TkOe 4

557 59 0
                                    

Kemilau mentari tak dapat menembus menyinari ruang, celah kecil bahkan hampir tiada, tidak ada suara satupun yang terdengar. Disana, pemimpin suna duduk di tahta dengan mata terpejam. Menyembunyikan hazel yang dapat menarik seantero gadis di Suna. Gerakan sekecil apapun dapat terdengar sangat nyaring, begitu pula dengan suara pintu yang terbuka perlahan.

Ketukan langkah sepatu terdengar, jubah perak dengan pedang yang menyampir bergemerisik pelan berjalan mendekat. Bersamaan dengan mata Hazel yang perlahan membuka terbingkai tajam. Shikamaru. Tangan kanan kepercayaan sekaligus panglima yang di angkat langsung bersama Gaara oleh Raja Sasori kini tunduk memberi hormat kepada Raja nya. "Sakura-Hime, telah kembali"  tidak ada sahutan atau reaksi, Raja Sasori hanya menatap diam sahabat masa kecilnya disana. Hembusan nafas Shikamaru memenuhi ruangan. Ia mengangkat dagunya ketika Sasori memberi isyarat. Tanpa sepatah kata Shikamaru mengangguk dan berjalan pergi

×××

Suara dehaman terdengar

Pria merah tampan dengan lingkaran hitam di matanya mendengus, tanpa melihat ia tahu siapa dia. Shikamaru duduk di samping Gaara, pria itu langsung menemuinya setelah melapor pada Raja.

menepuk pundak Gaara agar tidak kembali tenggelam dalam lamunan panjang  "Apa yang sedang kau fikirkan?" Ada sedikit jeda dalam hening. Gaara mengambil beberapa kerikil dan melemparkanya ke sungai dengan dorongan yang cukup kuat hingga menimbulkan gerak naik turun.

"Hime?" Sebuah pernyataan sederhana terlontar. Shikamaru tersenyum, Tahu kemana arah pembicaraan.

"Aku tidak memiliki wewenang untuk menjadi sumber informasi" Candanya. berdiri mengelilingi sungai, mendekat kearah dimana bunga lily tumbuh subur disana. "Jika saja lebah lebih berani mendekati bunga, mungkin seseorang tidak akan berani mencabut kelopaknya" perkataan Shikamaru mengandung arti, Membiarkan hening memegang kendali. Hingga beberapa jam berlalu, matahari sedikit bergeser ke barat, tertutupi awan yang perlahan menghitam.

"Dia memiliki teman, namun Sasori sepertinya tidak menyukai mereka". Shikamaru menyebut Sasori dengan nama kecilnya. Dulu, mereka adalah sahabat dekat. Semenjak Sasori di nobatkan sebagai putra Mahkota, hubungan mereka sedikit renggang.  jarang berkomunikasi, kecuali saat Shikamaru dan Gaara diangkat menjadi panglima setelah tragedi hancurnya kerajaan Sabaku akibat perang besar tiga kerajaan, Sasori benar- benar menjadi orang lain.

Dan disinilah mereka, bertemu kembali dalam keadaan yang berbeda. Teragedi kematian Raja dan Ratu terdahulu juga semakin memperburuk keadaan, sebelum Putra Mahkota di nobatkan. Raja terdahulu, yaitu ayah dari Putri Sakura dan Pangeran Sasori meninggal. Ia memberi suatu wasiat pada Sasori yang hanya diketahui dia dan satu saksi yang di rahasiakan. setelah menerimanya, wajah Sasori berubah total. Seakan riak nya air tidak terlihat.

Raja sekarat, dengan seluruh kemampuan Ratu yang tidak lain adalah keturunan Medis legendaris terbaik, Ia berusaha menyembuhkan suaminya menggunakan jutsu terlarang dengan menukar nyawanya dengan Raja. Namun penyembuhan itu terhenti di tengah jalan, karena jutsu yang ia lakukan belum sempurna. ia butuh lebih banyak energi lagi. Namun tidak ada satupun yang memiliki energi yang yang selaras dengan keduanya. Akhirnya mereka membeku bersamaan awal duka besar yang dialami Kerajaan Haruno.

Gaara terdiam, Tersenyum kecut.

Shikamaru bukanya tidak mengerti, ia tahu Gaara menaruh hati pada Putri bungsu Haruno. Sejak pertama kali menginjak kerajaan ini, ia tahu Gaara selalu memperhatikan Sakura. Ia bahkan sering mengikutinya, namun semenjak ibu dan ayahnya nya meninggal. Sakura mengunci dirinya sendiri dari dunia luar, Gaara ikut terpukul bahkan sempat nekat memanjat jendela untuk menemui sang Putri tanpa pikir panjang, Rasanya cukup bodoh jika saja Shikamaru tidak menahan Gaara waktu itu.

"Ada sesi jaga di lorong-" perkataan Shikamaru terpotong oleh hembusan angin yang cukup kuat, mereka menoleh bertukar fikiran. Sedikit terkesima, ia dan Gaara saling mengangguk dan pergi bersamaan.

Aroma angin ini tidak asing lagi.

×××

Mereka menyingkir setelah mendengar gebrakan pintu yang cukup keras, memberi jalan pada seseorang yang tengah berjalan dengan hentakan hak tinggi menggema, seolah menjelaskan untuk tidak berbuat hal yang membuatnya terganggu. Suasana seketika sunyi, tidak ada yang berani bersuara jika saja wanita tangan kanan kepercayaanya berbicara "Nona Tsunade" hormatnya.

"Apa yang terjadi Shizune" Wanita berambut hitam pendek itu mendekati ranjang, bagaimana pun ia masih syok dengan kedatangan  atasanya yang terlampau cepat. Dengan getaran ringan, ia menyerahkan secarik kertas dengan tinta acak yang ditulis terburu-buru.

"Nona Sakura datang dalam kondisi pingsan, sesaat kemudian ia siuman mengeluh panas pada bagian bahu. kulitnya mengalami panas yang tidak wajar" jelas Shizune. Wanita cantik itu menyerngit, membaca satu persatu kalimat yang Shizune tulis beserta sebuah simbol aneh yang tergambar.

Tsunade meminta ruang hanya untuk mereka berdua, pintu tertutup rapat. Ia menatap Sakura sejenak, wajah seputih porselen itu mengingatkanya pada seseorang yang tak lain adalah putrinya sendiri, mebuki. Sekelabat kenangan masa lalu terlintas membuatnya mengendurkan jarak. Gadis ini, ia sudah besar, tumbuh dengan Cantik. Terakhir kali bertemu Sakura masih setinggi lutut.

Mebuki adalah satu-satunya Putri semata wayang Tsunade, ia akan di nobatkan sebagai putri mahkota jika saja si keparat Kizashi tidak membuatnya jatuh cinta dan membawanya pergi ke kerajaan Haruno. Sial, jika saja Mebuki tidak terbutakan oleh cinta, ia tidak akan mati konyol dengan membuang nyawanya percuma. Mengingatnya sangat membuat Tsunade jengkel.

Ia hampir melupakan jika Mebuki memiliki seorang Gadis, sekelabat pemikiran konyol untuk membawa Gadis ini terlintas. Toh Haruno sudah punya Raja kan? Senyuman tersungging di wajah yang tetap awet muda itu. Tapi sebelum hal itu terjadi ia harus mengetahui terlebih dahulu apa yang terjadi pada Sakura hingga membuat Shizune memanggil dirinya. Cahaya hijau perpedar, ia mencoba memeriksa seluruh anggota tubuh yang kemungkinan bermasalah. Tapi tidak ada satupun yang aneh di sini. Sizune bilang sesuatu yang panas terjadi pada bahunya, Tsunade mengangkat bahu kanan dengan pelan ia melihat dua titik tertera disana, Persis seperti gigitan ular. Namun berwarna kuning.

Ia meneliti lebih lama, mengingat luka yang sama pernah ia lihat. Kemudian mengangkat alis.

Gaara memangku tangan menyenderkan bahunya pada pintu kayu dengan ukiran rumit di samping. setelah bertanya pada seorang pelayan, Ia memilih menggantikan shift berjaga disini.
Bagaimana pun juga Shikamaru lah yang memaksanya tetap tinggal, setelah ia pergi mengurus urusan lain di luar sana. Prajurit di sampingnya sedikit melirik, bingung melihat panglima kini menjaga lorong menggantikan rekanya.

Di dalam Tsunade berusaha mengingat sesuatu yang berhubungan dengan titik yang sangat mirip dengan ini, ia mengambil sebuah buku tua usang yang tebal dengan beberapa kali membolak balik kertasnya.
"Ini dia" nama simbol ini adalah Segel kutukan, dimana hanya di dapat saat seseorang melanggar suatu aturan atau berurusan dengan hal magis.
Disana tertera jika segel yang Sakura miliki adalah tahap pertama, jika memasuki tahap ke dua itu akan sangat berbahaya untuk tubuhnya.

Ia mengenal seseorang yang ahli dalam bidang ini.

Tbc...

Huhuhuuu:') hallo  hai hai, saya tidak tahu apakah masih ada orang yang mau membaca fanfic saya yang banyak sekali kekuranganya😔 semangat saya menurun, apalagi kemampuan saya tidak sesuai ekspektasi. Jadi mohon maaf atas segala kekuranganya.

Dan mulai sekarang saya akan mulai belajar untuk menuangkan imajinasi saya dalam cerita dan di publis setiap hari sabtu jika tidak ada halangan.

Terimakasih untuk yang sudah memberi vote meski tidak sebanyak author yang sudah sangat pro dalam menulis, saya tetap senang terimakasih❤

The Kingdom Of EmeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang