Di dunia ini banyak sekali perbedaan tentang bagaimana cara seseorang dalam mencintai, ada yang terang-terangan mengatakan dan ada yang cukup mencintai dalam diam sebab takut ada penolakan, memang. Beberapa perasaan lebih baik cukup disimpan tanpa diungkapkan, karena menjadi tidak tahu terkadang adalah hal yang menyenangkan. Boleh jadi ketika kita mengungkapkan, kita akan kehilangan orang yang bisa kita amati dari dekat, tak mengapa jika ia tidak tahu. Asalkan kita bisa terus bersama tanpa ada kata jauh. Begitulah yang dilakukan Ana saat ini.
'Na, nyontek PR-nya dongg!', pintanya pada Ana, sambil membawa buku ditangannya.
Lalu ana menyodorkan buku tulis yang dibawanya kepada Sultan, 'Ohh iya tan, ini bukunya'.
'Iya, makasih ya, Na'.
'Na, ini bacanya apa ya?'
'Masak gak jelas sih tulisannya?'
'Yang ini terlalu deket. Na, Jadi gak kebaca'Percakapan mereka setiap hari terlalu singkat, bahkan hampir tak pernah saling bicara. Entah dari mana perasaan Ana bisa tumbuh, jika cinta itu ada karena sebuah perhatian? Lalu, bagaimana bisa Ana mencintai orang yang sama sekali tidak peduli padanya?
(Tan, kayaknya aku beneran suka sama kamu, apa kamu tau perasaanku? Apa kamu cuman nganggep aku ini temen doang? Apa justru aku ini malah gak kamu anggep ada di hidup kamu ya? Tan, ngomong dong jangan diem aja).
Hati Ana bertanya-tanya, sekaligus ia mencari jawaban itu sendiri.'Ehh ini Na bukunya, makasih ya'
'Ehmm iya sama-sama'.Yudi yang sedari tadi melihat mereka berdua sedang duduk berdekatan, ia lagi-lagi berusaha menggoda mereka.
'Halo temen-temen, coba kalian semua lihat mereka berdua, asik yaaa'. Goda nya pada Ana dan Sultan. 'Wahh iya, ciee berduaan terus yaa'. Sahut teman-teman yang lain, Sultan langsung beranjak dari tempatnya pergi begitu saja meninggalkan Ana ditempat. Dari pada membuang-buang waktu merespon omongan si Yudi yang gak jelas, Ana lebih memilih keluar kelas untuk sekedar menghilangkan rasa kesalnya.
****
'Tan?'
Ia hanya menoleh, tidak menjawab.
(Sultan kenapa kok jadi begini?) Pertanyaan itu muncul dikepalanya.'Tan, gimana sama si Ana? Masak dia lo gantungin mulu'
'Iyaa nih Sultan, kasihan tau dia nunggu lo udah lama'
'Dia udah cinta banget sama elo tan, pas lo lagi lomba kemaren aja dia diem-diem ngambil foto lo'
'Tembak aja tan, anak orang jangan digantung mulu nanti dia nangis bunuh diri loh'
'Gue gak suka sama dia, gak usah ngomong gitu, nanti dia baper, dia bukan selera gue, masih cantikkan juga mak gue. Malu-maluin aja lo'Kata-kata dari mulut Sultan benar-benar membuat hati Ana terluka, menampar pipi dan telinganya berkali-kali. Ia tidak percaya kalau Sultan bisa sekasar itu. Secepat itu yang baru saja tumbuh dipaksa untuk patah, yang baru saja kan dimulai lalu dipaksa berakhir. Begitulah takdir mempermainkan perasaan seseorang. Setelah kejadian itu, Ana dan Sultan tak pernah lagi saling bicara, meski sebenarnya Ana sangat mencintai Sultan, jika di novel-novel lain bercerita tentang indahnya mencintai dalam diam, ternyata itu tidak berlaku dalam kisah Ana sendiri. Ia jatuh cinta diam-diam, terluka pun diam-diam. Tanpa sedikitpun Sultan mengetahui perasaan Ana padanya, kebencian sudah menguasai hatinya. Iya, Sultan sangat membenci Ana, entah kenapa, bahkan Ana sendiri tidak mengerti. Kebekuan sudah menyita senyum merekah itu. Ia kalah, bahkan sebelum perjuangan itu dimulai. Karena manusia yang ia cintai justru malah sangat membencinya.
Sampai kapan kita akan terus diam
Beku, bisu dan kaku
Ini tentang rasa
Dimana segala tentangmu
Ada dalam pikiranku. Aku mencintaimu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Budak Cinta
Teen FictionBudak Cinta atau yang lebih kita kenal sebagai BUCIN adalah suatu kondisi dimana jiwa sedang dilanda asmara dan kita rela melakukan apapun demi sebuah kata yaitu; CINTA. Ada yang mengartikannya sebagai perjuangan, pengorbanan, penantian, dan apalah...