Luminous 3 - Ada Yang Salah

86 8 1
                                    

We want answers, but we're afraid to ask. Sometimes the truth hurts and so we lie to ourselves.

***

Luhan diam sambil mengamati kertas kerjanya. Disana masih kosong tanpa satu goresan pensil diatasnya.

Sudah hampir tujuh jam Luhan hanya diam tanpa bisa menyelesaikan tugasnya. Ada sebuah perasaan hampa yang menyambut saat kedua matanya mulai pedih dengan cahaya lampu belajarnya.

Kemudian Luhan sadar, bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk beristirahat. Entah lah istirahat sejenak ataukah selamanya yang berarti Luhan telah menyerah dengan apa yang dia lakukan kali ini.

Perasaan yang Luhan rasakan kali ini mengingatkan kepada diri Luhan dimasa lalu. Luhan yang masih menjadi mahasiswi baru yang berpikir dirinya tersesat berada ditengah-tengah lingkungan baru. Waktu itu Luhan baru menginjak semester kedua dan Luhan sudah merasa menyerah untuk melakukannya.

Luhan sama sekali tidak yakin saat mengetahui bahwa dirinya diterima difakultas ini. Yang Luhan tahu saat itu adalah memilih.

Memilih melakukan apa yang ayahnya inginkan atau memilih apa yang Luhan inginkan. Tapi sayangnya waktu itu Luhan tidak memiliki keyakinan yang tinggi untuk apa yang dia inginkan.

"Hanya karena kamu pintar menggambar, tidak lantas bisa membuat jalanmu mulus untuk menjadi seorang arsitek." Ucapan ayahnya yang seakan menyayat hatinya saat itu masih terdengar jelas.

"Ayah memberimu sebuah jalan yang telah pasti akan kamu dapatkan tapi yang kamu pilih adalah jalan berkabut yang tidak bisa kamu terka berada dimana jurangnya."

Luhan tahu hidup adalah sebuah persoalan yang harus dijawab dan harus dicari jawabannya. Namun jika dirinya seperti ini, lantas jawaban apa yang bisa ditemukan.

Karena satu, Luhan meragu.

Luhan ragu dengan pilihan yang dia ambil. Luhan ragu dia akan bahagia dengan pilihannya. Luhan ragu pilihannya adalah pilihan yang tepat.

Hingga dia bertemu dengan Park Chanyeol. Seorang teman yang berasal dari fakultas kedokteran yang ternyata memiliki masalah yang sama seperti yang Luhan miliki.

Setidaknya saat itu Luhan memiliki seorang teman yang benar-benar mengerti ketakutannya. Seorang teman yang sama-sama saling menyemangati.

"Setidaknya kamu tidak akan semenyesal diriku."

"Maksudmu?"

Chanyeol tersenyum. "Meskipun pilihanmu adalah pilihan yang tidak tepat, setidaknya kamu pernah mempunyai kesempatan untuk memilih."

Memilih. Sebuah pilihan.

Hingga saat ini pun menjadi sebuah ketakutan yang teramat besar untuk Luhan.

Karena dengan memilih akan menghasilkan dua kesimpulan. Pertama akan berbuah manis dan kedua akan menjadi penyesalan yang teramat besar.

"Tapi, Lu, aku sekarang tidak menyesal memilih apa yang ayahku inginkan." Ucap Chanyeol sambil tersenyum dengan lebar setelah lama tidak bertemu.

Hari ini adalah pertemuan pertama mereka selepas libur musim panas. Karena kesibukan Luhan dan kesibukan Chanyeol yang mulai melaksanakan praktek lapangan di rumah sakit yang membuat mereka tidak bertemu selama berbulan-bulan.

Luhan duduk tepat didepan Chanyeol sambil mengamati beberapa gelas kopi yang telah Chanyeol pesan, entah untuk siapa saja.

"Jadi apa ada sebuah alasan yang kuat hingga kamu berkata seperti ini?"

Chanyeol menganggukan kepalanya dengan cepat. Luhan tidak pernah melihat seberapa semangatnya Chanyeol hingga saat ini Luhan melihatnya langsung.

"Karena ada seseorang yang ingin aku sembuhkan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang