Cukup lama waktu yang dihabiskan Jihoon untuk duduk diam di sofa ruang tamu rumahnya. Menunggu sang suami yang berjanji akan menjemputnya. Namun bodohnya Jihoon yang tidak bertanya kapan tepatnya Daniel akan menjemputnya. Bodoh atau hanya terlalu takut? Ia dengan jelas menyadari bahwa masih sangat sulit bagi Daniel untuk bersikap selayaknya suami istri yang sebenarnya seperti yang ia ajukan sebagai persyaratan. Daniel masih terlalu kaku dan bahkan kadang pria itu akan bersikap dingin seperti yang selalu ia lakukan pada Jihoon.
Baiknya ialah sudah satu minggu Jihoon sarapan dan makan malam bersama dengan Daniel. Gila, mereka sudah menikah selama lebih dari 3 tahun, tapi makan di satu meja yang sama berdua saja seakan hal yang tabu bagi mereka. Bukan berarti mereka tidak pernah makan bersama. Mereka melakukannya, hanya jika ada keluarga mereka di sana, atau mereka harus bersama-sama menghadiri acara makan dengan orang-orang lain yang juga turut hadir.
Seolah didikte untuk menjadi istri yang baik, dalam 3 tahun itu pula Jihoon selalu menyiapkan makanan di rumah. Barangkali Daniel akan makan di rumah, meskipun tidak bersama. Dan sebanyak itu pula ia harus menelan kekecewaan.
Sejujurnya, Jihoon memiliki rasa itu untuk Daniel. 3 tahun bukan waktu yang sebentar. Pun untuk mengikis rasa itu secara perlahan hingga hampir tak bersisa. Untuk apa Jihoon menjaga cintanya jika sekali pun tak terbalas? Jihoon bukan salah satu dari orang bodoh itu, yang rela bertahan di tengah ketidak pastian. Bukan, bukan lagi ketidak pastian, melainkan penolakan secara tegas.
Jihoon menghela nafas lagi. Matanya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya lagi. Berusaha membunuh kebosanan itu yang mulai mengusiknya karena terlalu lama menunggu.
Malam itu mereka akan menghadiri acara pesta pertunangan salah satu rekan kerja Daniel dan ayahnya. Pastinya Daniel akan datang membawa istri sempurnanya. Hal yang disyukuri Jihoon sejak dulu, karena hanya disaat-saat seperti ini ia merasakan perlakuan Daniel yang terkesan begitu lembut dan menjaganya sepenuh hati. Daniel akan menyentuhnya, Daniel akan menggenggam tangannya, Daniel akan tersenyum padanya, Daniel akan memperkenalkannya pada orang-orang bahwa Jihoon adalah istrinya. Mungkin hanya dalam 3 tahun ini Jihoon benar-benar merasa senang terlahir di keluarga yang luar biasa kaya raya dan dihormati oleh hampir seluruh penduduk Korea Selatan. Karena status sosialnya ia menjadi layak bersanding dengan Daniel dan Daniel mengakuinya sebagai istri sahnya. Pernikahan mereka membuat derajat Daniel meninggi di mata para pebisnis baik di dalam maupun di luar negeri. Ingatkan lagi jika Jihoon dan keluarganya yang membantu menopang bisnis Daniel agar mampu berdiri lagi setelah terjatuh.
Setelah jam menunjukkan pukul 6 tepat, Daniel akhirnya datang. Suara deru mesin mobilnya terdengar dari depan karena pintu yang sengaja tidak ditutup. Jihoon dengan langkah tergesa segera menghampiri ke depan untuk menyambut suaminya. Sesaat setelah ia sampai di ambang pintu, dilihatnya Daniel keluar dari mobil sedannya dan berjalan memasuki rumah sambil menenteng tas kerjanya dan satu lagi paperbag yang cukup besar. Pria tampan itu berhenti tepat di depan istrinya.
Seperti biasa, Jihoon mengambil alih tas tangan Daniel. Menyingkir dari depan pintu untuk memberi akses Daniel memasuki rumah mereka lebih dulu, baru setelah itu ikut berjalan di belakang membuntuti suaminya. Langkah Daniel berhenti tepat di samping sofa tempat tadi Jihoon duduk menunggunya. Berbalik untuk memperhatikan penampilan istrinya yang sudah memakai setelah jas hitam rapi di tubuhnya yang kecil.
"Ganti pakaianmu dengan ini. Ku tunggu 15 menit. Kita sudah hampir terlambat." Suara Daniel yang tegas sedikit menyentak Jihoon yang tidak siap, ia kemudian menyerahkan paperbag yang sejak tadi dibawanya pada Jihoon yang segera menyambutnya.
Jihoon ingin bersuara menanyakan mengapa ia harus mengganti pakaiannya jika mereka sudah terdesak oleh waktu. Namun melihat ekspresi Daniel yang sekeras batu membuat niatnya urung dilakukan. Ini bukan waktu yang tepat untuk mempertanyakan otoritas Daniel sebagai seorang dominan di hubungan mereka. Si penurut Jihoon hanya mengangguk singkat sebelum bergegas setengah berlari ke kamar mereka sambil membawa tas kerja Daniel juga paperbag itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
After 100 Days | NielWink
FanfictionJihoon dan Daniel sepakat untuk bercerai setelah 3 tahun menjalani kehidupan pernikahan. Daniel pikir semua akan baik-baik saja meski Jihoon mengajukan syarat yang langsung disetujuinya. Namun akankah seterusnya demikian? Kang Daniel X Park Jihoon ...