3

253 32 0
                                    

Hyuk menatap serius Taekwoon yang sedang memperhatikan tubuh seorang pria.

Ptia itu merupakan seorang mafia gembong narkoba, tubuhnya ditemukan tergeletak tidak bernyawa akibat sebutir peluru menembus kepalanya.

"Dapatkan petunjuk?" Tanya Hyuk penasaran.

Taekwoon berjalan menyusuri ruangan itu ia menatap kaca jendela yang berlubang di yakininya sebagai tempat dimana peluru berasal.

"Jika peluru itu berasal dari sini, maka..." Taekwoon menatap gedung pencakar langit di seberang bangunan, ia menyeringai "Dia menembak dari sana" Yakin Taekwoon.

"Hyuk, kau pikir siapa yang mendapatkan keutungan dari kematiannya?"

"Um, Kita?" Hyuk menunjuk dirinya dengan semangat.

Taekwoon menahan amarahnya yang kapan saja akan meledak dan mungkin ia akan khilaf lalu menembak kepala Hyuk.

"Cepat pergi sebelum polisi datang"

-

Suara sirine terdengar, beberapa mobil polisi sudah terparkir di depan gedung tempat di mana terjadinya penembakan seorang mafia narkoba yang juga telah lama diincar oleh kepolisian Seoul.

Hongbin dan Kihyun bergegas keluar dari mobil, mereka berdua terlihat kesal karena penjahat yang selama ini menjadi incaran mereka harus mati di tangan orang lain.

Hyuk menajamkan matanya saat ia melihat Hongbin berlari.

"Belahan jiwaku"

"Eh?" Kaget Taekwoon mendengar ucapan yang sungguh tak enak didengar oleh telingannya.

"Hyung kau kembalilah ke kantor, aku harus menemui belahan jiwaku"

Taekwoon menggigit bibirnya, bagaimana bisa Sanghyuk menjadi anggota BIN dan menjadi rekannya.

Oh jangan salahkan Hyuk ia adalah murid terbaik diangkatannya jika sedang serius.

Ingat hanya saat dalam keadaan serius mungkin ia akan lebih ganas dibanding Taekwoon.

"Binnie-hyung!"

Hongbin menghentikan langkahnya saat seseorang memanggil namanya dengan panggilan yang tidak biasa.

"Kenapa berhenti?" Tanya Kihyun berbalik.

"Aku akan menyusulmu" Jawab Hongbin lalu mendapat anggukan dari Kihyun.

Sebelun itu Hongbin memastikan pistolnya tak terlihat lalu ia berbalik melihat Hyuk di sana.

Untung saja jabatannya tak mengharuskan ia memakai seragam, jika itu terjadi maka habislah Hongbin kali ini.

"Siapa?"

"Heh? Kau tak mengingatku?" Hyuk mendekati Hongbin dan mencoba meraih tangannya tapi lebih dulu ditepis oleh pria berlesung pipi itu.

"Kenapa aku harus mengingatmu?"

"Kenapa?! Karena kita sudah melakukannya. Aku menunggu telpon darimu, kenapa kau tak menghubungiku?"

"Kau meninggalkanku sendirian dan kau memintaku untuk menghubungimu. Heh, lucu sekali"

"Maaf hyung, bukankah aku sudah meninggalkan pesan"

Hongbin merampitkan kedua alisnya bingung, apa yang coba pembual itu katakan.

"Aku meninggalkan catatan di sampingmu, aku pergi karena ada pekerjaan mendadak dan tidak tega membangunkanmu. Maafkan aku, sungguh"

"Be-benarkah?" Hongbin mengingat-ngingat lagi kejadian tempo hari, ia sama sekali tak melihat ada catatan.

"Aku tidak berbohong, tapi jika hyung memang tak ingin melanjutkannya aku tidak masalah. Karena ini bukan hanya tentan aku"

Beautiful Killer ; leon/ neoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang