+698967xxx
"Buruan! Aku keujanan nih 😢".Me
"Iya ini udah sampek, kamu dimana sih".
"Lama! Pulang deh".+698967xxx
"Mana?".
Kemudian aku angkat pandanganku dari layar hp. Eh! Kamu yang keras kepala ternyata berusaha melambai-lambaikan tangan ke arahku. Orang asing macam apa kamu ini, segitu lebarnya senyum mu menyambutku.
Ada dua hal yang sedang berada di kepalaku. Kenapa aku mau dengan mudah meng-iyakan ajakanmu atau ah sudahlah, kan sebatas teman kenal. Tapi masalahnya, ini baru pertama kalinya aku mengenalmu. At least kamu orang asing baru dalam hidupku.
"Lama banget sih bray!", sambil ketawa manis. Gimana ya.. aku jadi, sedikit ragu mau cuek. Eh gak gak. Apaan sih.
"Iya tau sendirikan, gerimis. Udah mau kemana nih?", tanpa membalas senyum tawa manismu.
"Nih, cafenya lagi perbaikan. Ke Night Cafe aja ya? Tuh di depan sana. Tau kan?", sambil menunjuk arah depan. Entah lah, aku hanya bisa lihat lampu-lampu kota. Aku balas tanyamu dengan menggelengkan kepala. "Lah, serius gak tau? Ini kan jalanan deket rumah kamu, kan?", sepertinya kamu menanyakan 'benerkan rumah kamu deket sini'.
"Iya rumahku deket dari sini. Tapi aku gak pernah ngafe yang bener bener ngafe", ujarku sambil melihat lakumu menyalakan motor maticmu.
"Ya udah ikuti aku aja, oke!", sambil menaiki motormu.
Kamu di depan, aku dibelakang. Sampai lampu merah di persimpangan motor kita sebelahan. Wajahku lurus ke depan. Tapi wajahmu malah menertawakanku.
"Kasian deh keujanan", ejekmu sambil menyenggol sikuku. Aku hanya balas senyum jutek.
***
"Setaun kemarin aku memang nganggur. Kerjaanku dirumah ya bisnis kecil-kecilan gitu, sambil nyiapin tes Polri ke dua ini", sambil membukakan space kursi agar aku bisa duduk. "Silahkan...", ucapmu masih memegang punggung kursiku. Aku masuk dan kau memajukan kembali kursi itu, aku duduk.
Baiklah. First good impression for you.
"Emang pengen banget ya masuk Polri?", tanyaku padamu, sambil menaruh cappocino hangatku di meja.
"Banget!", sambil membenahi posisi dudukmu. Menyampirkan jaketmu dan kemudian mulai fokus. "Papaku 5 bersaudara. 4 diantaranya abdi negara semua. Katanya sih, bukan jiwa papaku menjadi abdi negara. Baru itu turunlah ke aku", ku balas dengan menganggukkan kepala.
"Tapi bukan karna itu juga sih, emang cita cita banget jadi Polri", sekarang ku balas sambil menggangkat alis.Oo begitu ceritamu.
"Terus, kenapa gak coba kuliah?", tanyaku sedikit sengit.
"Ini aku daftar kuliah. Kalo tahun lalu emang lagi pengen fokus ke semua tes abdi negara. Gugur Polri langsung daftar TNI. Eh ternyata gugur semua, haha", lah... aku kira kamu bakal kapok dengan pertanyaan sengitku. Eh, malah ngetawain cerita sendiri. Duh, salah nih aku. Ya udah deh, ikut ketawa aja.
"Bagus deh. Mau ambil jurusan apa?", tanyaku mulai membuka diri.
"Bisnis! Aku suka bisnis", kemudian spontan saja aku menyahut,
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagung Manis Balai Kota
Teen FictionKamu baik. Tapi aku lupa jika baik tak selalu disertai Rasa. Tentang sebuah pertemuan. Kau harus tau bahwa sebuah pertemuan adalah perpisahan di kemudian hari. Jadi jangan berharap banyak darinya kecuali mengambil setiap pelajaran didalamnya. Ini a...