Part 4

29 4 0
                                    

Melihat Lavina yang seperti ini, seperti hiburan tersendiri bagi Deran.
Diri nya terlalu bergantung pada hidup Lavina. Jika suatu saat nanti Lavina punya pacar, mungkin hubungan nya dengan Lavina akan merenggang.

Siapa juga yang rela jika kepemilikan nya diganggu orang lain walaupun orang lain itu hanya dalam status 'Sahabat'.

"Woi!! Ah kunyuk malah menung, kesurupan ntar baru tau lo."

Deran melirik Lavina, tapi tidak membalas ucapan nya.
Sebelah tangan nya meraih pergelangan tangan Lavina.

Tidak ada perasaan berbeda ketika berada didekat Lavina. Lavina itu sahabatnya, akan tetap menjadi sahabat nya.

Tak peduli jika ada yang menganggapnya sok pencitraan, yang penting dia bisa terus bersama Lavina.

.

Deran mengedarkan pandangannya ke sekeliling, nihil. Tidak ada Lavina disana.
Kaki nya terus saja melangkah jauh, ia harus secepatnya menemukan Lavina.

Sambil terus berjalan, handphone ditangan nya berusaha menyambungkan dengan handphone Lavina.
Sial, handphone Lavina tidak dapat dihubungi.

Awalnya mereka berdua ada di Mall bersama, sedang menemani Lavina membeli kebutuhan nya.
Gadis manja ini mana bisa bepergian sendiri.

Deran mendadak ingin ke kamar mandi, dia bilang agar Lavina tetap disini dan jangan menyusul. Lavina mengerucutkan bibirnya.

Tapi sekembalinya dari kamar mandi, Deran tidak menemukan Lavina di tempat dia meninggalkan tadi.

Keluar masuk toko, mengelilingi Mall, mengitari parkiran, menanyakan pada orang-orang dan satpam. Deran sudah seperti seorang ayah yang kehilangan Putri kecil nya.

Tidak ada Lavina dimanapun.

"Lo kemana sih Lav?"
Deran bertanya frustasi pada dirinya sendiri. Ia bingung harus mencari kemana lagi, Lavina ini memang keras kepala.

Deran berjalan cepat ke arah parkiran, segera melajukan motor sport hitam nya menuju luar Mall. Mungkin saja Lavina merajuk, dan memilih pulang sendiri dengan angkutan umum.

Saat melewati bagian belakang Mall, seseorang memanggil namanya.

"Deraann!"

Itu suara Lavina. Deran langsung menepikan motornya dan melihat dimana Lavina berada.

Warung Mie Ayam.

"Lo dari mana aja sih?! Lama banget" omel Lavina sambil menyesap teh miliknya.

"Lo yang dari mana! Dari tadi gue keliling nyariin lo, panik tau gak?! Gue pikir lo bakalan ilang, seneng banget bikin gue susah" emosinya sedikit meluap, dipicu oleh rasa kesal yang sedaritadi dia tahan.

"Lo kelamaan, bikin wc dulu apa. Kan gue jadi laper, yaudah mending makan mie ayam."

Deran menggeleng kesal. "Trus kenapa hp lo gak aktif?"

"Eh, masa sih?" Lavina mengecek hp di dalam tas nya.

"Sori deh, hp gue mati abis baterai kayak nya" Lavina cengengesan.

"Lo gak mau mie ayam?" tawar Lavina.

"Gak."

"Idih merajuk"

Deran mengacak rambut Lavina gemas, sulit sekali bahkan untuk pura-pura marah pada Lavina.

"Mamaaa" seruan panjang Lavina memaksa Messy untuk segera menemui Putri bungsunya yang baru saja pulang.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang