"Namaku..."
Hari itu, saat angin musim semi berhembus menerbangkan helaian rambutnya, laki-laki itu tersenyum lebar, padahal ia sama sekali tak menjabat tanganku. Aku masih tetap dalam posisiku, tak ingin kurubah, tak ingin malu. Tapi sumpah demi kalajengking yang merambat di batang pohon belakangnya, laki-laki ini memang sudah berhasil membuatku malu.
Saat aku berniat menarik tanganku, kata-katanya menghentikanku.
"Bagaimana kalau kau menemaniku sebentar?" aku mengerutkan dahi. Laki-laki itu menunjuk ke atas bukit. "Ke ujung sebelah sana. Mau, ya?"
Aku tidak tahu jenis arwah mana yang merasukiku saat itu. Menangis dan mengumpati Yuna, tiba-tiba bertemu laki-laki asing tampan, dan seketika aku berubah menjadi anjing penurut. Padahal ibuku pernah berkata padaku bahwa aku harus berhati-hati dengan orang asing, terlebih laki-laki asing. Laki-laki asing yang muncul tiba-tiba sepertinya... bukankah seharusnya berbahaya?
Ah, ada apa denganmu Lee Chaeryeong?
Kami berdua berjalan beriringan. Jalanan sungguh sepi. Kami hanya ditemani suara langkah kaki dan suara angin musim semi yang terus berhembus. Aku menyisipkan rambut ke belakang telinga, dan tepat saat itu juga kudengar suaranya melantun memanggil namaku.
"Lee Chaeryeong."
Mendengarnya, aku terkejut. Bagaimana ya mendiskripsikannya? Tapi, pertama kali mendengar namaku disebut olehnya, tiba-tiba perutku terasa mulas, dan aku bahkan tidak berani menoleh untuk sekadar memandang wajahnya. Jadi, yang kulakukan hanya berdeham, sembari tetap berusaha fokus memandang ke arah depan.
"Hm?"
Laki-laki itu terdiam sejenak. "Percayakah kau... pada cinta pandangan pertama?"
Aku berhenti melangkah.
Apa?
Aku menoleh. Laki-laki itu memosisikan tubuhnya berhadapan denganku. "Percaya atau tidak?"
Aku membuka bibir untuk menjawab. Namun beberapa detik terlewat, aku tidak mengeluarkan jawaban apa-apa. Lebih tepatnya aku tidak tahu. Aku tidak tahu harus menjawabnya seperti apa. Semua terasa begitu tiba-tiba. Hei, aku bahkan belum tahu siapa namanya. Bukankah ini termasuk lancang?
Ia menyela, "Kalau aku percaya. Aku percaya cinta pada pandangan pertama itu ada. Setidaknya, seumur hidup, ketika aku lupa kapan saat-saat aku merasakan hatiku bergetar seperti ini, sekarang aku merasakannya lagi."
Sumpah demi apapun yang hidup di dunia ini, aku tidak paham maksud perkataan laki-laki asing ini. Namun aku sendiri juga tidak paham kenapa hatiku ikut bergetar ketika ia mengatakannya. Apakah ini termasuk efek dari gelombang suaranya yang merambat masuk melalui celah telingaku?
"Aku tidak paham," kataku jujur. Aku meringis garing. "Bisa kau... ehm... jelaskan padaku lebih detail lagi?"
Ia tersenyum lebar. "Bisa." Aku nyaris pingsan terpesona oleh senyuman manis itu. "Dihitung mundur sejak tiga puluh menit yang lalu. Saat aku melihat ada seorang gadis yang menangis sendirian di jalanan sepi. Saat itu tiba-tiba hatiku bergetar. Aku mendekat untuk memastikannya, dan tahu-tahu ia menatapku. Oke, aku dapat kesimpulan sekarang."
Aku berkedip.
"Aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama..."
Tunggu, jangan bilang...
"...dengan gadis itu. Namanya Lee Chaeryeong. Haha, kau percaya tidak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
One Day With Mr. Unknown ✔️
FanfictionHari itu aku menangis, dan hari itu juga aku melihatnya untuk pertama kali. Aku tidak tahu namanya. Aku baru melihatnya hari itu, di bukit yang sepi, saat aku menangis karena Yuna meninggalkanku sendirian terlalu lama. Ia menatapku lama, seolah ia t...