Halaman 3

42 3 0
                                    

"Dunia anak muda umumnya adalah dunia mimpi. Mereka jarang yang berfikir realis. Hanya mengejar kesenangan belaka. Tidak semua memang. Tapi kulihat pada umumnya begitu. Sehingga sering terjadi pernikahan dini. Kecelakaan kata orang. Kau tahu sebab utamanya ?"

Nila terpaku, ia menggigit bibirnya. Namun jelas, kepalanya menggeleng. Ada sesuatu yang berdesir. Sesuatu yang menusuk. Hingga menimbulkan kenyerian. Entah apa!

"Karena umumnya iman anakan muda masi terlalu rapuh. Mereka masi mudah terseret arus mimpi...."

"Kau benar ." desah nila tanpa sadar

Sementara itu pelayan datang mengantarkan minuman dan pesanan yang lain. Wahah nila yang pucat sesaat, seperti mendapat obat. Ia reguk air jeruk dingin itu. Ia habiskan separuh.

"ayo diminum bagas, dan dinikmati makanannya.."
"Apa yang mendorongmu mengajakku kesini ?..."
"Aku tak Berani membayar keahlianmu tadi. Nah apa salahnya aku traktir. Toh ingat ingat balas jasa. Entah kenapa, perjumpaan kita semenjak 7 tahun lalu, membuatku suka. Rasanya aku ingin mengenang masa lalu kembali. Meski tak enak juga jika ingat waktu itu. Kita terlalu sering bertengkar, ya? Maafkan aku, mungkin aku masih ke kanak kanakan saat itu ....."

"aku mengerti,mungkin kau memang membutuhkan perhatianku!..."

Muka nila menyemburat merah. Begitu tepatnya dugaan bagas. Namun kali ini ia tak marah, bahkan suka. Lelaki itu mengatakan begitu.

"Kau tampak menyenangkan bagas.."
"oh, benarkah? Mudah mudahan kau tak salah lihat. Sebab, apa yang kadang terlihat dengan mata itu, lain kenyataannya..."

Nila tersenyum lembut. Dan ia mengajak bagas menikmati hidangan yang ada di meja. Untuk pertama kalinya nila secara jujur harus mengakui apa yang diktakan bagas, semuanya benar. Biasanya ia sendiri suka melecehkan nasihat orang. Dan ia sendiri yang merasakan akibatnya..

"Maukah kau menemaniku malam nanti?..."
"Kemana...?"
"Ada pertunjukkan di sebuah hotel. Kebetulan aku mendapatkan undangannya.. Rasanya kalau aku tak pergi bersama pasangaan, aku jadi malu. Aku menjadi banyak perhatian orang, ah kau tahu maksudku.. Di hotel banyak lelaki berduit datang sendiri. Mereka akan menyangka yang bukan bukan. Maukah kau menemaniku? "

"Kalau aku menolak?"
"Aku tak akan datang dalam undangan itu. Dan aku akan kembali ke jakarta, percuma saja. Pembuatan film itupun sudah selesai!...."
"Baiklah asal kau jemput. Soalnya aku tak memiliki kendaraan" sahut bagas
"Benarkah?" Nila tampak gembira.
Bagas mengangguk. Apa salahnya melindungi perempuan? Apa salahnya menyenangkan orang lain? Ia tak tahu seperti apa hotel itu. Meski setiap hari ia lihat, namu sama sekali belum pernah ia memasukinya.

** ketika sedang berlangsung acara**

Kepala bagas pusing, sementara beberapa pasang anak muda mulai turun melantai karena penuhnya ruangan. Aula hotel itu memang penuh dengan anak muda dari kelas menengah keatas. Sementara lelaki itu merasa asing dalam dunia itu. Selama ini ia bukannya tak mengerti cara anak muda. Ia toh hidup di kota yang cukup besar. Tapi memang ia selalu memberi jarak. Ia memang merasa bukan itu dunianya.

"Kenapa kau?" desis nila terkejut. Ia melihat wajah bagas pucat. Dan sesekali memegang keningnya.

"kenapa kau? " desis nila terkejut. Ia melihat wajah bagas pucat. Dan sesekali memegang keningnya.

"Pusing. ..."

"Kalau begitu, ayo kita ke lobi saja. Disana agak lebih tenang.. Atau kita ke cafe samping. Kita bisa minum minum disana..."

"aku ingin pulang...."
"Tidak menanti sampai acara selesai?"
"Kau disini, aku tak apa apa.. Masih banyak kendaraan umum. Aku tak ingin kau terlalu repot memikirkan diriku.. Mungkin memang aku yang tak terbiasa dengan keadaan macam ini..."
Nila tersenyum getir

Relung Hati yang retakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang