KORIDOR LIMA
"Aku tak tahu apa yang terjadi antara aku dan kau,
yang ku tahu pasti, ku benci 'tuk mencintaimu"
[Alam & Nirwana]***
Satu hari di ujung Februari, 2022.
Kota Makassar."Dek..." Pria dengan jaket parasut hijau berlogo aplikasi transportasi online itu menggoyangkan pelan bahu perempuan di sampingnya, lebih dari cukup untuk membuat perempuan itu tersentak.
"Koridor lima, kan? Itu busnya sudah datang."
Dan benar saja, bunyi pedal terdengar, benda berbentuk persegi bercorak merah dan kuning baru saja berhenti di depannya, lebih tepatnya berhenti di depan halte kampus.
Tanpa suara, perempuan itu masuk ke dalam bus, memilih kursi paling belakang, sebelum membelai telinga dengan lagu-lagu milik Radiohead dan Chase Atlantic. Ia siap memejamkan mata sebelum teriakan seorang pria mengacaukannya, supir pun urung menginjak gas.
Dua orang pria masuk, yang satu bertubuh gempal dengan rambut ikal panjang, yang satunya lagi lebih jangkung dengan topi cokelat. Mereka berkelakar seraya menjatuhkan bokong di kursi yang menghadap ke jalan.
Perempuan tadi harusnya melanjutkan tidur, tapi kini tujuh menit berlalu, matanya masih terbuka lebar, menoleh dan membuang pandang pada padatnya Jalan Perintis. Tak ada yang menarik sebenarnya, hanya saja perempuan itu tidak ada pilihan lain, sebab jika ia meluruskan pandangan, maka bisa dipastikan, matanya akan beradu dengan mata pria bertopi itu.
Perempuan itu tidak sedang kegeeran, ia berani bertaruh bahwa pria itu menatapnya sedari tadi. Terlebih samar-samar ia mendengar namanya disebut dalam obrolan kedua pria itu.
"Bang Jae tidak salah orang, kan? Itu benar Nirwana?" Pria bertubuh gempal yang ditanyai mengangguk cepat, cukup yakin, ia tidak mungkin salah informasi.
Tak butuh waktu lama, pria bertopi itu beranjak dari duduknya dan kalian harusnya tahu betul titik mana yang menjadi tuju berpindahnya.
Nirwana tak bereaksi apapun saat dirasakan ada yang mengisi kursi di sampingnya.
"Boleh kenalan?"
Klise, batin Nirwana. Ia tak menjawab. Earphone yang menyumpal telinganya harusnya bisa jadi jawaban untuk pria itu. Nirwana sedang tidak ingin diganggu, lebih tepatnya, seorang Nirwana adalah perempuan yang selama hidupnya menggantung papan 'Don't disturb' di depan pintu.
"Anak hukum juga, kan? Saya dari departemen perdata."
Nirwana tetap membisu.
Namun ketika tangan pria itu bergerak, menekan dua kali layar ponsel Nirwana yang ada ada di pangkuannya, menampilkan layar gelap. Nirwana tidak bisa lagi untuk tidak bereaksi. Ia menoleh, menagih penjelasan lewat mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play & Cry
Short Story[Playlist of Love] Tutorial membaca cerita ini: 1. Mainkan lagunya 2. Baca ceritanya 3. Mulai menangis Sudah paham? Kalau iya, mari. Mari cari lagu kesukaanmu, mungkin saja kau temukan kisahmu. atau Mari baca kisahnya, mungkin saja kau temukan lagu...