TkOe 5

489 54 0
                                    

Dulunya Putera pertama klan Haruno sudah ada sejak datangnya Permaisuri Mebuki, artinya Sasori adalah anak tiri seperti kisah bawang putih dengan ibu yang baik. Selang dua tahun berlalu, Mebuki melahirkan anak ke pertamanya dengan selamat. Semua bersuka cita, di iringi dengan hasil panen dan tanaman yang subur semakin membaik bersamaan  kelahiran Puteri Haruno. Semenjak itu, Sakura di juluki Puteri pembawa keberuntungan.

Sudah rahasia umum jika kedua Kakak beradik Haruno selalu bertengkar membuat keributan jikalau mereka berada di lantai yang sama. Seiring berjalanya waktu beranjak dewasa mereka mulai menerima keberadaan masing-masing, Tetapi tidak berselang lama ibu ayahnya meninggal. Dengan kematian Raja Kizashi yang tidak dapat di ketahui penyebabnya, kini tidak ada yang tahu bagaimana hubungan mereka.

×××

Sasori mengibaskan tangannya, hingga seorang pria dengan baju lusuh dan bercak darah itu diseret oleh dua pria berbaju besi.
"Tidak, Kumohon yang mulia percayalah hamba tidak melakukan hal itu" Dengan kedua kakinya yang terseret ia memberontak brutal meski tidak menghasilkan apapun.

Kasim dan para petinggi terdiam menunduk, tidak ada yang berani bersuara. Hingga gerbang kembali terbuka setelah perginya prajurit tadi, seorang wanita cantik dengan santai berjalan masuk di iringi hak yang berbenturan dengan lantai marmer menimbulkan suara nyaring dalam hening. Tsunade berdiri di sana, para kasim menunduk dan segera meninggalkan ruangan saat Sasori kembali mengibaskan tangan untuk kedua kalinya.

Setelah pintu benar-benar tertutup rapat, Sasori berdiri dari singgasana kebesaran menghampiri Tsunade untuk memberi salam. Tsunade menanggapinya dengan acuh.
"Apa yang membuat bibi repot-repot datang ke sini?" Ucapnya dengan sopan, ia tahu Tsunade enggan di sebut dengan sebutan 'Nenek' karena itu mengingatkan dirinya pada umur yang sudah mencapai batas tua, dan Tsunade tidak suka itu.

Kharisma Sasori sebagai seorang Raja memang tidak perlu diragukan. Tsunade memutar matanya sambil berpangku tangan. memang itu hal yang tidak sopan untuk seukuran Ratu agung dari Konoha, namun siapa peduli? Sasori yang memang pada dasarnya tidak terlalu peduli dengan sikap para bangsawan hanya mengatupkan bibir.

Hingga helaan nafas terdengar, Tsunade memutar langkah mengitari ruangan yang menjadi takhta kepemingpinan Haruno, ruangan ini cukup luas dan lumayan gelap. Sasori memiliki selera buruk tentang seni.
Ia memandang Sasori yang masih diam di tempat, terlihat seperti seorang pemalas. "Aku ingin Sakura tinggal beberapa bulan di konoha" jika dilihat lebih teliti bahu Sasori sedikit menegang, namun tak lama kembali tenang. Pandangan datarnya tertutup sejenak sebelum kemudian kembali terbuka

"Maaf, aku tidak bisa" Tsunade menaikan sebelah alisnya, seolah bertanya alasan kuat seperti apa yang ia miliki hingga berani menolak permintaan darinya. Terdengar helaan nafas dari Sasori untuk ke sekian kali, dan itu menjadi salah satu alasan Tsunade untuk lebih tidak menyukai Raja bajingan ke dua Haruno setelah Kizashi "Semenjak ayah dan ibu tiada, Imouto adalah tanggung jawab kekaisaran. aku tidak bisa membiarkanya meninggalkan Suna" Dengusan tawa terdengar.

"Aku meragukan ucapanmu" celetuknya, Sasori jarang sekali menemui Sakura. Ia tahu, karena sedari kecil mereka tidak pernah akur. Meski begitu di umur 16 Sasori mulai menempatkan mata-mata di setiap sudut dimana Sakura berada, dengan kuasa yang di terimanya tanpa sepengetahuan Kizashi, ia tahu. Dan itu bukanlah hal yang patut di banggakan "Sakura terkena kutukan bunga liar yang hanya datang seratus tahun sekali. Aku harus membawanya pada seorang Sanin" Sasori bergeming, dengan mempertahankan wajah datarnya,  dan Tsunade bukanlah termasuk ke dalam golongan orang penyabar seperti Mebuki "Dengar bocah, sebenarnya aku bukanlah tipe orang yang suka meminta persetujuan dari budak tengik ingusan yang tidak mempunyai rasa bersyukur sepertimu. Jika aku mau, aku bisa saja menghancurkan istana bobrok ini dengan sekali pukulan, namun cucuku pasti akan sedih jika melihat kakaknya mati konyol dalam reruntuhan tak berguna" emosinya sedikit tersulut, mengingat ia akan menghadapi bocah ini lebih lama mungkin merubuhkan gunung Myouboku bukanlah ide yang buruk.

Sasori memberi hormat, tetap kukuh dengan keputusanya. "Bibi tahu persis seperti apa hubungan keluarga kami dulu, Tapi percayalah, dia akan baik-baik saja di bawah kuasa ku" dengan entengnya mulut sialan itu berbicara, seakan mengundang kuku-kuku Tsunade untuk singgah dan merobek kedua celah itu hingga selebar pohon oak yang ditanam Dan.
Jika saja akhirnya Sakura tidak dapat ia tangani dan ia hanya berpangku tangan seperti orang buta, maka bersiaplah lihat apa yang akan ia lakukan pada bajingan tengik ini.

"Mengapa aku harus percaya pada seorang bocah yang bahkan tidak pernah meninggalkan kandang" Tsunade akui, bocah ingusan di hadapanya ini memiliki sisi yang berbeda, kilata di matanya memiliki banyak teka-teki yang sulit dimengerti. Sasori hanya menanggapinya dengan reaksi yang sama, tetapi kemudian Tsunade mengalah mengikuti kemana alur permainan yang bocah ini buat.

×××

"Teme!" Naruto terus melempar buah biji-bijian yang entah sejak kapan tumbuh subur di sepanjang jalan. Pria dengan tone rambut hitam itu berdecak menghentikan langkah tiba-tiba hingga Naruto hampir menabrak dada bidangnya. Ia menatap Naruto tajam, sangat terganggu. "Katakan, apa kau mengenal Sakura-chan? Dimana?" Kejadian beberapa hari yang lalu mengganggu fikiranya.

Semenjak Sakura berteriak dan tidak sadarkan diri di perbatasan hutan, ia sangat panik dan membawanya ke rumah. Takut jika terjadi sesuatu mungkin Sasori akan memenggal kepalanya, Dan itu cara yang konyol untuk mati. Sasuke adalah orang pertama yang datang, tidak. Dia hanya kebetulan melewati jalur tempat Naruto tinggal. Dan ia cukup bersyukur kala itu.

Sakura di rawat langsung oleh ibunya, Kushina bilang jika Sakura terkena sebuah bunga yang entahlah apa itu. Yang pasti ia sangat marah dan menerbangkan hampir semua perabotan pada Naruto. Minato yang baru datang pun terkena imbasnya, setelah mengetahui jika keadaan Sakura tidak sadarkan diri. Minato kemudian mendengar sebuah panggilan yang membuatnya melesat dan pergi begitu saja, mungkin seseorang dari pihak kerajaan sedang mencarinya.

Dan kala itu, Naruto menunggu Kushina memperbolehkan nya kembali untuk masuk. Setelah menunggu di bawah. Ia membawa Sakura ke rumah tanaman dimana jarang sekali seseorang boleh masuk selain dengan ijin Kushina. Ia memanggil beberapa teman siluman untuk berkumpul memenuhi rutinitas mereka, seperti berlatih bersama dan menggunakan tekhnik baru.

Tak lama Minato memanggilnya untuk segera mengantarkan Sakura ke perbatasan. Dengan enggan ia berniat mendekat ke arah dimana Sakura berada, berniat membawanya mesti dengan keadaan tidak sadarkan diri. Sakura telah bangun dan turun. Sebelum ia megeluarkan suara, Minato mendesaknya untuk tidak terlalu banyak berbicara dalam telepati. Sempat bingung dan gundah, ia tersenyum kemudian mengajak Sakura untuk sedikit berkeliling. Dan ditanggapi dengan anggukan Gadis itu.

Di sepanjang perjalanan bersama teman-temanya Naruto sedikit merasa ada perubahan pada sikap Sasuke, seperti ada sesuatu yang mencurigakan. Tapi apa.

"Tidak"

"Jangan bohong teme, kita telah berteman sejak kau masih menjadi butiran putih dalam kantung ayahmu. Aku tahu semuanya" Sasuke mendengus kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Naruto merengek, meloncat menghadang Sasuke. "Sakura-chan juga temanku, aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Tapi ayolah kau pasti tahu sesuatu"

Meski enggan dan kesal, Sasuke menyingkirkan Naruto dengan sebelah tanganya. Membuat Naruto terpental agak jauh jika saja tidak ada pohon yang menahanya "Berapa kali  ku katakan jangan membawa manusia masuk sembarangan" Naruto meringis merasakan sedikit denyutan di bahu nya. Merangsek meloncati pohon mengikuti Sasuke.

"Aku tidak tahu dia akan bereaksi seperti itu" Protesnya, kekuatan Uchiha memang tidak main-main, sekali gibasan ia hampir terpelanting jauh. Ia mengikutinya dari atas pohon. Dilihat di sana Sasuke berhenti, memandang Naruto. Melihat itu ia pun turun.

Dengan malas Sasuke memperingatkan "Bunga yang hanya tumbuh seratus tahun sekali" ada sedikit jeda, kemudian matanya terpejam mengingat beberapa kata yang terngiang dalam kepalanya.

"Jika seseorang terkena bunga itu, kau tidak bisa menolak lagi" kata yang selanjutnya terlontar membuat Naruto terbelalak tak suka.

"Kuso!"

Tbc..

The Kingdom Of EmeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang