Lah, Dating Kok Gak Boleh?

0 0 0
                                    

Aku menahan ketawa. Siapa suruh daritadi dia meggombal?
Aku duduk ke tempat duduk aku dan di mana Ananda berada.

"Hey ho!" Sapa Ananda. Dapat kosakata dari mana lagi dia? Aku membalasnya dengan menaikkan sedikit dagu lalu menurunkan ke posisi dagu biasanya sebagai arti menyapa.
"Kok lo deket banget sama Haris? LO JADIAN?" Teriak Ananda yang membuatku malas ke sekolah.
Harusnya gue gak masuk hari ini. Batinku.
Aku mengacuhkannya dan membuka buku novel yang kubawa.

"Iya" kata seorang remaja laki-laki. Aku menengok ke sumber suara dan mendapati Haris yang barusan bilang 'iya'. Aku melototi Haris dan dia mengangkat bahu tak peduli lalu memainkan hpnya. Semua mata memandangiku dan Haris secara bergantian dan aku mendapat sorakan dari temen sekelasku.

"Wah. Cheryl sudah dewasa ya" kata Queeny. Nama yang unik.
Apa-sih? Tatapanku ke teman sekelasku.

"Yang romantis ya jadi cowok. Udah sampe tahap mana nih?" Tanya Dion ke Haris. Suaranya keras banget sampe bisa kedengeran satu kelas ini.
"Ra-ha-sia" kata Haris dengan senyum misterius. Aku baru pertama kali liat dia senyum kayak gitu. Setelah ngomong gitu, dia nengok ke aku. Aku yang daritadi memperhatikannya langsung kembali ke buku novelku.
Sial! Kenapa diliatin dia terus?

"PJ ya!" Kata Ananda dilanjut Queeny dan teman sekelas lainnya.
Ah aku lupa. Kalo pacaran, pasti pada minta PJ. Aku mengecek uangku. 20 ribu. Mana cukup untuk 30 orang? Aku melihat ke arah Haris. Dia mengangkat bahu lagi.
It's the fuckest day in my life! Batinku.

Ah. Gak usah lah ya. Batinku lagi. Lalu aku mengangguk-ngangguk sendiri menyetujui batinku.
"Eh? Boleh nih?" Kata Ananda.
"Apaan sih?" Tanyaku kesal.
"Gue cuman punya 20 ribu. Mana cukup?" Tanyaku.
"Lah. Gak minta sama pacarmu?" Tanya Queeny lagi.
"Pacar? Siapa?" Tanyaku.
"Lah itu. Haris" kata Queeny.

Haris bangkit dari kursinya dan mendekat ke arahku. Tiba-tiba ia mendekatkan kepalanya ke kepalaku. Makin lama jarak kami sekepal tanganku. Tiba-tiba Haris menciumku. Pipi.

"Masa lupa sama pacar sendiri sih? Tega" kata Haris sedih. Aku terkekeh. Sebenarnya aku kaget setengah mati. Aku mengingat perjanjian yang sebenarnya aku terpaksa.
.
.
"Ah satu lagi. Kalau lo gak nganggep gue pacar lo, gue cium" kata Haris.
.
.
Pantas saja dia menciumku. Aku menciumnya balik dan dia kaget. Rasakan itu! Temen sekelasku juga pada kaget dan menyorakiku. Aku bodo amat dan melanjutkan membaca novel.

Kring

Mendengar bunyi bel pelajaran Haris balik ke tempatnya. Dia ngewink kearahku saat sudah di tempat duduknya. Menurutku, itu menjijikan. Akupun pura-pura muntah dan ... dia cemberut?! Dasar manja.

Pulang
"Shye.. ril" panggil Haris. Wow! Panggilan sayangkah? Jijik! Aku gak pernah ada yang manggil aku kayak gitu.

"Pulang bareng, ya" ajak Haris. Ya, untuk mengurangi uang jajanku jadi aku hanya ikut saja.
"Masa, lo gak suka gue sih?"
Ngomong apaan sih dia? Ngawur banget?
"Hah?" Tanyaku seperti orang bodoh.
"Gue nembak lo, tapi lo gak ada suka-sukanya sama gue. Mau sampe kapan?" Tanyanya.
"Mana gue tau. Tanya hati gue lah" kataku.
"Cepet suka ya" katanya sambil mencium pipiku dan aku memutar bola mataku.

Hm.. karena aku orangnya gak terlalu perhatiin, dan sekarang dari mana perhatian ini datang, ternyata aku tingginya seleher Haris. Dia tinggi banget.

"Kok lo tinggi banget?" Tanyaku.
"Main basket? Mungkin?" katanya.
"Lo juga tinggi" tambahnya.
"Weird woman" gumamnya dan menurutku masih kedengeran sama aku.
"Pardon. What did you say?" Tanyaku kesal.
"Nothing" jawabnya melihat ke arah lain kecuali ke arahku.
"I can hear you" kataku kesal.

"Udah cepetan! Mo naik gak?" Tanyanya. Aku menjawabnya dengan gumaman tidak jelas lalu menaiki motornya.
Dia memberiku helm dan aku mengenakannya dan kita langsung pergi.

Aku baru nyadar saat sudah di gerbang. Banyak banget yang memperhatikanku. I'm not confident now! Gue akhirnya menutup mata, menghembuskan napas sampai menurutku tatapan mata mereka sudah menghilang.

"Kenapa lo?" Tanya Haris.
"Eh? Gak papa kok" jawabku.
"Dari tadi tutup mata mulu. Napa? Kelilipan? Takut?" Tanyanya khawatir.
"Gak papa" jawabku.
"Biasanya kalo cewek bilang 'aku gak papa' itu pasti ada apa-apa" katanya.

"Dibilang gue gak papa" kataku. Apaan banget sih? Apakah dia suka membaca novel romantis jadi begini? Atau punya adik perempuan?
"Kalau lo bilang gak papa terus, gue cium nih" katanya sambil menghentikan laju motornya.
"Cium aja" kataku keceplosan dan dia menghadap ke arahku dan melepas helmnya. Hidung kami sudah bersentuhan dan tiba-tiba Haris oleng dan kita jatuh.

"Ngapain lo?" Tanya Haris (ke seseorang yang gak aku kenal) sambil meringis kesakitan dan menolongku berdiri.
"Gak papa" katanya.
"Siapa suruh ciuman di tempat umum? Mas sih kalau orangnya romantis gue gak peduli. Tapi ini di tempat umum, Mas!" Tambah seseorang yang gak aku kenal itu. Mungkin orang sekitar sini.
"Ah iya. Maaf ya" kata Haris. Aku bersyukur karena dihalangi oleh orang itu.

"Makasih mas" ucapku setengah berbisik ke orang itu. Orang yang ku ucapkan terima kasih itu bingung.
"Ngomong apaan lo? Makasih-makasih aja" kata Haris kesal setelah melajukan kembali motornya. Aku hanya memutar bola mataku. Kesal.

"Mau ke mana nih?" Tanya Haris di tengah perjalanan.
"Pulang lah" jawabku kesal.
"Mampir ke mana kek. Temenin gue jalan" kata Haris sedikit teriak karena angin menghalangi kita untuk ngobrol.
"Emang lo cewek?" Tanyaku.
"Bawel" kata Haris kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cool CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang