TkOe 1

1.9K 103 1
                                    

"DASAR ANAK KURANG AJAR!"

Pekikan memekakan telinga menggelegar, pria remaja yang sedang mendapat pukulan bertubi-tubi itu tertawa sambil menjerit layaknya perempuan yang kehilangan pakaian di rawa. Wanita paruh baya itu memukulinya dengan sapu, melihat bagaimana kelakuan anaknya yang seperti kurang didikan. Ia menulis banyak sekali buku sejarah dengan adegan dewasa yang seharusnya tidak layak di pasarkan untuk kanak-anak. Dan lihatlah, ia menemukan karya baru yang menjurus pada kisah kelainan tentang seorang pria yang menyukai keponakanya sendiri. Ya tuhan!

"Ampun ibu!" wanita cantik dengan rambut merah panjang itu menghela nafas, meskipun umurnya tidak lagi muda, namun wajah dan staminanya tetap terjaga. Ia melempar sapu dan mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan dengan kedua tanganya.

"I-bu apa yang ibu lakukan?"

"Membakar semua kertas-kertas ini. pantas saja kau sangat betah di dalam kamar, Ternyata kau menulis buku seperti ini. Lain kali kau tidak usah lagi ber-guru pada paman Jiraiya. Aku akan memberitahu ayahmu untuk mencarikanmu guru yang baru Naruto!"

Pria dengan rambut pirang jabrig itu memelas "Jangan ibu, aku tidak mau. Paman Jiraiya adalah guru favoritku" Kushina mendelik tajam, ia melemparkan sisa kertas itu ke dalam rongsokan, kemudian membersih kan tanganya dari debu.

"Jika kau masih ingin menjadi muridnya, berhenti lah membuat buku tak berguna ini!" meski enggan, Kushina tidak dapat mengelak jika Jiraiya yang terkenal dengan kemesuman nya itu adalah salah satu guru yang terbaik di kerajaan Konoha. Sulit mendapatkan guru yang berkualitas dengan harga murah, terlebih lagi Jiraiya membatasi jumlah muridnya.

"Tapi itu cerita sejarah" Naruto mengelak, ia tidak rela jika harus meninggalkan hobinya hanya demi omong kosong yang di sebut tatakrama ajaran Ayah. oh ayolah, ia sama sekali bukan 'pangeran' yang harus memiliki perasaan bak patung untuk bisa memimpin rakyatnya.

Kushina memijit pangkal hidungnya, meredam rasa pusing yang mungkin membuat kepala nya sebentar lagi akan meledak. "Ya tuhan, dosa apa aku saat mengandung anak ini" gumam Kushina. "Baiklah, begini saja. Kau boleh menulis sejarah sepuas mu--" senyum Naruto mengembang.

--tapi jangan adakan konten dewasa pada buku nya. Oke? "

Kushina menempel kan jarinya pada Naruto, ia akan kembali membantah "Ibu tidak punya banyak waktu, katakan. kau memilih semua bukumu ibu buang, atau kau tetap menulis tanpa 'adegan' di dalamnya. Kau tahu, itu bukan bahan bacaan yang cocok untuk di baca anak-anak?" Naruto mendesah pelan, kemudian mengangguk dengan lesu.

Kushina tersenyum, menepuk bahu putranya kemudian pergi. Meninggalkan Naruto yang tersenyum penuh arti setelah Kushina benar benar pergi dari kamarnya. "tapi aku tidak berjanji" tawa meledak, ia kembali ke ranjang dengan tumpukan kertas dan tinta yang berserakan. Naruto mengambil tumpukan kertas yang sudah penuh dengan tulisan, dan menjemur nya di dekat jendela agar cepat kering.

"Aku harus pandai menyembunyikan semua ini" Naruto memandang semua lembaran kertas yang tertumpuk seperti gunung di hadapanya. Kemudian sebuah cahaya seperti lampu muncul "Ah! Sakura- chan" teriak nya bahagia.

×××

Gadis dengan rambut Merah muda yang berdiri di depan cermin dengan Hakama hijau yang melekat rapih pada tubuhnya tersenyum, ia mengencangkan tali pada rambut. Dan berjalan mengitari meja yang sudah menyediakan sekantung penuh anak panah dan busurnya. Bersenandung senang, akhirnya setelah sekian lama ia mendekam di dalam kamar dengan kesedihan yang berlarut-larut selama satu tahun lebih. Kini sebuah cahaya datang berwujud surat dari pria pirang yang saat ini menunggunya di luar taman istana.

Dayang yang bertugas mengurus seluruh keperluanya ikut tertular senyum, memberikan salam pada putri bungsu Haruno saat berjalan melewati mereka. Banyak yang kebingungan, melihat bagaimana penampilan putri Haruno saat ini. Namun tidak ada satupun dari mereka yang berani merusak kebahagiaan putri musim semi yang kini mekar sebelum waktunya. Mereka saling menunduk memberi salam dan ajaibnya, Bungsu Haruno itu membalas mereka. Ayolah, setahun lebih tidak melihat bunga Sakura Haruno keluar. Istana bagaikan hutan es yang tiada ujungnya. Mereka hanya bisa melihat Putera mahkota dengan wajah es yang hampir menyebarkan kebekuan di seluruh penjuru istana. Meski tak ayal wajah Sang Raja adalah kandidat paling tampan yang menduduki posisi teratas di Suna.

The Kingdom Of EmeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang