Semua orang berjalan di jalan yang menurut mereka benar
Takut mengaku salah dan menjadi salah
Takut menerima kenyataan bahwa kita salah
Hingga akhirnya kita harus keras kepala
Rasa kagum mendalam pada satu tokoh
Rasa cinta fanatic dan buta
Oleh karenanya, kita pupuk kebencian
Kita sayat hati saudara kita
Kenapa perang bisa terjadi?
Itu karena rasa takut
Takut kehilangan sesuatu yang didambakan
Dicintai, disayangi dan dihargai
Lalu kenapa kita sesama saudara berperang?
Karena tokoh yang kita kagumi
Takut kehilangan kursi dan kekuasaan
Tokoh itu pun kagum tapi pada kekuasaan
Hingga jalan perang pun akan ditempuh
Dan kita akan jadi tunggangan menuju tujuannya
Dengan mengatasnamakan jihad.
Mengapa kita berjihad melawan bangsa sendiri
Jika ingin berjihad, cobalah.
Jihadlah seperti para pelajar, pedagang, guru
Dan mereka yang senantiasa menjaga bangsa ini
Mereka berjihad demi keluarga, masyarakat dan negaranya sendiri
Seberapa pentingkah kursi kekuasaan itu?
Hingga agama kau gadai
Bangsa dan Negara ini kau cerai berai
Begitu besar rasa takutmu kehilangan kekuasaan
Entah siapa yang benar, aku tak tahu
Seharusnya kita bias berjalan bersama
Walau berbeda arah dan tak satu tujuan
Tapi jalanan yang kita pijak tetaplah sama
Dari dulu hingga sekarang kita memang berbeda
Tetapi kita tetap rukun dan tak saling sikut
Dan kita akan tetap saling berbagi senyum
Disini, dirumah kita sendiri
Indonesia
YOU ARE READING
Jiwa Sang Pemberontak
PoetryMereka yang tertindas akan melawan, mereka yang lemah akan berjuang.