1. The Counting Start

1.7K 231 21
                                    

Jarum jam terus berjalan maju tanpa mempedulikan kerisauan Jihoon yang duduk di kursi sambil mengentukkan jemarinya di meja makan. Ia sedang menunggu suaminya pulang setelah sejak sore tadi ia mengirimkan pesan yang meminta suaminya untuk makan malam bersama di rumah, dan dibalas dengan satu kata 'ya' oleh suaminya.

Ini mungkin terdengar gila, tapi selama lebih dari 3 tahun menjalani kehidupan bersama di bawah naungan ikatan pernikahan, Jihoon dan Daniel belum pernah bertukar nomor telpon sebelumnya. Baru setelah mereka sepakat untuk berpisah —yang artinya kemarin— mereka memutuskan untuk saling memberikan nomor telpon hanya dalam rangka totalitas dalam peran yang akan mereka lakoni 100 hari ke depan.

Kegelisahan Jihoon semakin menjadi-jadi ketika jarum jam menunjukkan pukul 7 malam tepat. Jihoon takut Daniel akan ingkar janji. Sesungguhnya ia tidak tau apakah Daniel tipikal orang yang menepati janji atau tidak. Ia juga tidak tau kapan sebenarnya waktu pulang bekerja suaminya yang sebenarnya. Ia tidak tau apa makanan kesukaan Daniel. Ada banyak hal yang tidak Jihoon ketahui tentang Daniel, dan yang ia ketahui? Jihoon rasa tidak ada.

Sekarang sudah masuk waktu makan malam, tapi Daniel belum juga pulang. Daniel kan sudah mengiyakan untuk makan malam bersama, tapi sekarang sudah lewat 15 menit dari waktu makan malam. Ah atau hanya Jihoon yang selalu makan malam di jam 7? Mungkin waktu makan malamnya dengan Daniel berbeda. Entah lah Jihoon tidak tau.

Selama ini Daniel akan pulang ke rumah saat malam sudah larut sekali. Paling cepat pria itu akan pulang saat jam 9. Itu artinya mereka belum pernah makan malam bersama. Begitu pun dengan sarapan. Karena Daniel akan berangkat jam 7 pagi atau bahkan sebelum itu jadi mereka belum pernah sarapan bersama. Jangan tanyakan makan siang, tentu saja Jihoon hanya melakukannya sendirian karena Daniel sedang di kantor. Saat akhir pekan pun Daniel akan keluar seharian. Mereka hampir tidak pernah berbicara, jadi jihoonie tidak tau apa yang dilakukan Daniel di akhir pekan seharian di luar rumah.

Sungguh ironi. Namun kenyataannya memang begitu lah kehidupan pernikahan yang mereka jalani selama ini. Jihoon bertanya-tanya, apakah semua orang yang menikah karena dijodohkan memang seperti itu? Apakah istri-istri lain merasakan kesepian yang dia rasakan selama ini? Jihoon tidak mengerti kenapa semua bisa terjadi seperti ini. Selama 27 tahun hidupnya Jihoon sama sekali belum pernah diberikan bekal pembelajaran dalam menghadapi arus yang menerpa bahtera rumah tangga. Tidak sekalipun ia merupakan anak bungsu dari keluar Park, salah satu dari 3 konglomerat terkaya di Korea Selatan yang merajai dunia bisnis dan politik. Ayahnya tercatat sebagai seorang pemilik puluhan perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, mulai dari ekspedisi hingga pemilik real estate termewah yang tersebar di seluruh Korea Selatan dan negara-negara lain di Asia dan Eropa. Belum lagi ditambah dengan investasi-investasi yang dilakukannya di banyak perusahaan kelas internasional, semakin menambah pundi-pundi kekayaan keluarga Park. Di antara banyak perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan ayahnya salah satunya adalah perusahaan milik keluarga Kang yang memiliki sebuah hotel bintang lima di Gangnam dan perusahaan yang memiliki 15 cabang.

Jihoon tau ayahnya dan ayah Daniel bersahabat sejak mereka masih di bangku sekolah menengah atas. Dan itulah yang menjadi alasan ayahnya mau menjodohkan Jihoon dengan Daniel setelah menolak banyak lamaran dari pengusaha lainnya. Memang berlebihan, tapi sebagai anak bungsu yang memiliki jarak cukup jauh dengan kedua kakaknya, Jihoon selalu diperlakukan seperti pangeran. Ayah dan ibunya sangat menyayanginya dan melindunginya. Mungkin Jihoon akan selamanya mengenyam pendidikan home schooling jika ia tidak berusaha kabur dari rumah sehingga orang tuanya setuju untuk menyekolahkannya di sekolah elit yang isinya hanya orang-orang kaya saja. Jihoon tidak terlalu menyukai bodyguard yang selalu menjaganya setiap ia keluar dari rumah, membuatnya tidak terlalu banyak memiliki teman, seingatnya hanya satu teman yang dimilikinya yang bernasib kurang-lebih sama sepertinya. Jadi sebuah pernikahan memberikannya harapan yang tinggi untuk terlepas dari kehidupan Rapunzelnya.

After 100 Days | NielWinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang