TAMAN BERMAIN
"Dan setelah luka-lukamu redah,
Kau lupa aku juga punya rasa."
[Emil & Vanessa]***
Jumat, 6 Juni 2014.
Bogor, Indonesia.Pukul dua dini hari. Seorang diri, Emil duduk termangu di bawah tenda terpal. Menyilangkan lengan memeluk dada, ia merutuk tak membawa jaket atau apapun yang bisa membantu menghangatkan diri dari udara Bogor yang merengkuh tubuh.
Pemandangan kontras tampak sekitar belasan meter dari tempatnya duduk, puluhan manusia memadati sebidang tanah. Semua tampak sibuk, membawa ini-itu, melakukan ini-itu. Mereka baru akan berhenti hilir mudik ketika pria yang duduk di kursi lipat berteriak action!. Kemudian kembali hilir mudik ketika pria itu berteriak lagi, kali ini dengan Cut!. Begitu terus sampai akhir, siklus orang-orang di balik layar.
Emil tengadah, bintang-bintang di sini tidak disembunyikan polusi seperti halnya di langit Jakarta. Sayangnya, mata berat Emil tak mempan dirayu bintang. Titik-titik putih itu perlahan disapu gelap. Emil tertidur.
Dua putaran jam berlalu, obat nyamuk listrik yang habis berhasil membangunkan Emil setelah lengan telanjangnya dihinggapi nyamuk. Saat itu juga, seorang pria bertubuh pendek dengan handuk tersampir di bahu datang ke tenda. Emil tidak tahu namanya, tapi ini bukan pertama kalinya mereka bertemu.
"Eh, Bang Emil! Cari Vanessa, ya? Masih take bang." Pria itu menyapa.
"Sisa berapa adegan lagi, Bang?"
"Ini yang terakhir, Bang Emil lama yah nunggunya, tadi lambat mulai Bang. Ada kejadian-kejadian, biasa film horor, hantu sini caper mau masuk kamera juga."
Emil mengangguk, ia tersenyum sopan, tapi pria itu belum juga pergi.
"Eh, boleh minta foto gak, Bang? Mau saya pamerin ke teman saya, teman saya suka nonton acara Abang, katanya punchline Bang Emil selalu kena, emang receh dia."
Emil tersenyum saja, ia berdiri seraya mengucek mata, baru kemudian memamerkan gigi pada pantulan wajahnya di benda pipih milik kru tadi.
"Makasih Bang.."
"Sama-sama"
Emil kembali menjatuhkan bokong di kursi, kali ini memilih membunuh waktu dengan bermain ponsel.
"EMIL!!!"
Itu suara cempreng Vanessa. Berbelok pandang, Emil menyipitkan mata mendapati Vanessa dengan mata memerah dan bibir melengkung ke bawah. Apa karena mereka baru saja take adegan dengan asap? Vanessa benci asap, meski itu pernah jadi makanannya saat membintangi sinetron Ratu Harimau.
Vanessa mempercepat langkah dan begitu saja menerjang bahu Emil membuat sang empunya sedikit terhuyung. Sedetik kemudian gadis itu mulai menangis, dengan suara yang sama sekali tidak berusaha ditahan. Membuat beberapa kru yang baru saja bubar dan lewat menoleh. Emil hanya melempar senyum sopan, lengannya terayun mengusap pelan punggung Vanessa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play & Cry
Short Story[Playlist of Love] Tutorial membaca cerita ini: 1. Mainkan lagunya 2. Baca ceritanya 3. Mulai menangis Sudah paham? Kalau iya, mari. Mari cari lagu kesukaanmu, mungkin saja kau temukan kisahmu. atau Mari baca kisahnya, mungkin saja kau temukan lagu...