SATU

97 4 0
                                    

Langkah kaki bagas tersendat. Sementara senja semakin bergulir. Tatapnya beradu pada sosok gadis yang sedang memperbaiki mesin mogok di pinggir jalan itu. Tampaknya mobil berwarna merah itu masi cukup baru,tapi kenapa mogok? Tentu ada sesuatu yang tidak beres.
Laki laki dengan pakaian blue jeans dan kaos oblong biru biasa itu mendekati perempuan yang sedang membuka kap mobil tersebut.
" bisa saya bantu..?"
"Anda bisa?" tanya perempuan itu. Menatap bagas dengan tatapan aneh. Ia seperti pernah mengenal lelaki itu. Tapi entah dimana. Sementara bagas merasa tak mengenal gadis itu. Wajah yang cantik itu masih terasa asing, meski ia juga menangkap keheranan di bola mata itu. Namun lelaki itu acuh saja. Ia sudah terlalu sering melihat keheranan pada bola mata perempuan. Sejak di sma dulu, hingga di perguruan tinggi, terlalu banyak gadis yang termangu-mangu menatapnya. Bagas mengangguk meyakinkan, Gadis itu beringsut menjauh.
"Coba anda di belakang kemudi.."
Gadis itu melangkah masuk di belakang kemudi.

"Hidupkan..!"
Gadis itu berusaha menghidupkan. Namun mesin mobil masi tetap majal.
Ini membuat bagas mengerti,bahwa bensi tidak mengalir dengan baik. Atau tersumbat, atau habis. Dan ia mencari kran bensi yang menghubungkan karburasi. Dan memang dalam posisis menutup, entah siapa yang usil mengerjai gadis itu. Sehingga bensin tak bisa tersedot oleh mesin.
Bagas tersenyum. Ia membiarkan itu beberapa saat lamannya. Barulah ia menutup mobilnya, dan menatap gadis itu. Ia melangkah berlalu begitu saja. Hingga gadis itu terbelalak
"Hei!"
"Hidupkan mesinnya,sudah beres," Desis bagas tersenyum ramah. Namun ia tetap melangkah meninggalkan mobil itu.
Sementara gadis itu menghidupkan kontak mobil. Beberapa kali hingga mobil itu hidup. Bagas yang mendengar deru mesin itu tersenyum. Tak seharusnya mobil seperti itu mogok di tengah jalan, kalau tidak dikerjai oleh teman sekerjanya, atau teman kuliahnya.
Gadis itu termangu mangu, namun kemudian ia menjalankan mobilnya.Mengikuti langkah kaki bagas. Ia seperti berusaha mengingat ingat sebuah nama. Ia memang pernah mengenal laki laki itu. Ya,sepertinya  pernah mengenal. Tapi ia lupa namanya. Tiba tiba teringat sebuah nama. Wajahnya berubah cerah. Ia langsung menempatkan mobilnya di sisi trotoar,dimana bagas sedang melangkah. Bagas mengernyitkan keningnya. Menatap gadis itu

"anda tak usah memikirkan ongkos. Tenang saja, nona. Silahkan anda duduk dulu " kata lelaki muda itu ramah. Nona? Nona kecil? Ah! Ya! Ia masih ingat, bagas sering memanggilnya dengan nama itu. Dan mereka sering bertengkar. Ia sering tersinggung dipanggil dengan sebutan nona kecil. Ia ingin di anggap dewasa. Lucu juga jika di ingat masa masa seperti itu. Dan gadis itu malu sendiri.
"saya lebih suka kalau anda mau bersama saya, tuan BAGAS! "
Laki laki muda itu terjingkat. Gadis itu mengenalnya,bukankah ia tak pernah punya temen putri yang istimewa ? Atau dia teman sekampus? Teman sekolah saat sma duku? Arghh dia siapa!? Bagas menghentikan langkahnya. Ia membuka kecamata Ray-bennya. Dan ia mencoba tersenyum. Siapapun gadis itu, apa salahnya mencoba ramah. Toh ia mengenal diriku. Gadis itu membuka pintu mobilnya.
"Sekedar untuk bayar perbaikan,anda akan kuantarkan,tuan bagas"
"Ssh-silahkan" bagas dengan ragu ragu naik di sisi gadis itu. Dan mobil itupun melaju kembali di jalanan. Mereka masi terdiam. Karena bagas pun tak moncoba berbicara. Beruntung gadis itu cukup mengenal bagas dengan baik. "jadi lelaki itu kelwat angkuh,bagas'
"maksud nona?"
"kau tahu siapa aku?"
Bagas menggeleng, ia benar benar tak ingat siapa gadis cantik di depannya itu. Karena memang selama ini ia tak merasa punya teman perempuan cantik. Apalagi akrab dengan mereka.
"Tujuh tahun lalu memabg membuat orang lupa segalanya. Mungkin lupa masa lalunya. Tapi aku yakin, bukan amnesia yang menyerangmu. Kau hanya terlalu angkuh dengan lawan jenismu,sehingga tak pernah ingat siapa temanmu atau mungkin kau merasa tak pernah punya teman?"
" aku benar benar lupa siapa kau, tapi aku seperti ingat sinar matamu.. Seperti pernah dengar suaramu!"
"masi ingat teman smp dulu?"
"SMP ? AH BEGITU LAMA!"
"kau ingat nona kecil yang sering bertengkar denganmu?"

Bagas tersentak. Ia menatap wajah gadis cantik itu. Hatinya bedebar debar. Mungkinkah dia? Hei, begitu banyak berubah. Mata itu telah berubah biru. Rambut itu telah berubah pirang. Mungkinkah? Mungkinkah dia nila? ASTAGA  mengapa begitu banyak berubah?
Bagas masi tak percaya, sebab, bukan wajah itu yang dulu pernah ia lihat. Memang hidung dan bibir itu masih sama. Tapi mata itu telah berubah biru, lensa mata itu , lebih mirip orang itali. Sementara rambut pirang itu, ASTAGA, DIAKAH NILA NARAYA?
"apa yang kau lihat pada diriku?"
"benarkah kau nila? Nil-nila naraya?
"Ya......"
"Kau telah berubah...."



Relung Hati yang retakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang