Part 4

2.4K 71 1
                                    

Kau bagai mentari yang memberi keceriaan.
Kau bagai pelangi yang membawa keindahan.
Kau bagai angin yang menyejukkan.
Kau penyemangat juga pelindungku.
Aku tak peduli orang-orang meninggalkanku.
Cukup kau selalu berada di sampingku.
Menjalani hari yang menyenangkan denganmu.
Aku sudah sangat bahagia.

-Shareen-

***

Aldo menghentikan mobilnya di daerah pantai. Ia dan Shareen turun dari mobil. Aldo jongkok tepat di depan Shareen, membuat sang cewek bingung.

"Kenapa, Al?" tanya Shareen penasaran.

Aldo tak menjawab. Ia membuka sepatunya lalu membuka sepatu yang di pakai Shareen. Sang cewek semakin dibuat bingung. Aldo mendongkak menatap wajah Shareen dan tersenyum.
Shareen memiringkan sedikit kepalanya, ekspresi wajahnya yang sedang bingung. Itu terlihat seperti....aegyo.

Menggemaskan.

Satu kata yang ada dalam pikiran Aldo. Ia berdiri dan menggenggam tangan Shareen.

"Kamu harus coba jalan di atas butiran pasir tanpa alas kaki. Rasanya sungguh menyenangkan." ucap Aldo

Shareen menggerakkan jari kakinya. Terasa geli dan sedikit dingin. Mengingat hari sudah sore dan sebentar lagi matahari tenggelam.

"Rasanya aneh gini, tapi aku suka."

"Aku seneng kalo kamu suka tempat ini. Aku gak salah tempat. Terbukti kamu sangat menikmati berada di sini."

"Aku seneng banget di sini. Lain kali kita ke sini lagi ya?"

"Boleh, apapun asal kamu bahagia."

Shareen memeluk tubuh Aldo.

"Kita jalan-jalan yuk? kamu pasti lebih seneng kalo mengitari pantai ini."

Shareen mengangguk antusias.

Mereka jalan beriringan. Tangan mereka bertaut saling genggam, tak ingin lepas sedikitpun.

"Aku seneng banget ke pantai. Jarang-jarang lho aku bisa ke pantai gini. Udaranya sejuk, terus pemandangannya indah pula. Aku betah berada di sini." ucap Shareen

"Aku seneng liat senyuman kamu. Jangan berhenti tersenyum bagaimanapun keadaannya."

"Jika kamu suka dengan senyumanku, maka aku akan terus tersenyum. Aku akan hibur kamu dengan senyumanku." Shareen mengalungkan kedua tangannya di leher Aldo dengan senyuman yang tak pernah luntur.

Aldo ikut tersenyum. Tangannya bergerak merapikan rambut Shareen yang berterbangan karena tertiup angin.

"Apa senyumanku adalah alasan kamu mencintaiku?" tanya Shareen menyentuh wajah Aldo

Aldo menggeleng sebagai jawaban.

"Lalu apa?"

Aldo menggeleng lagi. Shareen sungguh bingung. Cowok ini benar-benar sulit di tebak.

"Apa alasannya?" tanya Shareen lagi

Lagi-lagi Aldo menggeleng. Shareen mengerucutkan bibirnya kesal. Aldo selalu membuatnya penasaran. Shareen menurunkan tangannya dari wajah Aldo.

"Tidak ada alasan kenapa aku mencintai kamu. Cinta aku murni. Jika aku punya alasan, dan ketika alasan itu hilang, aku tak akan mencintaimu lagi. Jika aku tak punya alasan kenapa mencintaimu, maka aku juga tidak punya alasan untuk berhenti mencintaimu." Ucap Aldo menyentuh pipi Shareen dan menyingkapkan rambutnya ke belakang telinga.

Hati Shareen tersentuh mendengar perkataan Aldo. Wajahnya memerah. Apalagi dengan sentuhan Aldo yang mampu membuat jantungnya berdetak kencang.

Perlahan, Aldo mendekatkan wajahnya ke wajah Shareen. Hembusan napasnya bahkan terasa menerpa matanya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari tadi. Aldo mengecup kening Shareen pelan. Keduanya terdiam menikmati situasi ini. Aldo mulai menjauhkan wajahnya dan menatap wajah Shareen yang sudah sangat memerah.

Shareen dibuat salah tingkah. Ia melepaskan tangan Aldo yang berada di pinggangnya. Lalu, berbalik dan berlari meninggalkan Aldo yang masih berdiri di tempat.

Aldo tersenyum melihat tingkah gadisnya yang sungguh menggemaskan. Apalagi wajah memerah Shareen yang malu ketika dia menciumnya.

Aldo ikut berlari mengejar Shareen yang mulai menjauh darinya. Dengan langkah kaki yang lebar tidak menyulitkannya untuk mensejejarkan langkahnya dengan langkah kecil Shareen. Ia memeluk Shareen dari belakang. Mereka berdua berhenti berlari.

"Aku capek lari terus." keluh Shareen dengan napas yang terengah-engah.

"Makanya jangan lari kalo gak mau capek."

Aldo menuntun Shareen untuk duduk di atas pasir. Shareen segera menyandarkan kepalanya di bahu Aldo. Aldo juga memeluk Shareen dari samping.

Mereka menikmati kebersamaan dengan ditemani sunset. Aldo melirik gadis di sampingnya lalu melirik langit. Keduanya indah dan cantik. Dia terus menggenggam tangan Shareen.

"Sunset itu memang indah dan cantik seperti dirimu. Tapi kamu lebih istimewa. Kamu selalu dalam hatiku dan tidak akan meninggalkanku."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Beloved DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang