Kali ini jam berdetik lebih alot. Entah karna aku sedang insomnia atau memang alam sedang memerangiku.
Ya... lelah rasanya hari ini. Mata terasa panas, baru kali ini ia tak bisa mudah terpejam. Ada yang terus membesit dalam benak, entah apa.
Hey! Itu sebuah teh celup pemberiannya dulu. Aku keluarkan dari toples koleksiku. Mataku salah arah. Ternyata masih tersimpan apik haha. Aku jadi ingat malam itu...
***
"Nih!", sambil memberi seutas tali teh celup konyol dengan brand terkenal bertulisankan Original Melati.
"Apa ini?", tanyaku mengulang. Barangkali kamu memang sedang ingin melucu.
"Teh!", sambil tersenyum menggelitik. Baru tau ini ada rupa sepertimu. Biasanya pemberian bisa saja surat, bunga, kado. Langkah sekali, kamu harus aku museumkan, haha.
"Aku nggak suka Teh, bawa pulang aja", tolakku jujur. Lebih baik aku membawa sebotol mineral dari pada teh celupmu.
"Kamu tadi minum teh?", sambil mengangkat alismu guna meyakinkan pernyataanku.
"Karna nggak ada minuman lain", jawabku bodoh. Sambil tertawa bersama.
Namun kamu tetap saja nekat menaruhnya di saku motorku. "Dua ya. Satunya buat mama kamu. Ini enak pakek banget, percaya deh! Kamu harus coba". Dan aku tertawa. Merk tehmu setiap hari dibuat oleh mamaku.
Aneh.
Bukan kamu lucu. Tapi aneh.#vol1
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagung Manis Balai Kota
Teen FictionKamu baik. Tapi aku lupa jika baik tak selalu disertai Rasa. Tentang sebuah pertemuan. Kau harus tau bahwa sebuah pertemuan adalah perpisahan di kemudian hari. Jadi jangan berharap banyak darinya kecuali mengambil setiap pelajaran didalamnya. Ini a...