"Lee Chaeryeong, senang mengenalmu."
Matanya memerah. Apa laki-laki ini sakit? Kutatap lama wajahnya lekat-lekat. Aku menelan ludah dalam-dalam.
"Kang Taehyun?" kedua ujung bibirnya tersenyum mendengarku menyebut namanya. "Kau baik-baik saja?"
Tangan dingin Taehyun membelai lembut pipiku. Tangannya terasa bagai bongkahan es batu yang mengompres kulit pipiku. Aku kedinginan, namun aku menyukainya.
"Ingatlah terus..." jakunnya naik turun saat ia berusaha menelan ludah. "...Nama orang yang menciummu adalah Kang Taehyun, pada musim semi yang indah."
"Hah?"
"Dan akan selalu kuingat namamu. Lee Chaeryeong, gadis cantik yang membuatku jatuh cinta pada musim semi yang indah."
"Kau mau pergi?" Entah bagaimana kalimat itu lolos dari bibirku. Dan entah bagaimana Taehyun justru mengangguk. "Kemana?"
"Jauh."
"Iya, jauh, tapi jauh kemana? Apa aku bisa bertemu denganmu lagi?"
Taehyun menjauhkan tangannya. "Mau kupeluk?"
"Hah?"
"Agar kau tidak melupakanku."
Alasan macam apa itu? Bagaimana mungkin aku melupakannya? Laki-laki asing, tembakan asing, ciuman asing, belaian asing, dan sekarang pelukan juga? Wah, Kang Taehyun benar-benar hebat. Dan aku benar-benar sinting.
"Baiklah."
Dasar mulut sialanku.
Taehyun tersenyum, menarik kedua bahuku dan merengkuh erat tubuhku. Dingin. Aku seperti dimasukkan ke dalam kulkas, tapi aku menyukainya. Ini adalah pelukan teraneh yang pernah kurasakan. Saat aku membalas pelukannya, tiba-tiba aku khawatir wajahku akan membiru. Yuna akan terkejut nanti kalau sampai tahu aku kedinginan di saat musim semi begini.
Laki-laki itu menyudahi pelukannya. "Rumahku jauh. Tapi aku berjanji akan menjagamu."
"Hah?"
Aku terlalu banyak mengeluarkan abab hari ini.
Tapi tunggu, aku benar-benar tidak paham maksudnya.
"Pejamkan matamu," perintahnya.
Apa? Apa ia mau melakukannya? LAGI?
Taehyun terkekeh. "Aku tidak akan melakukan itu, janji."
T-tunggu, apa raut wajahku terbaca?
"Kang Taehyun--"
"Ayo, pejamkan matamu."
"Baiklah." Aku menuruti perintahnya. Kututup kedua kelopak mataku erat, sama sekali tak berniat mengintip, sungguh. "Sudah."
Kurasakan sesuatu menutup kedua kelopak mataku. Sangat dingin. Sekali sentuhan saja aku sudah tahu. Itu tangan Taehyun.
"Terima kasih. Seharian ini... menyenangkan."
Entah mengapa... aku merasa Kang Taehyun pergi sangat jauh...
...dariku.
Seolah kami tidak akan pernah bertemu lagi untuk selamanya.
"HEI!"
Aku tersentak, membuka kedua mataku secepat kilat menyambar.
Kedua mataku melebar. Kepalaku berputar mengitari sekeliling. Tunggu, tempat ini masih sama kok. Tapi...
Yuna menyodorkan tangannya. "Nih, tadi aku lupa bawa bunga, makanya aku kembali. Kelamaan, ya?"
Aku mendongak, memandang Shin Yuna dengan alis berkerut.
"Omong-omong Kak Chaeryeong."
Yuna mengetuk-etukkan telunjuknya ke dagu sembari menatap aneh ke belakangku. Kedua alisnya menyatu, seolah sedang berpikir.
"Setelah kupikir-pikir bagaimana bisa kau tertidur di atas gundukan pemakaman orang? Kau... tidak ngelindur dan menganggap itu adalah kasur bukan?"
"Apa maksud--"
"Kang Taehyun... kau mengenalnya?" Yuna menaikkan kedua alis.
"Bagaimana bisa kau tahu nama itu?"
Gadis itu memutar mata. "Aku membacanya dari nisan di belakangmu, tahu!"
"Nis--"
Kedua mataku lebar.
Tuan yang tak dikenal namanya.
Sentuhan kulit dingin.
Wajah pucat.
Mata memerah.
Jadi Kang Taehyun... bukan manusia?
"Hoi, kau mengenalnya, 'Kak? Dia siapa?"
Aku terpana, menatap nisan itu, membaca namanya.
"Dia... laki-laki tak kukenal, yang seharian ini menemaniku dalam musim semi."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day With Mr. Unknown ✔️
FanfictionHari itu aku menangis, dan hari itu juga aku melihatnya untuk pertama kali. Aku tidak tahu namanya. Aku baru melihatnya hari itu, di bukit yang sepi, saat aku menangis karena Yuna meninggalkanku sendirian terlalu lama. Ia menatapku lama, seolah ia t...