"Kau berasa lebih tenang sekarang? Apa kau mengerti?"
"Semua tidak bisa kau selesaikan hanya dengan emosi, kau juga harus berfikir dengan otakmu."
🍄
"Kau sudah mengerti?" Inoo masih setia memegang kedua telapak tangan Yabu.
Mata mereka bertatapan, tapi fikiran mereka masih di balut kekesalan, dan Yabu mulai merasa lebih tenang ketika memandang gadis ini.
"Aku sendiri juga tidak mengerti, mereka menyakiti hatimu dengan bicara seperti itu, dan aku sontak ikut marah karena merasa kau akan di sakiti lebih dalam olehnya, dan itu membuatku kesal." Ucap Yabu memandang Inoo.
"Ne.. Jangan kau pikirkan lagi, tenang saja, akan ku pastikan orang itu tidak akan mengulangi perbuatannya." Lanjut Yabu.
"Tapi berjanjilah agar kau lebih tenang sekarang." Inoo tersenyum manis. Yabu mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.
Inoo hendak berdiri dan melepaskan tangannya, tapi justru Yabu yang menahan tangannya, dan membuatnya kembali terduduk di hadapan Yabu.
"Jangan pergi." Ucap Yabu. "Aku merasa sangat tenang bersamamu."
"Ne.. Aku tidak mengerti ini, tapi... Aku ingin hubungan kita ini jadi nyata." Ucap Yabu lagi dengan serius.
"Maksudmu?"
Yabu mengeluarkan nafas berat, "aku tau kau tidak akan memberikan jawabannya sekarang, aku juga mengerti kau membutuhkan waktu untuk menerimanya atau tidak. Tapi untuk saat ini tetap bantu aku ya. Aku masih membutuhkanmu."
Inoo mengangguk kecil. "Aku mengerti, sekarang aku juga mengerti. Dan benar aku tidak bisa memberikan jawabannya sekarang... Tapi," Inoo menghentikan kalimatnya, lalu tersenyum di depan Yabu. "Akan ku pastikan jawaban yang kau tunggu akan membuatmu senang."
"Jadi... Kau mau membantuku lagi?" Yabu membulatkan matanya.
"Ini masih tanggungjawab ku bukan?"
Yabu menarik Inoo dalam pelukannya, dan sekarang dia bisa tersenyum seperti tanpa beban.
🍄
Ting!!! Suara pukulan bola kasti yang melambung jauh terdengar menyemangati hati.
"Nice Pass!" Ucap Chinen yang mulai berlari menuju titik berikutnya.
"Ayo! Ayo! Lari lebih cepat! Hati-hati bolanya!"
"Sedikit lagi Chii...!" Chinen menyemangati dirinya sendiri dan terus berlari menuju titik terakhir.
Bug!! Dia tersungkur ke depan.
"Yuri!!!" Teriak Yamada yang mulai turun dari kursi penonton.
"2 point!" Teriak sang wasit melihat tubuh Yuri yang terjatuh di titik terakhir. "Yosha!! Team kita menang!!" Team Yuri melakukan selebrasi.
"Yuri!! Yuri!! Kau baik-baik saja?" Yamada tidak peduli dan hampir di tahan oleh pengawas, tapi dia menerobos dan langsung mengangkat tubuh Yuri.
"Yuri?!"
"Ne... Ryo-kun, Apa sejak dulu aku juga menyukai baseball?" Chinen tersenyum bahagia sambil bersandar di tangan Yamada.
"Iya... Kau menyukai itu sejak kelas 4 SD." Jawab Yamada.
"Heh? Rasanya aku sudah pindah dari rumah sebelum aku masuk ke sekolah dasar." Chinen memegang dagunya.
"Untuk itu kau tidak perlu tau alasannya, nah, apa ada yang sakit?"
"Kurasa aku baik-baik saja, tapi mungkin..." Chinen melihat ke arah kakinya, begitu juga Yamada. "Kakiku terkilir."
Tidak berselang lama pengawas mendekati Chinen yang tak kunjung berdiri, dan melakukan pertolongan pertama.
"Chii mau pulang."
Yamada tersenyum sebentar lalu memutar tubuhnya hingga membelakangi Chinen. "Naiklah."
Chinen hanya terdiam, lalu Yamada menarik kedua tangan Chinen dan mulai menompang tubuh Chinen di punggungnya. "Chii kan berat, dan mobil Ryo-kun tadi kan mogok."
"Aku tidak masalah selama yang ku bantu itu Yuri, dan aku ingin lebih dekat denganmu." Jawab Yamada, mereka mulai berjalan.
Chinen memeluk leher Yamada dan menaruh kepalanya di tengkuknya.
"Ryo-kun..." Suara Chinen memecah keheningan.
"Nani?" Tanya Yamada yang masih belum terlihat lelah menggendong Chinen.
"Daisuki." Yamada terkejut mendengar kalimat itu dan menghentikan langkahnya. "Kenapa? Ryo-kun tidak suka Chii bilang begitu?"
"Kau mau ice cream strawberry?"
Yamada membawa Chinen ke toko Ice Cream terdekat, lalu duduk sebentar di balkon atas toko itu.
"Aku juga..." Yamada memulai percakapan. "Benar-benar mencintaimu sejak dulu."
Chinen mengangkat wajahnya.
"Setelah lulus S2 mu kali ini... Kau mau ikut aku?" Yamada menatap serius Chinen.
"Will marry me?"
Chinen masih terdiam, tapi diamnya adalah diam bahagia yang benar-benar tidak bisa dia ungkapkan dalam kata-kata.
"Yeah... I Will." Jawab Chinen, matanya mulai berkaca-kaca, tapi dia segera berputar ke arah lain agar tidak terlihat oleh Yamada.
Yamada tersenyum melihat tingkah 'calon istrinya' ini, dan berdiri di hadapan Chinen. "Yuri-chan."
Yamada mengeluarkan jari kelingkingnya, Chinen bingung dan hanya membalas jari kelingking Yamada. "Kau ingat sesuatu?"
Chinen menggeleng.
Yamada kemudian menyatukan dahinya dengan dahi Chinen, masih tidak ada respon mengejutkan. "Kau ingat sesuatu?"
Chinen masih menggeleng.
Yamada tersenyum, lalu menatap Chinen dari posisi itu. "Kalau begitu aku tidak akan terlalu memaksakan dirimu untuk mengingatnya."
Yamada menempelkan bibirnya ke bibir mungil Chinen, tidak ada berontakan, dan terakhir Yamada memeluk Chinen.
"Ryo-kun akan menjaga Yuri!"
To be continued~
Gimana sampai sini? YamaChii dah bersatu loh😍
Ah... Saya baper masa🙂Suatu hari....
Daiki : Deru, liat Pocky aku gak? Rasanya di dalam kotak tinggal satu aja lagi.Deru : eh, yang rasanya coklat bukan?
Daiki : iya, Deru yang makan? *Angkat senapan*
Deru : *geleng-geleng takut* *nunjuk ke kanan*
Deru : "hati-hati khilaf Yam!"🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy
Short StoryMain Cast : ~ Yabu Kota (boy) ~ Inoo Kei (girl) ~ Takaki Yuya (boy) ~ Arioka Daiki (girl) ~ Yamada Ryosuke (boy) ~ Chinen Yuri (girl) ~ Nakajima Yuto (boy) ~ Okamoto Keito (girl) ~ Yaotome Hikaru (boy) ~Morimoto Ryutaro (girl) ___ "POKOKNYA KAU HARU...