"Makanya punya badan jangan kependekan! Segini aja nggak bisa ngambil,"Karin mendengus kesal saat mendengar ucapan David. Sedangkan David terlihat bangga telah membuat Karin kesal. David mengambil sebuah buku bersampul coklat yang Karin inginkan di rak buku paling atas. Ia mengecek buku tersebut untuk memastikan bahwa itu bukanlah cerita tentang orang dewasa.
"Ngapain sih diliat-liat?" tanya Karin merebut buku di tangan David.
sambil
"Siapa tau aja itu buku delapan belas tahun ke atas!""Aku kan udah delapan belas tahun!"
"Tetep aja belum delapan belas tahun ke atas!"
Karin memutar bola mata. Yasudahlah! Terserah pada David saja.
"Habis ini kita beli susu, yuk?!"
Karin mendelik mendengar ajakan David, "Apa?" tanyanya sambil menjewer telinga David.
"Aww!" pekik David.
"Dasar mesum!"
David tertawa terbahak-bahak melihat Karin yang tengah cemberut. Sebenarnya apa yang berada di pikiran Karin saat ini? Bukannya sudah biasa kalau David mengajaknya untuk membeli susu? Ya, susu rasa pisang kesukaan David.
"Kamu mikirin apa, sih? Kamu kan udah tau yang aku maksud itu gimana. Lagian aku juga udah biasa ngajak kamu buat beli susu kesukaan aku yang rasa pisang," ucap David membuat Karin terkejut dan langsung menundukkan kepala.
Pipi Karin berubah warna jadi merah muda. Bodoh! Kenapa Karin tidak bisa berpikiran jernih? Kenapa juga ia langsung menjewer telinga David?
"O-ohh, itu ...."
"Kamu lucu tau nggak?" tanya David.
"Nggak! Nggak tau!"
"Hey! Kamu ngambek?" David mengangkat salah satu alisnya bingung. Apakah Karin marah?
"Enggak!"
"Kamu ngambek! Aku tau itu. Yaudahlah kalo kamu ngambek aku nggak jadi beliin kamu coklat," ucap David.
Karin melotot, lalu segera menarik lengan baju David dengan wajah sedih. David tersenyum, ia tau Karin akan segera luluh jika sudah bersangkutan dengan coklat.
"Iya iya, kita beli kok!"
"Pergi sekarang, ayo!"
"Iya,"
Seperti itulah hubungan mereka. Saat Karin marah, David selalu saja bisa meredakan amarah Karin. Mereka sudah satu tahun berpacaran. David selalu bisa membuat Karin bahagia meski dengan hal-hal sederhana. Karin menyukai David yang seperti itu. David juga menyukai sikap Karin, ya meskipun terkadang sikap Karin agak berlebihan.
[ - 🌌 S T A R 🌌 - ]
Karin fokus ke depan, melihat jalanan yang penuh dengan mobil motor berlalu lalang. Begitulah suasana Jakarta di jam-jam makan siang seperti ini. Karin membuka bungkus coklat yang tadi David belikan untuknya. Belum sempat ia memakan coklat itu, tangan David segera merebutnya dari tangan Karin yang membuat Karin menatap David tajam.
"Kamu belum makan nasi! Jangan makan coklat dulu!"
"Tapi aku udah makan roti kok tadi!"
"Nih ya, orang kalo belum makan nasi itu belum kenyang!"
"Iya deh, iya!"