Perkenalkan, Aku...

138 13 8
                                    

Tak seperti biasanya, mentari mau menyapa pagiku. Sebuah lengkungan tipis berusaha mengukir dirinya dengan sempurna diatas wajah yang malas berdampingan dengan langit bumi. Sama seperti hari-hari sebelumnya, yang akhirnya menjadi sebuah kisah klasik di masa lalu. -Aku terus berusaha berjalan.

.

Sepasang kakiku melangkah masuk ke ruang kelas. Seperti biasa, tak seorangpun acuh. Aku menuju singgasana ternyamanku di sudut kelas, berteman dengan dinding tembok yang dingin. Aku mulai bercerita kepada note book lusuhku.

.

'Teett.. Teett.. Teeeeett..'
Ah.. Tak seperti biasanya. Belum sempat aku menulis, bel masuk sudah berbunyi. Aku melihat arloji hitamku. Jarum panjangnya tepat di angka enam. Sudah tepat pukul 7.30 pagi. "Selama itukah aku melamun dijalanan tadi?". Aku bergumam sendiri.

.

Jam pelajaran berlangsung seperti biasa. Kala mereka sudah bosan memperhatikan, mejaku penuh dengan bola-bola kertas yang lepek nan kusut. Mungkin seperti biasa, mereka memberiku kata-kata mutiara, yang berhasil membuatku menangis sepanjang malam. Tapi bodohnya, aku tetap membaca sampah-sampah itu satu persatu.

"betah amat lu, gak pindah-pindah. Pindah ngapa woy! Bosen gue bully nya"

"Sok tekun lo belajar. Ujung-ujungnya juga ikut remedial. Whahaha."

"Jangan pindah ya... Ntar kalo gw lg bosen belajar, gw mau ngirim surat cinta ke siapa lagi."

Benar. Mereka masih membenciku. Aku memejamkan mataku erat-erat. Berusaha menguatkan bathinku yang hampir setiap hari aku suguhi bad wise words dari kawan sekelasku. "Lo gak buruk buruk banget kok, Na. Lo kuat Na.." Aku membentengi diriku sendiri. Seolah Aku pasti akan baik-baik saja dengan bertahan. Dan berharap semesta terus berpihak kepadaku. Walau pada kenyataannya, Aku berusaha sendirian. Mentari pun enggan. Bukan begitu?.

AM I OKAY?// HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang