halaman 2

52 3 0
                                    

"Apanya yang berubah?"
"Segalanya..."
Gadis itu tersenyum. Seperti memaksakan sebuah senyum. Memang sekarang tampak lebih cantik dan terkesan kebarat baratan.
Perjalanan waktu memang telah mengubah hdiupkan.....

"Kau tampak sukses!"
"Ya,mungkin. Kalau itu yang kau lihat dari segi materi. Tetapi dari kekayaan bathin ini, aku benar benar miskin. Beberapa kali aku gagal dalam cinta. Hatiku sudah sering terkoyak. Jiwaku sering tercabik luka..!"

"Kau sentimental sekarang. Tidak segalak dulu!"
"Dulu, sebetulnya aku ga ada niatan galak sama kamu. Tapi kata teman teman yang lain, kau itu terlalu sombong sama perempuan. Mentang mentang pintar. Mentang mentang tampan dan manis !"

"Banyak yang tak mengenal diriku dengan baik, Nila. Seperti aku yang sulit memahami dirimu. Padahal waktu itu, ingin juga niatku mengenalmu. Tapi , ya, itu. Terlalu sulit memulai. Akhirnya kita tetap saling mengenal, kecuali aku mengetahui namamu. Hanya itu...!"
"Kehidupanmu penuh misteri bagas, kata teman teman kau sulit dikenal?"
"Oh ya!? Apakah tidak terbalik? Bagaiamana jika pernyataan itu kau tujukan pada dirimu sendiri? Apalagi dengan keadaanmu sekarang? Kau seperti gadis asing yang sedang menikmati alam indonesia...."
"Sebetulnya hanya tuntutan saja. Masalahnya aku bekerja pada modelling. Dan mata biru memang sedang tren. Terpaksa deh aku pakai..
"Tampaknya perjalanan hidupmu hebat.....!

"Ya tampaknya ... " Nila tersenyum getir
"Hei,tampaknya kau kurang gembira jika membicarakan dirimu?"
"Perjalanan hidupku memang tidak menggembirakan.. "
"tapi kau tetap tampak begitu sukses!"
"sudah kukatakan. Dari segi materi itu mungkin saja. Sebab uang memang tak ada masalah bagiku sekarang. Tapi aku tetap miskin bathin. Jiwaku masi terasa begitu rapuh..."

Bagas termangu mangu. Memang banyak yang berubah. Nila sekarang seperti bukan nila yang dulu, meski segalanya tampak begitu modern dan glamour, akan tetapi pembicaraannya seperti begitu bersahabat. Ia seperti membutuhkan seorang teman, dimana ia dapat menyalurkan segala kemelut kehidupannya. Wajah angkuh itu tak terlihat lagi. Yang ada adalah segalur luka kehidupan, yang tampak disorot matanya yang sepi.
"Kau tinggal di kota ini?"
"Tidak, aku tinggal di jakarta. Aku punya rumau di sana. Kebetulan saja sedang ada pembuatan film iklan. Aku ikut memainkannya...!"
Nila hanya tersenyum tipis.. Ia menghentikan mobilnya di pelataran parkir rumah makan yang cukup besar.
"kenapa kita ke sini..?"
"Kita rayakan pertemuan kita. Suasananya sudah banyak yang berubah bukan? Kita tak perlu bertengkar lagi seperti dulu, toh? "

Bagas hanya tersenyum. Namun perasaannya kurang enak. Nila membuka pintu mobil dan mengajak bagas turun. Laki laki itu menjadi canggung sendiri .

"Mengapa diam...?"
"Kau tak malu mengajakku masuk? "
"Lho jaman kan telah berubah bagas? Kalau dulu tentu aku tak berani mengajakmu. Bukan saja malu di perolok teman teman sekolah, tetapi karena aku tahu kau tak punya cukup keberanian untuk mendekati seorang gadis. Tapi sekarang, aku yakin kau cukup berani untuk berdampingan dengan seorang perempuan bukan?
Atau kau takut ada yang cemburu?

"Maksudmu?"
"Pacarmu..."

Bagas tertawa getir.
Ia menatap nila,seperti ada sesuatu yang lucu.

"mengapa tertawa?"
"Kau lucu,mana ada yang cemburu? Pacar juga ga pernah punya. Mungkin aku tipe lelaki yang tak laku ya? "
"yang bener, aku ga percaya!" dengan senyum centil
" aku tak pernah berbohong. Sejak.dulu aku di panti asuhan dulu, telah tertanam dalam jiwaku untuk tidak membohongi siapapun..."
"Kau..?"
"Aku yatim piatu"
"Ah?"
"Aku dibesarkan di panti asuhan hanya sampai aku lulus Smp"

Setelah aku di SMA aku belajar kerja. Itulah sebabnya, aku seperti kehilangan waktu belajar bersama teman teman yang lain. Aku tidak bisa bergembira seperti kalian. Tapi alhamdulillah, aku masi kuliah sampai detik ini..."
"Kau bekerja?"
Nila memilih tempat duduk di sudut ruang itu. Di dekat meja itu, ada pot bunga yang menarik. Tampak lebih sejuk. Ia menatap bagas, seperti menanti jawaban.. Sementara seorang pelayan datang mengantarkan daftar makanan ... Dan nila menulis apa yang ingin di pesannya..
Setelah pelayan restauran pergi, nila mengulang pertanyaannya. Bagas hanya menarik nafas panjang..
"Kau dengar pertanyaanku bagas?"
"Ya,jelas sekali.."
"Kau bekerja?"
"Ya, kuliah sambil bekerja..."
"Dimana? "
" Bengkel"
"Seganteng kamu hanya kerja di bengkel?"
"Apa salahnya? Toh sampai saat ini aku masi bisa hidup. Masi bisa makan, masi bisa beli literatur dan beberapa buku perkembangan lainnya. Aku masi bisa bayar uang kuliahku...."
"Kau gigih sekali..."
" kalau tidak begitu siapa yang akan mengangkat derajatku? Bukankah harus tanganku sendiri ? Aku sudah terlalu kenyang dengan kemiskinan,kesusahan dan kesedihan. Aku sudah terlalu kenyang dengan semua yang ada saat ini. Hanya satu tujuan hidupku. Sukses di masa depan! Itu saja ...."

"Pantas kau selalu bintang kelas "
"ah, belajar hanya merupakan selingan sehari hari. Aku sebetulnya ingin seperti anak muda yang lain. Nonton di hari minggu bersama pacar. Shopping, berdiskoria, tapi modal tidak ada ....!"

"Kau bahagia dengan keadaanmu sekarang?"
" itu relatif, manusia adalah makhluk yang paling nisbi. Juga tidak puasa dengan apa yang dicapai. Selalu menginginkan lebih dari apa yang telah di dapat. Kalau sekedar ketenangan, aku sudah dapatkan. Tak pernah mempunyai keinginan yang muluk muluk.
" Kau tak seperti anak muda yang lainnya..." desis nila
"Kalau sama, kau tak akan pernah bertengkar denganku, nila. Kalau sama tak ada yang mau jadi bengkel, kotor, penuh oli , atau tak ada yang mau jadi penyapu jalanan. Jika semia orang ingin jadi kau. Malah repot. Siapa yang akan cuci pakaianmu?"

"Ah, aku mulai kagum dengan pemikiranmu"
"jangan tergesa gesa, kau akan kecewa di kemudian hari nanti.. Dan aku paling tidak suka mengecewakan orang lain..."

"Benarkah selama ini kau tak pernah pacaran?"
"Mengapa kau tanyakan itu?"
"Sejak dulu, kau tampak dingin dingin saja..."
"Aku ingin seperti kalian,bebas,mencintai dan dicintai. Aku juga anak muda yang normal. Sudah kukatakan tak ada modal untuk itu. Di samping itu aku takut terjerumus fatamorgana... "
"Hah? Maksudmu?"

WAH GA TERASA UDAH 2 HALAMAN YAAAAA..
MAAFKAN SEGALA TYPO AUTHOR YAAAA KEPADA PARA PEMBACA MOHON LEBIH BIJAK DALAM MENGAMBIL SATU MAKNA CERITA YAAAA 💌

Relung Hati yang retakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang