CHAPTER 2

1.3K 129 9
                                    

Sehun POV.

5 Tahun kemudian..

Aku mengelap peluh keringat yang membanjiri keningku, lalu aku kembali mengepel lantai yang semakin sering di lewati orang, aku bekerja disalah satu pusat perbelanjaan di gangnam, menjadi Office Boy. Aku tidak bisa mengharapkan pekerjaan yang layak dikarenakan aku tidak memiliki Ijazah yang lebih layak, aku bahkan tidak lulus sekolah menengah atas.

Aku kembali membersihkan lantai dengan semangat, sebentar lagi jam istirahat itu artinya aku bisa menemui putra kecilku, sumber kebahagiaanku. Tae Oh, adalah nama putraku, dia sudah berusia 4 tahun 3 bulan, beberapa tahun lalu aku memutuskan untuk pindah ke gangnam, saat itu usia Tae Oh masih berusia 2 tahun, Ayah dan Ibuku masih menetap di Busan, Mereka masih menikmati masa tua berdua di sana.

Aku menggembangkan senyum saat melihat jam tangan pada pergelangan tanganku, ini sudah jam istirahat dengan tergesa gesa aku segera merapikan ember dan alat lain nya. Usai meletakkan ember dan alat lain nya aku segera membilas kedua tanganku dan sedikit mencuci wajahku, aku membuka tasku untuk mengambil sebuah kotak nasi yang sudah aku siapkan untuk Tae Oh, Tae Oh aku titipkan di tempat penitipan anak yang tidak terlalu jauh dari tempat aku bekerja, tidak terlalu mahal seperti day care yang ada pada mall ini.

Aku menyapa Eun Bi -pengasuh anak di daycare- , Eun Bi dan Aku sudah sedikit akrab.

"Seperti biasa? Ingin bertemu Tae Oh, Tuan Oh?"Suara Eun Bi diiringi dengan senyum manis miliknya, aku menangguk tanda iya.

"Apa Tae Oh membuat keributan atau berbuat nakal hari ini?"Tanyaku Pda Eun Bi, Eun Bi menggeleng.

"Tidak, dia seperti biasa. Dia anak baik Sehunna."Suara Eun Bi, aku tersenyum paham lalu mulai menaiki tangga, aku berjalan menghampiri Tae Oh yang memeluk boneka Iron Man yang aku belikan beberapa bulan lalu, itupun aku harus menyisihkan beberapa won dari gajiku, aku menatap putraku dengan sendu, dia hanya berdiam sendirian sementara teman temannya yang lain asik bermain, Aku menghampiri Tae Oh dengan cepat lalu mengelus pucuk kepalanya, Tae Oh menatapku lalu tersenyum menampilkan deretan gigi gigi susunya.

"Kenapa berdiam dan tidak bermain bersama temanmu?"Suaraku.

Tae Oh hanya menggeleng pelan.

"Appa lama."Ujar Tae Oh sedikit merajuk, aku hanya tersenyum seadanya. Tae Oh meraih tanganku dan menariknya. Genggaman tangan Tae Oh sangatlah kecil di telapak tanganku.

Langkah kaki Tae Oh baru berhenti saat sudah tiba di tempat biasa kami makan, aku dan Tae Oh berhenti menuruni tangga dan melewati Eun Bi untuk menuju pintu belakang, kami duduk di sebuah taman kecil yang ada dibelakang.

Aku mulai mengeluarkan kotak bekal yang sudah aku siapkan dari rumah, Tae Oh dengan semangat mengambil sendok.

"Yeay! Dadar gulung kesukaan Tae Oh."Girang Tae Oh.

"Appa yang terbaiki, cepat suapi Tae Oh. Tae Oh sangat lapar."Keluhnya dan memberikan sendok yang semula dia pegang padaku. Aku tersenyum maklum.

"Appa tidak makan?"Tanya Tae Oh yang baru saja menelan makanan nya, aku menggeleng dan kembali menyuapi putraku.

Tae Oh makan sambil bercerita banyak hal, aku hanya menanggapi sesekali sampai akhirnya bekal yang aku bawa sudah habis dan Tae Oh pun sudah kenyang.

"Appa."Panggil Tae Oh.

"Hm?" Balasku seadanya, sambil menutup kotak bekalyang sudah kosong.

"Tae Oh ingin captai america Appa, teman teman Tae Oh baru saja menghina Iron Man pemberian Appa. Mereka bilang Iron Man Tae Oh itu jelek dan ketinggalan jaman."Ujar Tae Oh sendu, Tae Oh menunduk dan hanya diam saja.

"Padahalkan Iron Man itu pemberian Appa."Ujar Tae Oh sedih, aku mengelus pucuk kepala Tae Oh.

"Maafin Appa."Batinku.

"Kalau Appa ada uang lebih, Appa akan memberikan Tae Oh Captain America."Ujarku, Tae Oh menatapku berbinar lalu dia memelukku erat, aku tersenyum dan membalas pelukan malaikat kecilku.

"Janji?"

"Hm, tentu sayang. Sekarang kita harus kembali karena Jam istirahat Appa akan habis beberapa menit lagi."Ujarku, Tae Oh mengangguk paham dan aku mengantarkan Tae Oh masuk sebelum kembali bekerja.

Aku melihat jam tanganku dan segera berlari sekencang yang aku bisa, ini tidak baik. Aku telat nyaris 5 bahkan berlari untuk menaiki eskalator, aku sampai di ruangan yang di khususkan untuk OB dan OG, aku menelan ludahku saat mendapati Mrs. Song yang sudah berada di depanku dengan kedua tangan yang dia lipat.

"Lagi? Oh astaga. Tuan Oh, Ini sudah ke 4 kalinya untuk 1 minggu ini Sehun. Apa kau ingin gajimu aku potong?!"

"Kumohon, maafkan aku. Aku janji ini yang terakhir."Ujarku memohon pengampunan, Mrs. Song hanya memijat pelipisnya lalu berlalu melewatiku. Aku menghela nafasku lega dan memasukkan kotak bekal yang kosong kedalam tasku, aku menatap sepotong kue coklat yang ada di atas meja, aku mengambil kue itu dan memakan nya, setidaknya aku bisa mengganjal perutku karena memang sendari tadi aku belum makan, aku berbohong pada Tae Oh.

Aku mengambil ember kecil dan cairan pembersih serta pengelap kaca, aku membersihkan kaca dari lanta teratas hingga kebawah, saat hendak menuju lantai 7 tiba tiba saja aku menabrak seseorang, ini memang kesalahanku, aku tidak melihat jalan. Aku sibuk dengan ember yang berisikan air yang tengah aku bawa,

"Maafkan aku.. maafkan aku."Ujarku menyesal, aku menunduk dan mengelap sepatu hitam mahal miliknya.

"Oh shit. Siapa yang mempekerjakan orang tolol seperti dia? Hentikan. Kau bisa merusak sepatuku sialan."Suaranya datar dan dingin, aku menghentikan elapanku pada sepatunya, aku menggenggam kain bersih yang aku pegang dengan erat, entah kenapa aku mengenal suara ini, aku berdoa semoga itu bukan dia.

"Berdiri, siapa yang memperkerjaan orang tolol sepertimu."Marahnya, aku semakin takut untuk berdiri dan melihat orang itu, dengan paksaan lenganku ditarik dan di paksa berdiri, aku masih menunduk dalam.

"Maafkan..maafkan aku tuan."Cicitku takut.

"Kau fikir maaf bisa menyelesaikan semuanya?"Suaranya dingin, aku menundukkan kepalaku.

"Maaf-maafkan aku tuan."Ujarku lagi, dengan perlahan aku mendongkak kan kepalaku, meminta maaf dengan lebih sopan, namun ucapanku tiba tiba kelu, aku mundur secara reflek. Aku tidak tau kenapa takdir begitu senang mempermainkan kehidupanku, seseorang yang sangat ingin tidak aku temui berdiri dihadapanku,.

Sosok itu masih sama.

Dia menaikkan sudut bibirnya dan menyeringai, ekspresi terkejut miliknya hanya bertahan 2 detik.

"Ah, Sehun?"Suaranya datar.

Dan kali ini aku percaya, dia memang kai. Kim Kai, si brengsek yang menghancurkan hidupku.

NEXT? Duh. Maaf aneh, soalnya pengen aja buat cerita tentang Kaihun.

Sekedar nuntasi hasrat sendiri sih, soalnya makin kesini Kaihun makin jarang ditemuin ceritanya hiks, beberapa Author bahkan berhenti nulis, so sad

A Kaihun Love Story,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang