.Makan siang hari ini benar-benar bermakna.Ketika aku mampu melihat tawa keluargaku yang kedepannya mungkin akan aku rindukan kebersamaan dan kehangatan ini.

A Small Mug of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang