Chapter 2

59 24 2
                                    

Mobil Jazz putih telah terparkir di seberang jalan. Tepatya didepan pagar bercat putih. Ya, kini ketiga sahabat itu telah tiba dirumah Felicia. Felicia berjalan gontai menuju kamarnya dengan paper bag tergantung di tangan kirinya. Jangan tanyakan apakah kedua sahabatnya itu menghujaninya dengan berbagai pertanyaan atau tidak. Mengenai apa yang terjadi hari ini di kantin dan dengan si paper bag. Mau tak mau, Felicia menceritakan semuanya selama perjalanan di mobil tadi.

Pintu kamar bercat putih itu telah terbuka, memperlihatkan ruangan berwarna baby blue, warna kesukaan Felicia yang tak terlalu besar namun membuat mata segar. Terdapat lukisan sunset di salah satu dinding, dengan berbagai foto Felicia ditempel diatasnya. Lemari gantung yang dipenuhi boneka stitch dan berbagai novel mengisi lemari gantung putih itu.

Felicia segera ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya dan mencuci mukanya. Dan Eunike, ia segera merebahkan tubuhnya di tempat tidur Felicia. Sedangkan Belva, ia duduk di karpet bawah dan membuka tasnya, mengambil sebuah novel dan kembali melanjutkan bacaannya. Begitulah kebiasaan mereka setiap berkunjung ke kamar Felicia sejak dulu.

Tak berapa lama, Felicia keluar dari kamar mandi, mengenakan T-shirt baby blue dan celana jeans pendek berwarna putih, rambut nya dicepol asal. Ia duduk disamping Belva dan mengeluarkan isi paper bag tersebut.

"Lo mau lukis apa, Fel?" tanya Eunike dari atas tempat tidur.

"Sunset"

"Sunset doang?"

"Jadi, ntar ada 2 orang, cewek sama cowok lagi duduk di tepi danau saat sunset, nah cewek sama cowoknya gue bikin siluet gitu dan mataharinya gue buat gradien warnanya"

"Hmm lucu ya" Ucap Belva sambil tersenyum pada Felicia

"Lucu apaan?" Felicia mengangkat satu alisnya.

"Iya, lucu aja ngeliet lo sama kak Revan, gue yakin bentar lagi lo pasti bakal jadian sama dia, Fel. Ya cerita kalian tu kayak di novel-novel deh. Pada akhirnya gue bisa melihat kisah kisah di novel itu ada di dunia nyata."

" Ihh nggak lah, ini kan cuman sebagai permintaan maaf gue dan gue DIPAKSA"

"Gak papa kali, Fel. Kak Revan kan ganteng, cerdas, rapi, cool, dan kayaknya baik juga. Bukannya itu tipe lo?" Sahut Eunike dengan antusias.

"Dia sombong, gue gak suka cowok sombong" Felicia tak peduli sahabatnya menjodoh-jodohkan ia dengan Revan, toh ini hanya kebetulan semata. Disebabkan karena kecerobohan dirinya. Lebih baik ia segera mengerjakan tugas dihadapannya. Melukis.

"Dia tu bukan sombong, dia cuman irit ngomong. Gue yakin kok dia itu sebenarnya asik tapi harus sama orang yang deket sama dia" Belva menebak

"Terserah kalian mau jodohin gue sama siapa, gue gak peduli, GUE MAU FOKUS DULU YA TEMAN-TEMAN, JANGAN DIGANGGU"

Sunset MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang