PENSI (PENTAS PATAH HATI)
"Beritahu aku cara melupakanmu
seperti kau ajarkanku dewasa"
[Bumi & Serana]***
Bali, Indonesia.
8 Desember 2035"Mas Bumi, ini ada kiriman."
"Dari siapa?"
Pria yang diajak bicara itu tak juga melepas pandang pada iPad di tangannya. Membaca sesuatu, berbahasa inggris.
"Sekolah Mas dulu, SMA 1 Bandung. Kayaknya undangan pensi Mas. Ini di atasnya ada tulisan panitia pensi."
Tangan Bumi yang tengah membubuhkan tandatangan di atas iPad sontak terhenti.
"Saya buang saja Mas?" tanya Shakira setelah tak mendapat jawaban. Tiga tahun menjadi asisten pribadi Bumi, tiga kali juga dia mendapatkan paket yang sama, hanya desain yang berbeda di setiap tahunnya. Dua tahun terakhir, paket-paket itu selalu berakhir di tempat sampah—bahkan sebelum sempat dibuka.
Namun, kali ini sepertinya paket itu menemukan tempat yang lebih baik dibanding tempat sampah.
"Taruh di atas meja."
Shakira tersenyum, ia pamit dan berlalu pergi setelah meletakkan kotak beludru berwarna navy dengan pita emas di atas meja itu.
Bumi mengusap wajahnya kasar. Terlebih ketika sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Dari Jeanu, kakak kelasnya sewaktu SMA.
Paket undangan pensi dan pesan Jeanu adalah dua hal keramat yang rutin menghampiri di akhir tahun.
Jeanu Smansa
Lo dapat undangan pensi juga, kan? Kali ini datang lah Bro. Jangan cuma nyumbang duit mulu.Bumi tak membalas. Ia melangkah dan meraih kotak itu. Di atasnya ada sebuah aksara timbul yang dirajut dengan satin berwarna emas, tertulis 'From: Panitia Pensi Smansa 2035 To: Bumi (Ketua Pensi 2023)'
Dibukanya kotak itu. Sebuah surat—yang bisa Bumi tebak adalah undangan, kaos, tumblr, serta merchandise berkualitas premium lainnya. Satu yang menarik perhatiannya, sebuah buku album.
The memories of Pensi Smansa 1996-2034
Selaras dengan judulnya, isi album tersebut adalah foto bersama seluruh panitia Pensi dari setiap tahunnya.
Dibawanya album itu bersamanya, pintu kaca digeser, ia duduk di sofa tunggal yang menghadap persis ke lautan. Balkon dengan udara bebasnya harusnya bisa menetralkan kecamuk di diri Bumi.
Dipandangnya kembali sampul album foto itu. Lama setelah menimang-nimang, ia membuka lembar pertama berisikan daftar isi.
Setelah melihat daftar isi, Bumi mencari halaman 35. Ia menemukan sebuah foto panitia Pensi di tahun 2019. Bukan wajahnya yang ia cari, toh tidak akan menemukan foto Bumi di antara orang-orang di foto itu. Dia masih SMP kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play & Cry
Short Story[Playlist of Love] Tutorial membaca cerita ini: 1. Mainkan lagunya 2. Baca ceritanya 3. Mulai menangis Sudah paham? Kalau iya, mari. Mari cari lagu kesukaanmu, mungkin saja kau temukan kisahmu. atau Mari baca kisahnya, mungkin saja kau temukan lagu...