Tabu - Brisia Jodie

13.1K 279 1
                                    


KARAM

"Tabu tak mungkin kita lawan,
tapi ku tetap mau kamu."
[Arman & Meira]

"[Arman & Meira]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pare-pare, Sulawesi Selatan.
30 Juni 2018

"Mei, KKN mu di Makassar sudah selesai, kan? Libur pulang ke Surabaya yah, Opa Fier cariin kamu, nagih janji. Sudah dua natal loh kamu gak sama kita."

Suara voicenote yang diputar, deburan ombak, dan suara imam mengucap salam dari speaker surau itu saling berebut masuk ke telinga Meira.

"Suit suit..."

Ah, sekarang bertambah lagi dari siulan para buruh angkut yang menunggu kedatangan kapal pengangkut barang, menggoda Meira—yang sedang tidak ingin digoda.

Perempuan berparas ayu itu mengedarkan pandangannya di antara orang-orang yang keluar surau. Sesekali melempar senyum pada penduduk yang menyapanya. Lama, sampai didapatinya seorang perempuan dengan kain menutupi kepala sedang melambaikan tangan padanya, sayangnya bukan dia yang Meira cari.

"Ayo balik Mei, tinggal kopermu yang belum dirapikan."

"Kak Mil duluan saja, aku ada urusan sebentar."

Mata Kamila menyipit. Urusan apa? Sedang teman-teman KKN Meira yang lain sudah kembali ke posko setelah acara perpisahan kecil-kecilan mereka bersama warga sekitar usai. Sisa Meira saja yang tadi menawarkan diri menunggu Kamila sholat di surai dulu.

"Engh... itu... Mei masih mau lihat senja, hitung-hitung terakhir kalinya."

Kamila tersenyum simpul, "Kalau gitu nanti pulangnya diantar Arman saja yah. Ibu gak suka aku kelayapan sampai malam, katanya gak baik untuk calon pengantin."

Meira mengangguk, membiarkan anak kepala dusun tempatnya tinggal itu berlalu dengan sepeda motornya.

Hampir setengah jam berlalu, tidak ada lagi senja di hadapan Meira, yang ada hanya langit hitam dengan satu dua bintang. Cahaya lebih banyak berasal dari lampu-lampu kapal. Tak ada lagi buruh angkut yang menggoda Meira, semuanya sibuk ketika salah satu kapal sandar di pelabuhan.

Meira menoleh ke kiri, mendapati pria dengan kaos oblong berdiri tegak di sampingnya sembari mengepulkan asap ke udara. Mendapati Meira mengibas-ibaskan tangannya menghalau asap, membuat pria itu melempar puntung rokoknya yang masih lebih dari setengah ke tanah.

"Mari, saya antar pulang."

"Kamu mau aku pulang sekarang?" tanya Meira, tahu betul bagaimana mempermainkan perasaan lawan bicaranya.

Pria yang ditanyai diam tak berkutik.

"Kamu antar aku pulang ke rumah pak Basyir sekarang, habis itu kamu juga balik, dan besoknya aku udah gak ada lagi di desa ini. Aku gak lebih dari sekadar anak kuliah yang lagi KKN di desa kamu, sehabis aku balik, kamu lupa sama aku. Kamu mau itu Man?"

Play & CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang