Hari ini adalah hari Jumat di pekan yang sama dengan kemarin. Kegiatan belajar mengajar di Megantara High School semakin aktif. Para siswa dan siswi sibuk dengan tugas dan kegiatan masing-masing.
Begitu pula dengan Binar. Selama beberapa hari terakhir, dirinya sangat sibuk dengan urusan dan kegiatannya sendiri. Sehingga, Binar belum bertemu lagi dengan Gerhana sejak kejadian di taman belakang waktu itu.
Di hari Jumat ini, para siswa dan siswi Megantara High School selalu menyelesaikan kegiatan belajar mengajarnya lebih awal. Sebab, setelahnya akan dilanjutkan dengan kegiatan ekstrakurikuler.
"Binar zeyenk! " teriak Jendra dari kejauhan pada Binar yang tengah mengambil seragam Taekwondonya di loker.
"Anter gue ke parkiran yuk Bi," pinta Jendra seraya merangkul bahu Binar saat dirinya sudah menghampiri gadis itu.
"Mau ngapain? Males ah, gue masih banyak kerjaan, mau latihan juga. Lagian lo kayak anak kecil aja deh, masa ke parkiran doang mesti dianter," omel Binar seraya menutup lokernya.
"Itu gue mau ngambil seragam futsal di motor, soalnya tadi lupa gue keluarin buat taruh di loker," jelas Jendra. "Ayolah Bi, antar gue yuk, gue males kalo sendirian," pinta Jendra sambil menggenggam dan menggoyangkan tangan Binar, tanda memohon.
"Ish.. ya udah ayo gue anter," pasrah Binar, menuruti keinginan Jendra.
Mereka pun langsung melesat menuju parkiran. Binar dan Jendra berjalan bersebelahan dengan Jendra yang asik merangkul Binar dan memperhatikan gadis itu yang tengah sibuk dengan ponselnya.
Tiba-tiba rangkulan Jendra di pundak Binar pun terlepas, kala dirinya melihat pancaran aura gelap Gerhana yang tengah berjalan berlawanan arah dengan mereka.
Binar heran dengan Jendra yang tiba-tiba melepaskan rangkulannya, karena tidak biasanya cowok itu begitu. "Lo kenapa? " tanya Binar heran, seraya menoleh kepada Jendra yang ada di sampingnya.
"Woy.. Jendra," Binar menyikut perut Jendra untuk menyadarkan cowok itu yang hanya diam dan tak menjawab pertanyaannya tadi.
"Eh.. ah, apa?! " Jendra refleks balik bertanya saking terkejutnya dengan sikutan Binar tadi. Ia sempat tak memperhatikan Binar karena, saking sibuk dan paniknya melihat Gerhana di depan sana.
"Lo kenapa sih? Kayak abis liat Casper bangkit dari kubur aja," heran Binar melihat tingkah sahabatnya itu.
Tak mau ambil pusing Binar pun kembali menatap ponselnya hendak membalas pesan dari Cendi. Namun, sebelum Binar benar-benar menatap ponselnya, sekilas gadis itu tak sengaja melihat sosok beraura gelap tersebut a.k.a Gerhana, yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.
Binar tercengang seketika dan menghentikan langkahnya yang diikuti oleh Jendra secara otomatis. Ketika Gerhana sudah mendekat dan akan melaluinya, Binar langsung merentangkan tangan menghadang cowok itu, dengan tangan kiri yang memegang seragam Taekwondo dan tangan kanan memegang ponsel.
"Hai Gerhana," sapa Binar penuh kegembiraan dengan cengiran khasnya. Namun, Gerhana hanya menatap gadis itu datar.
"Huwaaa.. lama ya kita gak ketemu! Berasa sudah berabad-abad lamanya gue gak liat lo, kangen deh rasanya," ucap Binar heboh. "Dan lagi, sekarang pas ketemu malah liat lo pake baju basket, kan jantung gue makin dugun-dugun jadinya," celoteh Binar, tanpa memikirkan perasaan Gerhana yang juga tengah dugun-dugun mendengar ucapannya.
"Ck..." decak Gerhana seraya memutar bola matanya malas. "Minggir! " titah cowok itu tajam.
"Gak mau, entar dulu lah perginya, gue kan masih kangen sama lo," Binar cemberut sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Binar Gerhana
Teen FictionGerhana itu bak malam yang kelam, Binar itu bak pagi hari yang cerah. Gerhana itu sedingin es kutub, Binar itu sehangat mentari. Gerhana tercipta untuk menelan cahaya, Binar tercipta untuk melahap gelap. Binar dan Gerhana sangatlah berbeda. Kala Ger...