Suara burung pagi ini sangat berisik, ditambah lagi sinar matahari yang sudah begitu terang menerangi kamar Hana. Sinarnya menelusup lewat celah-celah jendela dan berakhir mengenai netra Hana.
Refleks, gadis itu langsung mengerjapkan matanya dan mengusap wajahnya. Ia bangun dari tidurnya dan melihat ke arah jam dinding dikamarnya.
Ini sudah pagi, pukul delapan, dan Hana masih diam dirumah. Bahkan gadis itu takut untuk keluar kamar, apalagi bertemu ayah dan kakaknya. Bisa-bisa, dia akan kena pidato panjang seperti kemarin.
Hana membuang nafas dan terpaksa turun dari ranjang. Karena dia terkena hukuman skorsing selama tiga hari, jadi gadis itu memutuskan untuk berdiam diri dirumah sambil membantu kedua orangtuanya berkebun.
Hana melangkah menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. Kemudian, menuju lemarinya dan memilih baju rumah untuk hari ini dan dua hari kedepan.
Setelah itu, Hana kembali duduk diatas ranjang. Kepalanya masih berpikir panjang dan menyusun beberapa jawaban jika ia bertemu dengan kakak atau ayahnya nanti.
Tangan gadis itu pun tanpa sadar sudah ia gigiti. Kebiasaan Hana ketika berpikir itu adalah menggigit jemarinya sendiri, bukan kukunya. Akhirnya setelah beberapa menit ia terdiam, Hana memutuskan untuk membuka kunci kamar dan membuka sedikit pintunya.
Menyembulkan kepalanya terlebih dahulu, demi melihat keadaan yang masih tenang. Benar saja, dilantai dua tidak ada siapa-siapa. Lampunya bahkan sudah dimatikan, itu artinya semua orang sedang sibuk.
Karena keadaan terlihat begitu tenang, Hana akhirnya keluar dari kamarnya. Menutup pintu dengan perlahan dan berjalan menuju lantai satu sambil mengendap-ngendap.
Sebelum turun menuju lantai dasar, Hana mengintip lewat celah pagar pembatas dipinggirnya, ia menerawang semua sudut dibawah sana.
Dapur kelihatan rapi, ibunya pasti sudah berada dikebun karena masakan sudah tersaji diatas meja. Ruang tamu tidak ada orang sama sekali. Pintu rumah utama juga masih ditutup.
Tunggu..
Mata Hana melebar dan bibirnya tiba-tiba memancarkan senyum manisnya juga disusul lesung pipi disebelah kanan. Ia merasa senang saat mengetahui dirumah tidak ada orang.
Hana pun bergegas turun kebawah dan duduk dikursi makan sambil mencomot semua masakan ibunya diatas meja. Ia makan seperti babi kesetanan, karena sejak kemarin malam, perutnya kosong belum terisi.
Sampai ia merasa kenyang dan menyenderkan tubuhnya dikursi sambil menepuk-nepuk perutnya yang semakin membesar. Tidak, dia tidak hamil. Justru ia dihamili makanan ibunya yang lezat.
Kemudian ia bangkit dari kursi dan berjalan menuju ruang tamu. Baru saja ia mau duduk diatas sofa sebelum matanya melihat sosok kekar yang tengah teler diatas sofa.
Beruntung Hana tidak menduduki kakaknya yang kelelahan. Menyadari kalau kakaknya tertidur disofa dengan kakinya yang terbuka lebar, Hana mendecakkan lidah dan terpaksa duduk dilantai sambil menyenderkan tubuhnya pada sofa yang kakaknya tiduri.
Hana mengambil remote TV dan menyalakannya. Menonton acara dipagi hari yang berisikan penuh dengan kartun, tentu Hana suka itu. Terutama kartun dengan animasi penguin yang memiliki keluarga, suara penguin nya mirip dengan suara kakaknya.
Wah, hari ini aku bebas!
...
Kriiing!
Soobin mempercepat larinya ketika telinganya mendengar suara bel masuk sudah berbunyi. Pagi ini dia bangun kesiangan lagi karena jam weker-nya tiba-tiba tidak berbunyi dan dia harus bangun jam delapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Neighbors!
FanfictionHana dan Soobin. Dua orang yang tak bisa saling berbaikan atau saling menghormati satu sama lain. Setiap bertemu, selalu saja ada 'cek-cok'. Dan tibalah sosok Yeonjun yang menjadi pahlawan bagi Hana. Mereka terlihat serasi, sampai Soobin merasa cem...