Binar Gerhana |2|

22 3 0
                                    

"Huwaaa... mamaaa!! " teriakan cetar menggelegar tersebut merambat memenuhi setiap penjuru rumah mewah itu.

"Ma... mama mana sih ih!! " teriak suara itu lagi.

"Mamaaaa...." suara itu kembali berteriak berkali-kali lebih nyaring dari sebelumnya.

"Eh, buset deh bocah. Lo kalau mau teriak-teriak di hutan aja sana. Ini rumah buat manusia, bukan buat Tarzan," seorang lelaki dengan baju santai khas rumahan langsung menghampiri sosok yang sedari tadi berteriak.

"Lah emang Tarzan bukan manusia ya? " tanya pelaku yang berteriak nyaring tadi.

"Tau ah gelap," cowok berbaju santai tadi langsung pergi kembali ke lantai atas untuk melanjutkan tidurnya.

"Mamaaaa..." belum juga cowok tadi menapaki anak tangga pertama, teriakan tadi kembali menggelegar.

"Ish.. sumpah ya lo, tuh mulut gue sumpal pake bola voli baru tau ra--" belum juga ucapan cowok itu selesai, sang mama sudah menyela.

"Abang ngomong apa sih, kalo sama adek tuh yang baik, jangan pake mau sumpal-sumpal mulut adeknya segala," omel Rea, sang mama.

"Ish.." si abang tadi hanya bisa memutar matanya malas ketika sang mama mengomelinya.

"Mamaaa..." rengek suara yang sedari tadi berteriak mencari mamanya.

"Ada apa sih dek? Mama tadi lagi nyiram bunga di taman belakang. Jangan dibiasain lah teriak-teriak mulu," nasihat sang mama.

"Ukh.. iya deh iya," si anak yang dipanggil adek tadi hanya bisa cemberut mendengar omelan mamanya. "Ma, mama tau gak--"

"Enggak," sang mama memotong ucapan anaknya.

"Ish.. ya entar dulu ma, Aezar kan belum selesai cerita," protes si adek alias Aezar. "Tadi kan ya, di sekolah Binar gak sengaja nabrak Aezar, terus dia minta maaf gitu, dan ternyata dia selama ini gak kenal sama Aezar, huwaaa.." curhat cowok bernama Aezar seraya memeluk sang mama.

"Binar? Binar gebetan kamu itu? " tanya Rea memastikan.

"Iya ma, emang Binar mana lagi.." rengek Aezar.

"Bhuahaha.. ahaha.." sebuah tawa menggelegar dari arah tangga.

"Hahaha.. aduh ya ampun gila, perut gue sakit. Haha... ngenest banget sih lo Zar, gak dikenalin gebetan selama bertahun-tahun, hahaha.." ejek suara tadi.

"Iih abang, lo apaan sih. Bukannya tadi lo mau ke atas ya, kenapa masih di sana?! " kesal Aezar.

"Haha.. gue tadi emang mau ke atas. Tapi gak jadi pas denger lo mulai curhat," sahut sang abang. "Ya ampun gue bener-bener gak nyangka deh, dari kelas sepuluh lo suka sama dia sampai sekarang kelas duabelas dan ternyata dia gak kenal sama lo haha.." ledek sang abang yang sangat bahagia dengan kesedihan adiknya.

"Aah.. mama, abang nyebelin tuh," adu Aezar pada sang mama seraya memeluknya manja.

"Gema Ananta! Udah sana pergi, gak bosen ya ngeledekin adeknya mulu, " omel Rea.

"Hahaha ya biarin ma, kan seru ledekin cowok cemen yang gak dikenalin sama gebetannya sendiri," ujar Gema seraya kabur menuju kamarnya di lantai dua untuk menghindari amukan adik dan mamanya.

"Abang jelek, tukang molor, galak, dan tidak pengertian, pergi ke hutan aja lo sana temenin si Tarzan! " teriak Aezar kesal.

Sedangkan Rea hanya bisa menggelengkan kepala dan mengusap dada melihat tingkah kedua putranya yang bagaikan Tom and Jerry.

¤¤¤

"Pagi Cendi," sapa Binar riang.

"Pagi Bi, wah kebetulan lo udah datang gue pinjam buku PR Fisika lo dong," pinta Cendi.

Binar GerhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang