5

216 29 1
                                    

Sudah lama sejak Hakyeon menginjakan kakinya di tempat itu, terakhir kali mungkin 3 tahun yang lalu.

Bisa dibilang tempat itu adalah sebuah markas di mana para penjahat di bawah pimpinan Ravi berkumpul.

"Hyung!"

Mata bulatnya berbinar saat melihat siapa yang memanggilnya "Jaehwanie" Hakyeon tak ragu untuk langsung menghambur pelukan saat melihat adik kecilnya.

"Mian hyung, Ravi memintaku memanggilmu kesini"

"Tidak apa aku juga ingin melihat keadaanmu. Apa dia masih bersikap kasar padamu?" Selidik Hakyeon.

"Dia... menyayangiku" Jaehwan mendelik lalu tersenyum.

Senyum lugu Jaehwan selalu saja membuat Hakyeon tenang, ia berharap apa yang Jaehwan katakan itu benar.

Mengakhiri reuni singkat itu Jaehwan mengantar Hakyeon menemui Wonshik yang sudah menunggunya.

Ptck!

Wonshik melempar sebuah amplop yang isinya hampir menghambur dari tempatnya.

"Kau mengenalnya, hyung?" Tanya Wonshik  dingin. Ia punya sedikit dendam dengan Hakyeon karena dulu Hakyeon berusaha memisahkannya dengan Jaehwan.

Hakyeon meraih amplop berwarna coklat itu dan melihat foto dirinya yang sedang bicara dengan seorang pria.

"Ahjussi ini?"

"Leo"

"Leo? Maksudmu dia anggota intel yang terus mencoba untuk menangkapmu itu?"

Baiklah, Hakyeon mendapat anggukan dari Wonshik. Hakyeon memang hanya tahu namanya ia tak pernah melihat wajah orang yang hampir selalu membuat darah Wonshik mendidih karena marah.

"Aku ingin kau membunuhnya"

"Apa?! Ke-kenapa harus aku?" Hakyeon tak pernah sekaget itu saat mengetahui siapa targetnya.

"Hyung apa kau dekat dengannya?" Tanya Jaehwan menyela.

"Apa aku memintamu untuk ikut bicara?" Wonshik menatap Jaehwan yang langsung tertunduk dan menutup rapat mulutnya.

Hakyeon balas menatap Wonshik tak suka, monster di hadapannya itu tak mungkin berubah karena sekali monster ia tetaplah monster.

Kegagalan Hakyeon yang tak bisa membebaskan Jaehwan karena Jaehwan sendirilah yang mengikat dirinya pada monster itu.

"Aku hanya bertemu denganya beberapa kali"

"Itu bagus kau akan dengan mudah membunuhnya"

"Jika aku tidak mau?"

Jaehwan menatap khawatir Hakyeon, seharusnya Jaehwan menolak saja saat Wonshik memintanya menghubungi Hakyeon.

Seperti yang lalul-lalu mungkin Jaehwan masih bisa bertahan dengan hukuman yang diberikan Wonshik.

Wonshik menyeringai tak ada seorang yang boleh menolaknya karena itu sudah peraturannya.

"N-ah, apa kau pikir aku sedang memohon?"

"Ini perintah!"

Wonshik mengangkat pistol yang ada di atas mejanya. Ia mengarahkan pistol tersebut pada Hakyeon, bersiap menembak. Tapi tepat sebelum pelatuk itu ditarik Jaehwan sudah berlari kearah Hakyeon.

Jaehwan sudah mengira akan terjadi hal seperti ini sebelumnya, tapi tetap saja hanya ini yang bisa di lakukannya.

Jaehwan menggeleng, ia meminta Wonshik untuk berhenti dengan darah yang perlahan merembas di bajunya. Jaehwan beruntung tembakan itu hanya menyerempet bahunya.

Beautiful Killer ; leon/ neoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang